Chapter 32 : Winter Sleep

290 48 5
                                    

Chenle berlari kecil, melepas sepatu dengan semangat sembari menutup pintu dorm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chenle berlari kecil, melepas sepatu dengan semangat sembari menutup pintu dorm. Ia membawa 2 bungkusan plastik dan segera meletakkannya di meja makan. Dorm tampak sepi, beberapa member sedang ada jadwal. Ia menoleh ke kanan dan kirinya, lantas menemukan pintu balkon terbuka lebar. Ia melangkah dengan semangat, menemukan Mark sedang menyirami tanaman-tanaman kesayangannya sembari bersenandung lirih.

Chenle langsung menerjang Mark dari belakang, hingga Mark terdorong ke depan. Beruntung Mark sangat kuat dan terbiasa dengan tingkah random para member sehingga tidak sampai membuatnya tersungkur. Alat penyiramnya jatuh terguling, isinya tumpah, tetapi tidak ada yang peduli. Mark sedikit kewalahan saat Chenle memeluknya sangat erat hingga nyaris membuatnya tercekik.

"Mark hyung!" pekiknya tepat di telinga Mark membuat Mark berteriak. Ia mendorong Chenle lantas mengusap telinganya yang berdenging tiba-tiba. Mark berdecak, mendapati Chenle hanya nyengir dengan wajah tanpa dosa. Ia kembali menubruk Mark, memeluknya erat-erat.

"Mark hyung aku berhasil!" seru Chenle. Mark yang sebelumnya hendak melepas pelukan Chenle segera mematung. Ia mengernyitkan dahi, berusaha memproses kata-kata Chenle. Lantas ia teringat Chenle yang baru saja menemui sang ayah. Matanya segera berbinar. Ia melepas paksa Chenle dan memegang erat kedua bahunya.

"Ayahmu mengizinkanmu tetap tinggal?" tanya Mark dengan wajah antusias. Chenle menganggukkan kepalanya berulangkali, membuat Mark melompat-lompat kegirangan bersama Chenle.

"Mark hyung benar," kata Chenle ketika Mark masih dalam euforia kebahagiaannya.

"Maksudnya?" tanya Mark sembari mengernyitkan dahinya. Chenle tersenyum.

"Seharusnya aku berbicara dengan lembut dari dulu. Seharusnya aku tidak mendebat ayahku," kata Chenle sembari menundukkan kepala, merasa menyesal. Mark tersenyum lantas mengacak rambut Chenle hingga berantakan.

"Yang penting hubungan kalian sudah membaik sekarang," kata Mark sembari merangkul Chenle. Chenle tersenyum senang.

"Hyung mau samgyetang?" tanya Chenle.

"Pas sekali belum makan siang. Kau beli?" tanya Mark. Keduanya melangkah menuju meja makan.

"Ayahku yang membelinya. Katanya sebagai permintaan maaf. Ia membeli untuk kita semua. Tadi sudah kuantarkan satu untuk Jaemin hyung, sekalian menemaninya makan," kata Chenle. Mark terdiam. Chenle mengeluarkan beberapa plastik porsi samgyetang dari kreseknya. Mark tersenyum kecil.

"Apakah Papaku dimaafkan?" tanya Chenle dengan wajah muram. Ia paham member pasti kesal karena ayahnya pernah masuk secara paksa ke kamar-kamar mereka. Tadi sang ayah sudah menjelaskan padanya, sekaligus mengutarakan niatnya untuk membelikan samgyetang untuk member juga.

"Tentu saja. Aku yakin member juga akan melakukannya saat tahu kau diizinkan tinggal," kata Mark lagi. Chenle tersenyum lega. Tadi Jaemin juga menyambutnya dengan bahagia. Ia bahkan tidak mempermasalahkan tindakan melewati batas dari ayahnya. Ia hanya fokus pada fakta bahwa Chenle akan tetap menjadi member NCT Dream.

See You Again Next Winter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang