Chapter 21 : Kisah yang Nyaris Sama

279 44 5
                                    

Jaemin sedang mencuci tangannya ketika mendengar bunyi kunci salah satu bilik kamar mandi yang terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin sedang mencuci tangannya ketika mendengar bunyi kunci salah satu bilik kamar mandi yang terbuka. Jaemin melirik sejenak pada kaca besar ketika mendapati seseorang muncul di belakangnya. Seseorang yang langsung membuat Jaemin membeku seketika. Keran air belum sempat ia matikan. Tubuhnya terasa mati rasa ketika tatapan mata mereka bertemu.

"Hai, Jaemin. Kebetulan sekali bertemu disini," panggil orang itu. Jaemin berbalik, memastikan yang ia lihat bukan halusinasi ketakutannya. Ayahnya menyeringai di hadapannya, membuat jantungnya terasa berdegup 2 kali lipat lebih cepat.

"Kutegaskan ini bukan halusinasimu," kata ayahnya lagi, membuat Jaemin merasa tertohok. Ia melangkah mundur, tetapi punggungnya segera membentur tembok di belakangnya. Na Goongmin, sosok ayahnya yang sudah tidak menemuinya 5 tahun belakangan, kini benar-benar berada di depan wajahnya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Goongmin sembari mengulurkan tangannya, mengusap pelan rambut Jaemin. Jaemin menggenggam erat tangannya sendiri, belum pernah ia merasakan ketakutan sebesar ini. Jika biasanya ia selalu bersama ibunya saat ayahnya datang menemuinya, kini ia menyadari bahwa ia benar-benar sendirian.

"Bukankah anak yang baik seharusnya menjawab ketika ditanya?" kata Goongmin lagi. Jaemin tetap tidak menjawab. Lidahnya sudah terasa kelu terlebih dahulu.

"Ugh!" rintih Jaemin ketika tendangan kaki ayahnya mengenai pinggangnya. Sakit. Ia jatuh tersungkur ke celah bawah wastafel. Air masih gemericik turun dari kerannya yang belum ditutup, ketika tendangan dan pijakan kasar ayahnya mengenai pinggang dan perutnya berulangkali.

"Akh!" Jaemin kembali terbangun dari mimpi buruknya hingga terduduk. Keringat dingin memenuhi wajahnya. Ia memegangi perutnya yang terasa nyeri, meringis kesakitan. Ia menoleh ke samping, menghela nafas lega ketika mendapati kali ini Jeno tidak terbangun karena pekikan kecilnya.

Jaemin mengusap wajahnya kasar. Mimpi kali ini adalah kejadian yang baru saja ia alami siang tadi. Sebuah mimpi buruk ketika ayahnya yang tidak pernah menemuinya 5 tahun belakangan benar-benar datang padanya lagi, bukan untuk menyapanya, atau mengajaknya bercengkrama seperti orang-orang pada umumnya saat telah lama tidak bertemu. Lagi dan lagi, ayahnya datang hanya untuk menyakitinya. Kebiasaan yang tidak pernah sembuh.

Jaemin mengernyitkan dahinya, merasakan ada sesuatu menempel pada lukanya yang tidak ia obati. Ia mengintip dan menemukan 2 plester luka di sisi kanan perutnya. Jaemin segera menoleh pada Jeno yang terlelap. Ia yakin Jeno yang mengobatinya sebelum tidur.

Jaemin dilema. Haruskah ia meminta tolong pada membernya? Tetapi ia tak ingin menyeret mereka pada masalah keluarganya yang pelik. Bagaimana jika ayahnya justru menyakiti mereka? Ia tahu ayahnya memiliki kuasa untuk bertindak seturut kehendaknya, tanpa peduli yang ia lakukan merugikan orang lain atau tidak.

Tetapi Jaemin baru menyadari, menghadapi ayahnya seorang diri membuatnya semakin ketakutan. Jika dulu ia dan ibunya saling menguatkan satu sama lain, kini ia benar-benar harus berdiri sendirian. Jaemin bisa merasakan sesuatu yang berat terasa menghimpit dadanya. Menghadapi fakta bahwa ayahnya akan mulai mencarinya lagi membuat hatinya terasa pedih. Ia bahkan tak tahu kapan semua penyiksaan ayahnya akan berakhir.

See You Again Next Winter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang