Zayn pov.
Sore ini sungguh melelahkan, setelah acara tadi pagi n, sorenya aku dan alin langsung menancap gas menuju apartemen papa alin yangg berada di bogor.
Sebenarnya aku belum terlelap. Aku sengaja berpura-pura tidur karena malas bernyanyi. Aku juga merasakan waktu alin menciumku dan memakaikan selimut untuk kita berdua. Aku sengaja mengajak alin langsung tidur, karena aku tau kita tak mungkin melakukan hubungan itu untuk saat ini, aku akan setia menunggu sampai alin siap. Tak lama aku membuka mata, menatap wajah cantik seorang wanita yang sekarang menjadi istri ku.
Kejadian pertama bertemu hingga sekrang menikah terngiang-ngiang dipikiranku. Sikap dinginku yang di terimanya, jalan² menhabiskan waktu sampai malam, ciuman pertama saat keadaan mati lampu, pdkt 2minggu, aku menyatakan cinta padanya, dan masih banyak lagi selama 8bln lebih. Hal itu tak akan pernah ku lupa, apalagi yang terjadi pada hari ini, dimana aku mempersunting alin menjadi istriku, mengucap doa dan janji di hadapan banyak orang serta keluarga. Ini serasa mimpi bagiku..
Aku mngusap rambutnya pelan, ku telusuri setiap inchi wajahnya. Aku tak pernah bosan untuk menatap alin Kucium keningnya dan mempererat pelukan.
"Good night my wife"Aku merasakan sesuatu di wajahku, badanku pun terasa terbebani. Ada apa ini? Aku membuka mataku, aku mngerjap²kan mataku. Ternyata alin sedang berada diatas tubuhku menindihku dan menciumi wajahku.
"Wake up baby.. Hey.. Hey.." alin menepuk pelan pipiku. Mmmmm pagi² begini membuatku gemas saja. Pagi² begini alin seperti sedang menggodaku. Aku memluknya dan memejamkan mataku kembali.
"Isshhh.. Bangun dong!"
"Morning kiss dulu!.." Ucapku tetap terpejam.
"Bangun dulu" Terpaksa aku bangkit dengan tetap memluk alin dan hasilnya aku terduduk dengan alin di pangkuanku. Alin memeluk leherku, tanganku masih setia memeluk pinggangnya.
"Ayo.." Ucapku serak. Alin hanya diam saja, dia malah menatapku. Aku semakin gemas dengan gadis ini.
Aku menarik tengkuknya, menciumnya lebih dalam. Alin sedikit mengerang. Aku mencecap setiap inchi bibirnya. Manis sekaliii... Rasanya ingin aku menerjang alin saat ini. Aku mengusap punggung alin, melumat rakus bibir alin. Alin mencengkram kuat bahuku, aku beralih mengecup lehernya, menggit kecil lehernya. Alin mendesah pelan ketika aku menghisap lehernya.
"Zayn..!"
"Mmm?.. Apa sa..yang?"
Aku melanjutkan kembali aktivitasku. Aku suka berciuman dengannya, bibir alin sangat manis. Alin mulai terangsang, ia menelusupkan jemari ke dalam rambutku. Membalas lumatanku dengan lembut. Akupun terpancing, aku lebih mendekap alin. Tangan ku bebas membelai punggung alin. Aku turun kembali mengecupi lehernya. Aku mengerang dalam cumbuanku ketika Tangan alin mengusap dada ku mencoba untuk membuka kancing piyama ku. Kini aku bertelanjang dada, alin terus mengusap² dadaku. Sedang aku masih asyik bermain di lehrnya. Sadar apa yang aku lakukan, dibawah sana rupanya sudah berdenyut.
Aku mengangkat tubuh alin dan ku baringkan di ranjang, aku tetap mencumbunya. Tangan kiriku menopang tubuhku agar tak ambruk menindih alin, dan tangan kananku mencoba membuka kancing piyama alin. Satu per satu kancing berhasil di lepas aku melepaskan piyama dari tubuh alin. Aku tercengang melihat pemandangan di depan mataku. Aku baru pertama kali melihat nyata. Kuciumi bagian d**a alin yang tidak tertutupi b*a , ku gigit kecil dan sesekali kuhisap. Alin menjambak tubuhku, dia mengerang dan mendesah pelan. Ohhh tuhan, aku sudah tak tahan.
"Za..yn.."
"Hmmmm.."
Aku terus mencumbu alin, tangannku merayap di bagian perut alin, meraih celana piyama dan mencoba untuk melorotkannya. Tapi tangan alin mencegahku.
"Jangan zayn Jangan dulu Plisss"
Astaga hampir saja aku kebablasan. Aku segera bangkit dan duduk.
"Maaf baby.." Aku menyesal, aku hampir saja mengingkari janjiku. Lagian alin pagi² sudah membuatku gila saja.
Alin bangkit mengikutiku dan duduk di hadapanku. Aku dapat melihat sedikit d**a nya karena alin belum memakai piyama yang ku buka tadi.
"Hampir aja sayang..". Kami terdiam sejenak. Aku mencoba menatap kearah lain, pemandangan tubuh alin membuatku sangat gugup.
"Sayang.." Aku beralih menatap alin mesikipun terganggu sedikit.
"Apa? Hmm?"
"Sebenarnya kita boleh saja melakukan itu.. Tapi aku gak mau kalau sampai hamil..".
"Beneran??"
"Ngga.."
"Lah??? Terus??"
"Aku belum siap zayn. Aku belum siap" alun menunduk.
"Maaf yahh kalau aku belum bisa ngasih buat kamu, aku cuma be.." Aku mengecup bibir alin. Aku menarik alin untuk berbaring bersama. Aku memeluknya.
"Jangan diterusin. Aku ngerti banget sayang.. Cuman kan tadi kita gak sengaja.. Sampai kapanpun aku selalu nunggu kamu sampai siap kok yang.."
"Aku seneng banget punya suami kaya kamu.. Jangan pernah bosen yah sama aku" alin mengecup pipi ku dan mengeratkan pelukan ini. Sehingga aku dapat merasakan sesuatu yang kenyal menempel pada dadaku.
"Udahhh.. Sekarang pake lagi bajunya. Terus mandi atau cucui muka, kita cari sarapan diluar yuk.." alin mengangguk lalu bangkit memakai baju nya kembali.Aku dan alin keluar dari apartemen menuju parkiran, kata alin dulu biasanya dia selalu sarapan bubur ayam mang ija di area parkir.
"Mang ijaaaaaa..."
"Ehhh non alin. Yaampun kemana aja non.."
"Aku ada aja kok mang, mang ija apa kabarnya? Gimana buburnya? Laku terus kan??"
"Alhamduliah non, non alin mau pesen bubur?? Ini teh siapa non??" Mang ija menunjuk kearahku. Aku tersenyum dan mengulurkan tangan.
"Saya zayn mang.."
"Oh zayn. Pacarnya non alin yah.. Uhh mani serasi atuh kalian tehh"
"Makasih mang.."
"Bukan pacar aku mang ija, tapi zayb itu suami aku!"
"Hah?? Suami? Non alin udah nikah?? Eleuh² non alin teh ngga undang² mang ija atuh.. Mang ija gak nyangka non alin udah langsung nikah aja"
"Iya mang, maaf. Kan yang diundang cuma keluarga sama orang² yang di jakarta"
"Iya atuh, mang ija ngerti"
"Mang ija, ayo dong bikin buburnya.. Aku udah laper.."
"Hehe iya non.. Silahkan tunggu aja"
Aku dan alin duduk di bangku. Aku rasa alin sudah kenal dekat dengan mang ija. Aku bersyukur memiliki wanita yang ramah dan sosialnya tinggi, tak membeda²kan orang.
"Mang ija dua yahh.. Punya ku kaya biasa.. Kamu gimana zayn??"
"Aku gak mau.."
"Ihh kamu harus sarapan sayang.."
"Aku mau kok sarapan, tapi buburnya mau dibuatin sama istri tercinta aku"
Alin mengulum senyum.
"Ishh.. Tapi aku gak bisa sayang.."
"Yaudah aku gak mau sarapan.." Ucapku berpura² ngambek.
"Ehhh.. Iya deh iya..".Aljn pov.
Hufttt.. Zayn memaksaku membuatkan bubur untuknya. Bisa gak bisa aku harus buat.
"Mang ija, punya zayn biar aku aja yang bikin.."
"Non alin kan gak bisa?"
"Hhmm tterpaksa mang, demi suami"
"Uhh romantis pisan atuh.."
Aku mulai membuat bubur dan di bantu arahan dari mang ija.
"Eitssss, buburnya pokoknya buatan kamu, racikan kamu"
Ups sepertinya zayn terus mengawasiku. Ketauan deh kalau mang ija bantuin aku.Jam menunjukan pukul 09.00 aku dan zayn sedang bersantai sambil menonton tv.
"Sayang.."
"Mmm?"
"Mamah kirim pesan, kalau resepsi sebaiknya digelar pas kita pulang dari canada.."
"Kok. Gitu?? Tahun depan dong?"
Aku dan zayn akan menetap di canada selama setahun setelah lulus s1.
"Mamah bilang, besok papah mau ke papua karena bisinis dan papa kamu juga katanya mau ikut.. Kakek 2 hari lagi mau ke singapore, oh iya kakek kan bilang mau kasih aku warisan sekolah tuh, tapi kata mamah kakek batalin itu dan mau kasih perusahaan kakek yang ada di jakarta.."
"Oh ya?"
"Iya sayang.."
"Syukur deh kalau gitu.."
Aku dan zayn kembali menatap layar televisi. Zayn membaringkan tubuhnya dan meletakan kepalanya di pahaku. Aku mengusap sayng rambutnya sambil menonton tv.
"Sayang???"
"Apa zayn?"
"Kamu siap nya kapan??"
"Siap?? Apanya yang siap??"
"Hanymoon sama akunya??"
Aku menegak saliva ku. Aku harus jawab apa?? Aku seharusnya sudah melakukan itu dengan zayn. Tapi jujur aku belum siap untuk hamil.
"Mmm.. Nanti yahh, mm kalau umur aku udahhhh????? 20 tahun"
"Beneran???" zayn tampak sumringah mendengar jawabanku.
"I..iya"
"Oke aku tunggu janji kamu"
Zayn kenapa sih? Kan masih lama umur aku masuk duapuluh.Zayn pov.
Yesssssss! Alin gak inget apa? Bulan depan kan umurnya udah dua puluh tahun, sekarang aja udah akhir november, berarti kurang lebih dua mingguan lagi dong?? Asyikkkk... Wkwk
.