06 | Nasi Pecel dan Brem

7.6K 637 30
                                    

"Jika cinta ini jatuh kepada seseorang yang memiliki keyakinan berbeda denganku (yang tetap meyakini-Mu), apakah itu juga disebut anugrah-Mu?"

- Rumi Al-Husein

Rumi terbangun dari tidurnya semalam dengan selimut yang menyelimuti separuh badannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumi terbangun dari tidurnya semalam dengan selimut yang menyelimuti separuh badannya. Tentu Rumi terkejut. Namun, Rumi menyadari bahwa Alice lah yang memberikannya selimut-kala Rumi sedang tertidur pulas.

Rumi bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh di kamar kosong yang dulunya merupakan kamar dari ibu Rumi.

Usai melaksanakan sholat, keluar dari kamar itu, Rumi di kejutkan dengan Alice yang berdiri di depan kamar tempat Rumi sholat.

"Aku pikir kamu kemana, Rumi." ujar Alice mengejutkan Rumi.

"Huffttt! Ngagetin aja." balas Rumi mengelus dada dan menghela nafas.

"He-he."

Rumi berjalan menuju sofa ruang tamunya, duduk di sana dan diikuti Alice yang juga duduk di sofa sampingnya.

"Rumi, aku laper."

"Laper?" tanya Rumi yang di angguki oleh Alice.

Rumi berpikir sebentar.

"Kamu mau nyobain makanan khas Madiun gak?" lanjut Rumi bertanya.

"Makanan apa?"

"Nasi pecel."

"Pecel? Aneh sekali namanya."

"Mau gak?" Rumi menawari lagi.

"Boleh, sekalian buat bahan penelitianku."

"GAS!"

Mereka pun berganti baju dan lekas berangkat ke warung makan dengan mengendarai motor butut peninggalan kakek Rumi.

"Kamu udah sembuh, Rumi?"

"Udah." balas Rumi yang disenyumi Alice.

Mereka pun berangkat dengan berboncengan. Di motor.

"Rumi, aku tertarik sama buku yang kamu ceritakan semalam. Judulnya apa?"

"Imama Al-Hafidzh?"

"Iya, aku penasaran deh sama buku itu. Sepertinya menarik."

"Kalau gitu nanti kita ke Plaza Lawu Madiun, ya?"

"Apa itu?" tanya Alice

"Sebuah Mall-di daerah Jalan Pahlawan, kita ke Gramedia. Hehehe"

"Rumi, kan kamu tau aku gak punya uang, apalagi buat beli buku."

"Gampang." jawab Rumi.

Sesampainya di warung.

"Pak!" Sapa Rumi kepada salah satu pelanggan warung yang sedang berada di depan warung makan.

"Oy, Rum!" balas bapak-bapak itu.

Kota 7 NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang