25 | Selembar Akte Kelahiran

5K 426 28
                                    

"Setelah mengenalmu, aku merasa kota Madiun menjadi seperti kota Madinah yang damai, tentram dan nyaman. Jadi, aku sudah tau kemana pulangku sekarang."

- Rumi Al-Husein

Di kamar mandi, Rumi tengah berwudhu sebelum ia melaksanakan sholat subuh. Manakala seluruh badannya masih basah setelah ia melaksanakan mandi junub usai berolahraga malam bersama istrinya. Namun, saat sampai pada kumur-kumur, ia di kejutkan oleh air yang ia keluarkan dari mulut malah menjadi berwarna kemerah-merahan.

Darah?

Rumi membelalakkan matanya, cemas. Ia terus mengecek mulutnya-apakah ada gusi yang luka hingga berdarah? Karena kemampuan yang tak memungkinkan untuk menemukan titik lukanya di dalam mulut, ia hanya bisa berpikir positif. Dan lanjut, ia membersihkan mulutnya dari darah itu hingga benar-benar bersih, untuk kemudian mengulang kembali wudhu-nya.

Flashback on:

Usai melaksanakan sholat isya' berjama'ah di rumah.

Aisyah, ia bangkit dari sajadahnya dan lekas membereskan tempat sholatnya untuk kemudian keluar dari kamar sholatan dan pergi menuju kamar mandi. Bule itu hendak kembali berwudhu.

Di sisi lain, Rumi pun juga bangkit dari tempat duduknya. Namun, dia tidak buru-buru untuk keluar, ia malah mengambil kitab yang baru saja ia baca sore tadi, Fathul izar.

Rumi kembali duduk bersila di atas sajadahnya seperti semula. Menggeser tampar yang ada di depannya dan meletakkan kitab itu di atas tampar.

"Bismillahirrahmanirrahiim..."

Kemudian, Rumi memulai ngajinya hingga waktu telah menunjukkan pukul 23.02 malam.

Rumi mendongakkan pandangannya. Dan dengan mata terpejam, ia menghela nafasnya halus. Kemudian, dengan perlahan Rumi membuka matanya dan mulai bangkit dari tempat sajadahnya. Setelah membereskan tempat sholatnya, Rumi pun bergegas berjalan menuju kamar mandi untuk kembali berwudhu.

Sepanjang apa yang dilakukan laki-laki itu hanya beriringan dengan suasana yang amat sangat hening. Dan hanya ada suara jangkrik di sana.

Saat Rumi telah selesai dari wudhunya, ia pun pergi menuju kamar. Namun, dia dapati bahwa pintu kamarnya kini telah tertutup.

Apa Aisyah sudah tidur?

Dengan perlahan, Rumi meraih gagang pintu kamarnya.

Dan keheningan pun menyertai saat ia kembali memejamkan mata dan menghela nafasnya halus dengan posisi tangan yang masih menggenggam gagang pintu.

Batinnya berdo'a:

"Allahumma jannib nassyaithaana wa jannibi syaithaana maarazaqtana." (Do'a berhubungan suami-istri)

Dibukalah pintu kamar oleh laki-laki itu. Namun, hanya sebuah cahaya putih yang begitu menyilaukan memenuhi seisi ruangan kamar. Tak nampak apa pun di mata Rumi!

Akan tetapi, dengan perlahan cahaya itu mulai lenyap. Dan nampak Aisyah yang tengah duduk santai menunggu suaminya di atas ranjang, dan dengan selimut menutup setengah dari badanya. Aisyah menyambut suaminya itu dengan senyum penuh cinta di malam itu, dan begitupun Rumi, ia juga juga balik tersenyum.

Kota 7 NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang