"Saya tidak bisa menikahi gadis tersebut. Karena amin yang saya langitkan telah sirna, terhalang oleh iman yang berbeda."
- Rumi Al-Husein
Di Pengadilan Agama, siang itu.
"Saudara Amri, selaku wali dari Rumi Al-Husein? Benar, anda yang berniat menikahkan Rumi tersebut dengan gadis bernama Alice Walker?"
"Benar, Yang Mulia."
"Dan benar, maksud kedatangan anda ke kantor Pengadilan Agama ini tak lain untuk mempertimbangkan keputusan menjadikan pak Aziz selaku kepala KUA sebagai wali hakim atau wali yang menggantikan wali nasab dari calon mempelai wanita?" ucap hakim tua berkaca mata kepada pak Amri yang duduk di kursi sebelah kiri Rumi.
"Iya. Benar, Yang Mulia." jawab pak Amri.
"Boleh saya melihat berkas-berkasnya?"
Puluhan pasang mata warga desa dan teman-teman Rumi yang hadir dalam persidangan itu pun kini menatap ke arah pak Amri yang tengah bangkit dari tempat duduknya dan bergegas menghampiri sang hakim untuk menyerahkan sebuah map merah berisi berkas-berkas.
Rumi. dia duduk di sebuah kursi yang saat itu di sampingnya adalah pak Amri dimana kepala desanya itu telah bersedia menjadi wali untuknya di persidangan. Bersama Alice yang saat itu juga duduk bersebrangan beberapa meter sebelah kanan Rumi dimana di samping kanan Alice adalah pak Aziz yang merupakan kepala KUA yang akan menggantikan ayah Alice sebagai wali nikahnya.
Pak Amri kembali ke tempat duduknya di depan hakim yang sedang membuka lembar demi lembar dari berkas-berkas tersebut. Saat itu, Rumi dan Alice pun kini hanya mampu menundukkan pandangannya dan terus memanjatkan do'a.
"Saudari Alice?" panggil hakim.
Alice mendongakkan kepala dan mulai mengangkat mikrofonnya. "Iya, Yang Mulia?"
"Jelaskan hal apa yang membuat ayahmu tidak bisa hadir dalam pernikahan kamu dengan Rumi?"
"Ayah saya sedang di negaranya, Yang mulia, Amerika."
"Dia sibuk oleh pekerjaannya disana. Entah dia setuju atau tidak.." Alice menjeda bicaranya sebentar.
"Entah dia juga akan peduli atau tidak, yang jelas saya sudah memberitahunya tentang hal ini lewat telephone." ungkap Alice.
Flashback on:
Pagi itu, di kantor desa, saat sebelum mereka berangkat ke kantor Kementrian Agama. Alice tengah duduk di atas tikar tempat tidurnya, bersama pak Amri, pak Bahar, Juned dan Bagas.
Pak Amri meminjamkan handphonenya kepada Alice, dengan maksud untuk Alice dapat memberikan kabar kepada ayahnya jika putrinya tersebut akan di nikahkan. Alice menempelkan handphone pak Amri ke telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota 7 Negara
Novela JuvenilTERBIT! Beberapa chapter dalam versi Wattpad tidak dipublish demi kepentingan penerbitan. Happy Reading, Ay.