Chapter 17 : Teman Lama

223 37 5
                                    

Haechan menatap ke arah penonton setelah mereka menyelesaikan penampilan. Wajahnya sangat muram. Penggemar member lain seolah menolaknya secara terang-terangan. Mereka sempat menurunkan lightstick ketika berada pada gilirannya bernyanyi lantas mengangkatnya lagi ketika part telah berganti. Hanya penggemarnya yang berkumpul pada satu tempat mengangkat lightstick mereka, menimbulkan pendar cahaya yang berkerumun dalam satu sisi saja.

Manajer hyung mengatakan bahwa kemarahan penggemar akan cepat berlalu. Kasus yang menimpanya tidak seberat itu hingga mempengaruhi grup mereka. Tetapi tetap saja Haechan merasa terbebani dan menganggap dirinya mengganggu member lain. Bahkan semua member menepuk pundaknya, justru mengucapkan permintaan maaf karena tindakan penggemar pada mereka, membuat Haechan semakin merasa tidak bersalah.

Haechan memikirkannya beberapa malam belakangan. Akun jual beli sudah ia nonaktifkan. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menjual barang member lagi. Sesekali Haechan akan membuka ponselnya, menyusun kata-kata permintaan maaf pada aplikasi bubble. Tetapi ketika ia hendak mempostingnya, hatinya terus menerus ragu. Ia tidak tahu permintaan maafnya tepat atau tidak.

Haechan terdiam menatap keluar jendela. Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke dorm. Ia menoleh pada membernya yang sebagian besar tertidur karena lelah. Hanya Jeno yang sibuk bermain game dan Mark membaca kertas yang Haechan tidak tahu isinya.

Menatap member satu persatu, ia teringat Jisung yang marah dan mengejarnya karena bantal lehernya ia jual. Renjun yang menghukumnya karena bantal leher Jisung. Lantas Chenle yang menangis karena buku penuh catatannya berpindah tangan pada penggemar. Terakhir kali, tanaman Mark yang ia jual tanpa izin karena memenuhi halaman balkon.

Jeno dan Jaemin tentu juga pernah menjadi korbannya. Ia menjual PSP lama Jeno yang berujung pada kemurkaan Jeno karena seluruh game berakhir tereset. Boneka kelinci Jaemin yang sudah usang menjadi target Haechan, walaupun Jaemin tidak marah dan hanya diam, tetapi Haechan tahu Jaemin sangat kehilangan. Beruntung Haechan bisa mengambil kembali boneka tersebut dari orang yang membelinya. Baru-baru ini, Haechan tahu betapa berharganya boneka kelinci itu. Hadiah pertama seorang penggemar ketika ia masih belum banyak dikenal di Korea Selatan. Pantas Jaemin selalu menyimpannya walaupun sudah sangat usang.

Haechan membuat member marah, ia menyadari kalimat tersebut sudah lebih dari cukup membuatnya dihujat seluruh penggemar membernya. Ia merasa sangat bersalah. Sejak kapan ia suka menjual barang member dengan lancangnya? Walaupun mereka tidak masalah dengan itu, tetapi ia baru menyadari bahwa hobinya jelas salah. Ia tidak tahu bagaimana cara untuk memperbaikinya.

"Haechan hyung," lirih Jisung sembari menepuk tangan Haechan. Haechan terkejut, refleks menoleh pada Jisung yang berada di sampingnya. Jisung meraih lengan Haechan dan mengapitnya erat, seolah sedang memeluk guling. Matanya masih terpejam, kepalanya jatuh pada pundak Haechan. Haechan terdiam sejenak, sebelum seulas senyum terukir di wajahnya. Tindakan tiba-tiba Jisung yang entah disadari dongsaengnya atau tidak membuat Haechan merasa bahwa member tidak memandang Haechan dengan tatapan yang sama seperti para penggemarnya.

Haechan menepuk-nepuk rambut Jisung dengan lembut membuat Jisung tampak nyaman. Lantas ia menumpukan kepalanya sendiri pada kepala Jisung, ikut memejamkan mata, dan tertidur kemudian.

Mark menatap keduanya dari belakang. Ia menyadari senyum tipis Haechan yang terbentuk perlahan. Mark merasa sedikit lega. Bangchan benar. Mark hanya perlu mengawasi mereka, memastikan membernya dalam keadaan baik. Tidak semua hal bisa mereka ceritakan padanya. Tetapi saat mereka membutuhkannya, ia berjanji akan selalu berada di sisi membernya.

❄️❄️❄️

Haechan menyadari satu hal, ia tidak ingin masa lalunya diketahui publik. Biarlah hari-hari sulit dalam kehidupan keluarganya menjadi masa lalu yang ia harapkan tak pernah terulang kembali. Tetapi saat genting seperti ini, dimana banyak orang menghujatnya dengan kata-kata yang kejam, orang yang mengetahui masa lalunya justru tidak terima.

See You Again Next Winter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang