Tepat tujuh hari sudah Aisyah menempuh masa-masa haidnya. Dan sore itu, Aisyah berjalan dari arah kamar menuju dapur untuk menemui suaminya yang baru saja selesai melaksanakan sholat ashar. Dan ia dapati bahwa kini Rumi tengah merebus air untuk membuat secangkir kopi.
"Mas?" panggil Aisyah dari arah belakang suaminya yang masih memperhatikan airnya yang sedang ia rebus.
Rumi menoleh. "Dalem?"
"Em... Mens-ku udah selesai, Mas. Apa magrib nanti aku suqdah bisa sholat sama kamu?"
Hening sesaat. Dengan lekat Rumi menatap istrinya yang berdiri dihadapannya mengenakan baju daster milik almarhumah ibunya dan rambut belakang yang dikucir.
"Belum boleh, Ay. Kamu harus mandi besar dulu," ucap Rumi sambil mematikan kompornya. Kemudian ia mengangkat panci kecil berisi air mendidih itu dan menuangkannya ke dalam gelas berisi bubuk kopi dan gula.
"Mandi besar? Itu mandi apa, Mas? Semacam mandi kembang seperti kebanyakan orang-orang Jawa yang aku lihat?"
Rumi terkekeh kecil. Kemudian ia menyandarkan badannya ke sebuah meja yang menopang kompornya.
"Bukan, Ay, mandi besar itu mandi yang bertujuan untuk menghilangkan hadas besar."
Aisyah menundukkan pandangannya. Kebiasaan, Rumi selalu saja memberi penjelasan yang singkat, membuatnya terus tak mengerti.
Rumi menghela nafasnya halus. "Darah haid itu, kan kotor. Jadi, sebelum menghadapkan kembali diri kita kepada Allah, kita harus suci terlebih dahulu."
"Oh, bisa ajari aku kan, Mas?"
Rumi membalikkan badannya dan menatap kopi itunya lagi, ia mengambil sendok kecil yang kemudian akan ia gunakan untuk mengaduk.
"Bisa," balas Rumi setelah menyeruput sedikit kopinya. Kemudian ia berjalan melewati istrinya dan menarik kursi dari bangku meja makan untuk duduk.
"Pertama, kamu harus hafal niatnya," jelas Rumi.
Aisyah pun menghampiri suaminya dan lekas ikut duduk di hadapannya.
"Kedua, setelah kamu masuk ke kamar mandi, basuh tanganmu sebanyak tiga kali. Ketiga, bersihkan kemaluan dengan tangan kiri kamu. Keempat, berwudhu seperti yang pernah aku ajarkan ke kamu. Kelima, basuh kepala sampai pangkal rambut. Keenam, ratakan air dari rambut ke seluruh kepala. Dan yang terakhir, ratakan air ke seluruh tubuh kamu."
Setelah Rumi menjelaskan setiap tata caranya dengan detail, serta menuntun istrinya untuk menghafalkan niatnya. Sekarang, Aisyah telah melaksanakan mandi junubnya di kamar mandi sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh suaminya.
Dalam suasana hening dan hanya ada suara gemercik air dari kamar mandi, Rumi menanti Aisyah selesai dari mandi besarnya. Rumi menyanggah kepalanya dengan kedua tangan di atas meja, seperti seseorang yang sedang berpikir. Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar untuk mengambil suatu barang. Dan kemudian kembali ke ruang meja makan.
Beberapa menit kemudian, keluar Aisyah dari kamar mandi sambil mengusap-usap kepalanya dengan handuk berwarna coklat untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah.
Aisyah melihat suaminya yang masih duduk di bangku meja makan dan dengan serius ia membaca sebuah kitab sambil ditemani segelas kopi.
Rumi menutup bukunya dan tersenyum menyambut kedatangan Aisyah yang kemudian kembali duduk di hadapannya.
"Alhamudulillah.. Dengan begini, aku sudah suci, kan, Mas?" ucap Aisyah dengan kekehan.
"Iya, Ay," balas Rumi dengan senyum yang melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota 7 Negara
Teen FictionTERBIT! Beberapa chapter dalam versi Wattpad tidak dipublish demi kepentingan penerbitan. Happy Reading, Ay.