"Ini hanya pengingat untuk kita agar selalu berbuat baiklah kepada siapa pun seolah kita akan mati besok."
- Rumi Al-Husein
"Mas?" panggil Aisyah kepada Rumi yang tengah duduk di depannya, di atas sajadah setelah melaksanakan sholat subuh.
"Dalem, Ay?" jawab Rumi menoleh ke belakang, tempat Aisyah duduk.
Wajah Aisyah memelas. "M-maaf, Mas, k-kita kehabisan stock makanan, mau sarapan apa kita pagi ini?"
Rumi terkekeh. Kemudian ia membalikkan posisi duduknya dan menghadap ke arah istrinya sambil tersenyum lebar.
"Kenapa harus minta maaf?" tanya Rumi dengan tetap tersenyum.
Aisyah menunduk dan tidak mampu menjawab pertanyaan dari suaminya.
"Hm?" lanjut Rumi dengan mengernyitkan dahinya.
"Ya.. aku merasa bersalah aja, Mas." jawab Aisyah.
"Kita cari sarapan di luar aja, kamu gak perlu sedih cuma karena masalah sarapan."
"I-iya, Mas." jawab Aisyah dengan tetap menunduk.
Rumi kembali tersenyum. "Boleh aku tidur di pangkuanmu, Ay?"
Aisyah mendongakkan pandangannya. Ia tersenyum sebelum kemudian menjawab pertanyaan aneh yang keluar dari mulut suaminya tersebut.
"Gak perlu izin, Mas, kalau tidur ya tidur saja. Ini semua milikmu." balas Aisyah. Kemudian, Rumi pun membaringkan badannya di atas pangkuan istrinya.
Rumi hanya diam dan tak mengatakan sepatah kata pun setelah ia terlarut dalam kenyamanan yang diberikan oleh istrinya tercinta. Dan lanjut, Aisyah mulai mengelus-elus rambut suaminya.
"Mas, gak nyangka ya, kita bakal sampai menikah? Padahal, kita dulu bertemu dengan tanpa sengaja."
Rumi terkekeh dan mulai menatap lekat istrinya. "Karena aku adalah Jawa, berbeda denganmu yang seorang bule."
Aisyah mengernyit. "Kenapa memang kalau kamu Jawa?"
"Karena aku adalah Jawa-ban dari do'a-do'a kamu. Hehe!"
Aisyah menarik ujung bibirnya untuk tersenyum lebar. Dan hening sesaat sebelum kemudian Aisyah kembali berucap, "Aku ini mualaf, Mas, tentunya ilmu agamaku masih sedikit..."
"Hijrah, nanti kita bisa belajar sama-sama," sahut Rumi.
"Dulu masa laluku juga kacau..." Aisyah meneruskan.
"Aku bantu perbaiki."
"Dan aku juga pernah salah jalan..."
"Itu artinya kamu punya banyak pengalaman, Ay."
Hening sesaat. Mata mereka pun terpaku menatap satu sama lain. Ujaran apa lagi yang akan Aisyah ucapkan kepada suaminya?
"Tapi, Mas... tidurku ngorok."
Rumi terkekeh. "Itu masih mending, Ay, daripada tidurku... KAYANG!"
Dibalas Aisyah dengan tertawa puas. "Hahaha! Bagaimana itu tidur kayang, Mas?"
"Gak ngerti, aku asal jawab aja. Haha!" balas Rumi tertawa balik.
Setelah itu, Rumi menengok ke jam tangan yang terpasang di pergelangannya. Dan tak terasa, kini jam telah menunjuk ke pukul 06.35.
"Ya udah, yuk! Kita cari sarapan sekarang," ucap Rumi.
"Iya," balas Aisyah. Diikuti Rumi yang kemudian bangkit dari baringnya dan mulai membereskan tempat mereka sholat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota 7 Negara
Ficção AdolescenteTERBIT! Beberapa chapter dalam versi Wattpad tidak dipublish demi kepentingan penerbitan. Happy Reading, Ay.