Chapter 29 : Kembalinya Chenle

259 39 3
                                    

Jaemin menoleh ke sampingnya, mendapati sang ibu tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin menoleh ke sampingnya, mendapati sang ibu tersenyum manis. Wajahnya yang cerah tampak sangat cantik. Pipinya bersemu merah. Jaemin terdiam, ia menatap sekelilingnya, mendapati mereka berada di kamar lamanya. Rumah terakhirnya sebelum ibunya memilih untuk melompat ke Sungai Han.

Keduanya duduk di kursi ruang tamu yang sederhana, duduk bersebelahan seperti kebiasaan lama. Sembari menyesap teh pada sore hari, bercengkrama membicarakan apapun, mulai dari sekolah Jaemin hingga masa trainee-nya yang berat. Tawa ibunya yang terdengar sangat renyah terasa nyata. Jaemin tersenyum senang mendapati wajah cerah sang ibu.

Tetapi beberapa saat kemudian, tatapan ibunya berubah sendu. Senyumnya berubah menjadi senyuman pedih. Yoona mengusap lembut rambut Jaemin lantas mengecup dahi Jaemin penuh kasih sayang. Setitik air mata Yoona jatuh membuat Jaemin panik. Ia segera mengusapnya dengan lembut.

"Maafkan Mama," tutur ibunya. Jaemin menaikkan alisnya.

"Kenapa meminta maaf, Mama?" tanya Jaemin tidak mengerti.

"Mama memilih pria yang salah. Pilihan Mama membuatmu menderita," kata Yoona lagi. Jaemin menggelengkan kepalanya.

"Tetapi jika Mama tidak bertemu Papa, aku mungkin tidak akan mengenal Mama," kata Jaemin. Yoona terdiam, Jaemin meraih kedua tangan ibunya untuk digenggam.

"Menjadi putra Mama adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan untukku," kata Jaemin lagi membuat Yoona kembali menangis dan meraih Jaemin dalam pelukannya. Jaemin memejamkan mata, meresapi pelukan hangat yang selalu ia rindukan setiap hari.

Jaemin membuka matanya, merasakan sakit pada dadanya yang terasa sesak. Ia menoleh ke kanan dan kirinya, mendapati beberapa orang di sekitarnya tampak menangis tetapi melihatnya dengan tatapan penuh rasa syukur.

Butuh sepersekian detik bagi Jaemin untuk menyadari bahwa keberadaan ibunya tadi hanyalah mimpi. Sebuah memori lama yang kembali berputar, saat-saat ibunya masih berada di sisinya. Jaemin memejamkan matanya kembali, tidak peduli guncangan seseorang yang menggenggam erat tangannya.

Bisakah Jaemin kembali ke masa itu sekali lagi? Walaupun tentu hanya bisa terjadi dalam kepalanya saja, tidak apa-apa, karena terkadang, semuanya terasa begitu nyata. Ia merindukan ibunya, lebih dari apapun.

❄️❄️❄️

Salju masih turun dengan lebat, padahal sudah memasuki bulan Februari. Musim dingin tahun ini benar-benar lebih panjang dari biasanya. Pemandangan putih yang mendominasi membuat Jaemin hanya diam mematung di depan kaca jendela yang besar, mengarah pada jalanan kota yang padat kendaraan.

Beberapa hari belakangan adalah hari-hari yang sulit. Butuh waktu lebih lama baginya untuk bangun dan mendapati dirinya sudah berada di rumah sakit. Mark mengatakan kali ini ayahnya tidak akan bisa mengelak lagi. Ada banyak staf acara yang mendatangi ruangan itu ketika sang ayah menyiksanya. Mark hanya berusaha mencari Jaemin dengan panik, mengundang beberapa staf yang bergegas ikut membantu. Keberadaan kedua bodyguard ayah Jaemin yang sempat Mark kenali beberapa hari lalu berjaga di depan suatu ruangan membuat Mark yakin Jaemin berada di dalamnya. Banyaknya staf yang ikut datang membuat kedua bodyguard tersebut tidak mungkin melakukan perlawanan. Seorang staf yang berbadan cukup besar mendobrak pintu itu hanya dengan 2 kali percobaan.

See You Again Next Winter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang