02 | Penjual Bunga Keliling

13.8K 894 84
                                    

"Aku adalah jati diriku. Aku yang apa adanya, tidak sempurna."

- Rumi Al-Husein

- Rumi Al-Husein

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah.

Di tepi jendela lantai atas, Alice memandangi koloni burung yang terbang mengepakkan sayapnya, bernyanyi dengan riang seolah menggambarkan suasana hati yang amat bahagia. Langit yang gelap kini perlahan mulai menguning, sang mentari nampak anggun dari ufuk timur.

Suara klakson dan knalpot dari jalan raya, tanda orang-orang mulai beraktivitas. Entah mungkin mereka sedang berangkat menuju ke sekolah, atau bekerja untuk mencari nafkah.

Kring! Kring!

Terdengar pula suara lonceng bel dari para pengendara sepeda. Alice menoleh dan melihat si penjual bunga keliling yang Alice temui kemarin, sedang mengendarai sebuah sepeda dengan kardus bertuliskan: Jual Bunga Mulai dari 7.000 yang tergantung di stang sepedanya.

Alice tersenyum sebentar. Kemudian, ia lekas mengambil handuknya dan bergegas menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.

Dan setelah mandi, Alice mendengar dering telfon dari handphonenya yang tergeletak di atas meja, samping ranjangnya. Dengan rambut basah yang dia tutupi menggunakan sebuah handuk-melingkar di atas kepalanya. Alice mengintip telfon itu dan didapati itu adalah telfon dari Brian (pacar Alice yang ada di Amerika).

"Selamat pagi, Sayang," ucap Brian dengan bahasa Inggris.

"Hey! Selamat pagi, Brian." balas Alice juga dengan bahasa Inggris. Gadis itu senang karena dia dapati pacarnya kini ternyata tengah menunggu kabar darinya.

"Bagaimana kabarmu di Indonesia?"

"Aku baik-baik saja, Brian. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik-baik saja, Alice." Brian menjeda bicaranya sebentar. "Em.. Bagaimana soal tugas penelitian kampusmu?"

Alice terkekeh kecil. "Oh, Brian! Sedikit agak sulit, kebanyakan orang enggan untuk di wawancarai."

"Sayang, aku harap kamu akan selalu baik-baik saja di sana." lanjut Brian menghela nafasnya kasar.

"Terima kasih, Sayang,"

"Semoga beruntung, Alice."

"Kamu juga, Brian."

"Hati-hati, ya. Aku mencintaimu."

"Aku juga."

Telefon pun mereka tutup dengan suara kecupan dari mulut Brian.

Muah!

Gadis itu pun melempar handphonenya sembarangan ke arah kasur. Berjalan menuju koper dan memilih pakaian yang hendak ia kenakan untuk pergi ke cafe. Singkat saja, aku tau jika akan seribet apa bila perempuan memilih outfit-belum lagi berdandannya. Tulisanku pasti nanti jadi panjang!

Kota 7 NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang