Aku melihat keluar jendela, pada bintang jatuh
Membuatku nyaman saat aku tidak bisa tidur
Malam itu bagaikan salju pertama bagiku setelah musim gugur yang panjang
Musim dinginku yang terlambat telah tiba
(Park Hyo Shin – Sound of Winter)
❄️❄️❄️
Jaemin berlari dengan panik, secepat yang ia mampu. Jembatan Sungai Han, tempat dimana ia pergi menyusul ibunya. Apa yang akan ibunya lakukan di tempat itu? Jaemin sangat panik. Ia ketakutan setengah mati. Pikiran buruk terlintas di pikirannya. Segala kemungkinan yang membuatnya mati rasa.
Jaemin terus berlari, mengabaikan hujan salju lebat yang membuat telinganya terasa membeku. Ia menarik tudung hoodie yang ia pakai untuk menutupi telinganya yang mulai memerah. Ia keluar rumah tanpa menggunakan coat tebal, jelas terburu-buru dan panik. Salju tebal di dekat jembatan membuat Jaemin hampir tergelincir. Namun salju itu tidak menyurutkan laju larinya yang justru semakin cepat.
Ketika Jaemin tiba di ujung sungai Han, ia melihat sosok sang ibu berdiri di tengah jembatan, menghadap lurus ke arah sungai. Jaemin tidak mengerti alasan ibunya berdiri seorang diri disana, dengan sekujur tubuh penuh luka. Jaemin dapat melihat dari kejauhan, cairan merah yang mengalir dari dahi ibunya. Memar yang tampak pada tangannya yang putih, atau bajunya yang robek di beberapa sisi. Ia yakin ibunya akan kedinginan berdiri di tengah hujan salju hanya dengan mengenakan dress rumah selutut. Jaemin yang panik bergegas mengeluarkan ponsel, berusaha menghubungi ibunya.
"Mama!" teriaknya ketika sang ibu tampak menerima panggilan teleponnya. Teriakannya yang membahana terdengar di sela deru kendaraan yang ramai berpacu di atas aspal jembatan yang tertumpuk salju di beberapa sisi. Ibunya menoleh, tetapi ketika melihat Jaemin, ibunya tampak mundur selangkah ke belakang. Jaemin kembali berlari, secepat yang ia mampu. Ia tahu bahwa ia harus segera berada di sisi ibunya secepat mungkin. Ia sangat kesal, mengapa jembatan ini begitu panjang?
"Bukankah ini yang kau mau?" tutur sang ibu membuat Jaemin mencelos. Perlahan, langkahnya terhenti. Dengan nafas terengah, ia terdiam mematung. Kata-kata itu mengingatkannya pada kenyataan bahwa ada satu sisi dirinya yang sangat dibenci oleh ibunya. Satu sisi yang selalu membangkitkan ketakutan bagi ibunya sendiri. Seberapa banyak Jaemin mengatakan bahwa dirinya berbeda, sekalipun ibunya tidak pernah mendengarnya.
Jaemin terkejut, ketika melihat bagaimana sang ibu berlari memanjat pagar jembatan yang sangat pendek, lantas terjun ke arah sungai. Butuh sepersekian detik bagi Jaemin untuk menyadari hal buruk yang terjadi di depan matanya. Ibunya, satu-satunya alasan baginya untuk hidup, baru saja memilih untuk menyerah. Ibunya, satu-satunya orang yang ia perjuangkan setiap ia menarik nafas, baru saja melakukan tindakan nekat yang merenggutnya dari Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You Again Next Winter [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Jaemin kehilangan kepercayaannya pada siapapun hingga member harus berusaha keras meyakinkannya, bahwa mereka tidak akan pernah pergi dari sisinya. "Jika dunia masih memusuhimu sekalipun, kami tidak akan menjadi bagian darinya, sampai ka...