Apa yang harus gue lakuin? Gue diem dulu deh. Di balik pintu gue diem² perhatiin alina, gue merasa bersalah banget udah bikin dia sedih kaya gitu.
"Kamu jahat zayn.." Wlaupun dia bicara pelan, namun dengan jarak balkon kami yang sangat dekat gue masih bisa denger apa yang barusan dia omongin. Tanpa babibu gue loncat dari balkon gue ke balkon kamarnya.
Alina pov
Aku belum bisa tidur Aku masih kecewa sama zayn. Aku berjalan membuka pintu balkon kamarku. Aku duduk di kursi yang terdapat di halaman balkon. Aku merunduk, aku sangat lemah. Tanpa aku sadari air mata menetes di pipiku.
Aku mendongak menatap langit yang penuh bintang malam ini. Aku berpikir sejenak malam ini langit indah banget di hiasi bintang², tapi hatiku lagi ga seindah langit malam ini. Aku kecewa sama zayn!!!
"Kamu jahat zayn..."
Daggggghhh...... Aku terpelonjak kaget melihat seseorang yang nekat meloncat ke balkon kamarku.
Ketika aku akan menjerit tangan orang itu lebih dulu membekap mulutku. Aku meronta. Dia berjongkok di depan ku.
'Zayn????' Kenapa dia disini?
"Sstttt....!" Dia menurunkan tangannya dari mulutku.
Dia menatapku sayu, seolah merasa bersalah, kami saling bertatapan. Namun tiba tiba air mataku menetes lagi."Maafin aku li" lirihnya terus menatapku.
Aku terdiam aku tak bisa menjawabnya.
Aku hanya bisa merunduk.
Yatuhan sakit sekali rasanya mengingat orang yang aku suka memberi harapan palsu padaku.
Dia mengangkatt daguku mengarahkan untuk menatapnya. Kemudian tangannya terulur memgang pundaku.
"Maaf lin aku ga nepatin janji aku" kini tangan yang kirinya menggemgam satu tanganku.
"Maaf lin aku malah asyik main band sama temen2, please jangan nangis" ucapnya pelan seraya menghapus air mataku. Aku bisa merasakan tangan lembutnya mengusap air mataku. Aku yakin dia sebenarnya adalah orang yang penyayang. Dan aku juga yakin aku sudah mencintainya sekarang.
"Maaf lin.." Maaf keempat yang aku dengar dari mulutnya. Mungkin dia benar2 lupa karena asyik main band. Dan aku rasa dia tulus meminta maaf padaku. Aku hanya tersenyum sambil memgang tangannya yang masih berada di atas pipiku, ku letakan dan ku genggam tangannya di atas lututku. Dia membalas genggamanku.
"Kamu maafin aku?" Lagi² aku hanya tersnyum dan mengangguk.
"Makasih lin, kamu emang baik"
Aku baru sadar dia bicara pake bahasa aku-kamu. Dia melepas genggamanku dan bediri menuju pagar yang membatasi balkonku.
"Sini deh lin" Ucapnya mengajaku untuk mendekat di sampingnya. Aku menurutinya.
"Kamu liat ke atas! Langitnya keren yah" Ia mendongak menatap langit, aku pun mengikuti apa yang ia lakukan.
"Bintang nya cantik-cantik" ucapku pelan. Kulirik zayn, rupanya dia tersenyum sambil menatap langit. Tampan sekali dia.
"Kaya kamu lin" Lirihnya pelan namun aku masih bisa mendengarnya. Aku tersenyum juga.
"Oh ya???" Aku merubah posisi ku menghadapnya. Dia mengikutiku merubah posisinya dan sekarang kami berhadapan. Dia menatapku.
"Apa??" Dia tersenyum jahil mencoba menggodaku.
"Kamu bilang aku cantik kaya bintang" ucapku percaya diri.
"Huhhh geer jadi orang" dia menoyor pelan kepalaku.
"ihh.." Aku menekuk muka sebal.
"Jangan cemberut, jelek!"
Heninggggg........
"Ngapain sih kamu diluar malam² gini, pake nangis²an lagi" duhh jawab apa nih?
"Ngg .. Ngga kok gapapa"
"Kalo gapapa ngapain nangis?" Iih kenpa sih zayn nanya mulu.
"Emm Gapapa kok "
"Jangan ngeles deh" ucapnya datar. Uhhh mulai deh dinginnya. Udah angin malam ini dingin ditambah sikapnya yang dingin lagi huffttttt.
"Kamu belom tidur? Udah sana tidur besok sekolah kan?"
"Ga ah aku masih pengen disini zayn. Kalau kamu ngantuk tidur duluan aja!"
"Ckk susah banget dibilangin"
Heninggggg lagi...
"Lin. Sekali lagi aku minta maaf yah.." Ucap zayn tulus.
"Minta maaf mulu ih"
" Sebagai gantinya besok habis latihan basket malemnya aku mau ngajak kamu jalan Mau?" Senang sekali aku mendengarnya. Aku tersenyum masam.
"Aku ga mau zayn"
"Kenapa lin?"
"Aku takut kamu bohongi aku lagi.." Ucapku pelan.
"Lin, aku janji besok aku gaakan lupa lagi, aku janji"
Aku tersnyum dan mengangguk.
"Yaudah sana tidur, besok kesiangan lohh.." Ucapnya seraya mengusap lembut puncak kepalaku.
"Kamu juga.."
"Yaudah bye alin "
"Bye, ati-ati loncatnya"
Aku terus menatap punggungnya yang mulai menjauh. Ketika stefan sampai di balkon kamarnya dia membalikan badannya menatapku dan tersnyum kemudian dia menutup pintu masuk kekamarnya.
Aku sangat bahagia malam ini. Dia sangat bersikap lembut padaku. Apa dia juga sama sepertiku? Apa dia menyukaiku? Uhh semoga saja ya tuhan.