Chapter 18 : Datang Kembali

238 42 14
                                    

Mark mengamati panggung terbuka yang penuh dengan air

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark mengamati panggung terbuka yang penuh dengan air. Ia benar-benar khawatir. Hujan turun dengan derasnya seperti badai. Angin bertiup kencang, menerbangkan beberapa payung penonton. Namun tidak ada tanda-tanda acara akan diundur atau dibatalkan. Para staf tampak bersiap melindungi kamera dan perlengkapan lain dengan plastik agar tidak terkena hujan. Beberapa member grup lain dan para managernya juga nampak sangat khawatir. Dengan panggung selicin itu, menari dengan sangat energik, apakah tidak berbahaya?

Mark berjalan masuk kembali ke dalam tenda kecil ruang tunggu mereka. Karena acara diadakan di lapangan terbuka, pihak acara menyediakan ruang tunggu dalam bentuk tenda-tenda kecil dengan terpal dan penghangat ruangan. Mark menatap tenda mereka yang bergoyang sesekali, membuatnya berharap tenda ini cukup aman ketika mendapat terpaan angin kencang.

Chenle tak sengaja tertidur di ujung ruangan dengan buku yang menutup dadanya. Bukan pemandangan biasa, Chenle jarang tertidur di ruang tunggu. Ia selalu terlihat sibuk membaca materi kuliahnya, selelah apapun, sekurang tidur apapun. Mark mengambil buku tebal itu, lantas melipat ujungnya sebagai pembatas dan menutupnya. Ia meletakkan buku itu di sofa samping Chenle. Lantas ia menoleh ke sekelilingnya, mendapati membernya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Jisung dan Jaemin yang belum selesai dengan riasannya, Haechan dan Jeno yang tampak bermain game, dan Renjun yang menatap keluar tenda dengan tatapan kosong. Mark mengernyitkan dahinya. Ia berjalan mendekat pada Renjun, lantas duduk di sampingnya. Renjun tampak sedikit terkejut, menoleh sebentar.

"Sedang apa?" tanya Mark. Renjun menggelengkan kepalanya.

"Tidak melakukan apapun," jawab Renjun singkat.

"Aku khawatir, hujannya terlalu deras," tutur Mark kemudian, sembari mengikuti arah tatapan Renjun ke arah lapangan. Renjun hanya diam, seolah pikirannya berkelana ke tempat lain. Dari situ Mark tahu bahwa Renjun tidak hanya sekedar memperhatikan hujan.

Tak lama kemudian, ponsel Renjun berdering, menampakkan nama ibunya pada layar ponsel. Renjun beranjak tanpa mengatakan apapun pada Mark. Ia melangkah menuju bagian ujung ruangan yang kosong, lantas menjawab panggilan telepon itu.

"Halo? Renjun-ah?"

"Ya, Ma. Ada apa?" tanya Renjun.

"Tolong adikmu, Renjun-ah," pinta ibunya di seberang telepon membuat dahi Renjun mengernyit. Dari nada suara ibunya, Renjun tahu ibunya baru saja menangis.

"Ada apa?" tanya Renjun. Mendadak jantungnya berdegup kencang.

"Adikmu...tertangkap polisi," tutur ibunya membuat Renjun mencelos seketika.

"Karena apa?!"

"Kasus pengedaran narkoba,"

DEG! Renjun terdiam. Tangannya jatuh ke sisi tubuhnya, diikuti ponselnya yang terjatuh ke lantai. Renjun mematung sejenak, otaknya berusaha memproses kata-kata ibunya. Suara ibunya masih terdengar samar-samar dari ponselnya yang terjatuh, tetapi Renjun tidak peduli.

See You Again Next Winter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang