"Dan manusia juga pasti memiliki sejarah hidupnya masing-masing. Entah itu baik atau buruk!"
- Rumi Al-Husein
Pagi itu.
Keluar dari kamar, Alice melihat Rumi yang usai melaksanakan sholat subuh sedang duduk berjongkok memberi makan seekor kucing lokal-bulu kucing itu berwarna putih bersih. Namun, entah dari mana Rumi mendapatkannya.
"Hey!" sapa Alice kepada kucing itu. Dia pun juga ikut duduk jongkok di samping Rumi, sambil mengelus kepala kucing itu.
"Siapa kamu?"
Rumi tersenyum melihat Alice yang tampak juga sangat menyukai kucing itu.
"Tadi waktu aku mau sholat subuh, aku denger suara dia dari arah depan rumah. Terus, waktu aku buka pintu buat ngecek, aku liat kayaknya dia kelaperan. Ya udah aku bawa dia masuk deh." jelas Rumi sambil mengelus bagian punggung kucing itu hingga ke ekornya.
"Biar dia tinggal di sini juga, Rumi." sahut Alice menoleh ke Rumi.
Rumi terkekeh kecil. "Iya, kita kasih nama Tiko, ya?"
"Ha ha ha! Iya?" tanya Alice lagi. "Bagus namanya."
Rumi tertawa kecil.
"Oh, iya! Nanti jadi gak?" Rumi bertanya.
"Jadi apa?"
"Keliling Madiun, katanya pengen lihat-lihat semua padepokan pencak silat yang ada di sini, kan?"
"Kamu gitu aja?" Alice bertanya dengan mengangkat alisnya, menatap Rumi yang masih mengenakan sarung dan kaos oblongnya.
"Ya aku ganti baju dulu lah. Kamu buruan mandi kalau gitu." ucap Rumi yang bangkit dari duduknya, untuk kemudian masuk ke dalam kamar.
"Sebentar, Rumi." celetuk Alice yang langsung masuk ke dalam kamar, melewati Rumi yang masih memegang gagang pintu saat hendak menutupnya.
Rumi memperhatikan Alice yang masih mengambil pakaiannya di dalam koper untuk kemudian dia bergegas menuju kamar mandi. Rumi menutup kembali pintunya usai wanita itu pergi. Kemudian, Rumi berjalan ke arah ranjang, dia melemparkan badannya ke arah kasur itu untuk kemudian merebahkan badannya sebentar.
Rumi menghela nafasnya halus, melamunkan pandangannya dan mengosongkan pikiran untuk mengistirahatkan otaknya.
Beberapa menit kemudian.
Jeglek!
"Ayok." celetuk Alice membuka pintu dan berdiri di sana, dengan handuk yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya.
"Loh? Udah mandi?" tanya Rumi yang duduk usai bangkit dari tidurnya.
"Udah dong." jawab Alice yang masih memegang gagang pintu kamar.
"Bentar. He he he" lanjut Rumi. "Aku belum ganti baju." Rumi bangkit dari ranjang dan menghampiri Alice, mengarahkan Alice untuk keluar lagi dari kamar.
Jeglek!
Bisa-bisa rusak tuh pintu! Dari tadi dibuka-tutup mulu.
"Dia perempuan, kan? Tapi, kok cepet banget mandinya." lirih Rumi di balik pintu dengan mimik wajah yang terheran-heran. Lanjut, Rumi langsung bergegas menuju lemari dan memilah baju yang akan dia kenakan pagi itu.
Usai memakai baju, sekarang giliran dia mengenakan celananya. Dia membuka lemari itu lagi dan mengambil sebuah celana cargo warna hijau tua, nampak singkron dengan kaosnya saat itu yang berwarna putih polos dan outer cardigan warna crame kotak-kotak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota 7 Negara
Teen FictionTERBIT! Beberapa chapter dalam versi Wattpad tidak dipublish demi kepentingan penerbitan. Happy Reading, Ay.