15 | Malam Pernikahan

6.7K 548 32
                                    

"Setelah petualangan panjangku menyusuri hidup, bukan pernikahan ini yang jadi hadiahnya. Tapi, kamulah hadiahnya."

- Rumi Al-Husein

Usai salam, dimana saat setelah Rumi dan Aisyah melaksanakan sholat isya' berjamaah. Rumi menoleh ke Aisyah yang masih duduk tahiyat akhir di belakangnya.

"Kamu sedang berhalangan?" tanya Rumi.

"Berhalangan untuk apa, Rumi?" Aisyah bertanya balik karena tak faham dengan ucapan Rumi yang tiba-tiba menanyakan hal itu.

Rumi terkekeh kecil. "Maksud aku, apa kamu sedang udzur?"

"Udzur?"

Rumi menghela nafasnya halus.

"Menstruasi, Sayang." jelas Rumi.

Deg!

"Oh," Aisyah menundukkan pandangannya sebentar dan pikirannya pun kini mulai mengarah kemana-mana. Aisyah senang, tak menyangka bahwa Rumi akan secepat itu.

"Aisyah?"

Aisyah mendongakkan kepalanya. "Eh, iya, eh! Tidak, Rumi, aku tidak sedang mens."

"Oh, ya sudah," jawab Rumi yang kemudian mengembalikan pandangannya ke arah kiblat.

"Kenapa, Rumi?" tanya Aisyah dengan mengernyitkan dahinya.

Rumi menoleh kembali ke Aisyah.

"Enggak," jawabnya dengan menggelengkan kepalanya.

"Kita berdo'a bersama dulu, ya?"

Aisyah mengangguk. "Iya,"

Dan kemudian, mereka pun melanjutkannya dengan berdo'a bersama. Setelah berdo'a, Rumi menoleh kembali ke arah Aisyah yang hendak mencium tangan suaminya.

"Kamu ke kamar dulu aja. Aku mau sholat sunnah sekalian ngaji dulu sebentar," ucap Rumi.

Aisyah pun mengerti dan membatalkan niatnya untuk mencium tangan suaminya tersebut.

"Oh, iya, Rumi." jawab Aisyah.

Rumi mengangguk. Diikuti Aisyah yang mulai bangkit dari tempat duduknya dan dilanjut membereskan tempat sholatnya. Setelah Aisyah melepas mukena dan mengembalikannya ke tempat semula, ia pun bergegas keluar dan melangkahkan kakinya untuk menuju kamar.

Di kamar, Aisyah melemparkan badannya ke atas ranjang dan merebahkan badannya sembari tersenyum memandangi langit-langit.

Dengan perasaan senang, Aisyah membayangkan Rumi yang malam ini akan tidur satu ranjang dengannya, itulah hal yang sebenarnya selama ini ia tunggu-tunggu.

Di tambah malam ini adalah malam jum'at. Jelas, sangat mendukung!

Sekarang jam sudah menunjuk pada pukul 20.00.

Dan dengan halu yang masih berputar-putar di otaknya, saat itu pula Aisyah mendengarkan suara Rumi yang mulai dengan fasih melantuntan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari arah kamar almarhumah ibunya tempat ia sholat.

Waktu terus berjalan.

Sudah satu jam lebih Aisyah menunggu suaminya dan sekarang ia mulai merasa bosan. Kemudian, Aisyah menoleh ke arah jam dinding yang saat ini sudah menunjukkan pukul 21.20 dan saat itu juga Rumi masih belum selesai dari mengajinya.

"Hah? Sudah satu jam lebih?"

Aisyah menghela nafas. Kemudian bangkit dari tempat tidurnya untuk duduk sejenak.

"Lama sekali Rumi mengajinya. Kenapa gak seperti biasanya?" gumam Aisyah dengan lirih.

Karena lelah menunggu, ia pun berniat untuk keluar dari kamar dan mengintip suaminya yang sudah satu jam lebih membaca Al-Qur'an.

Kota 7 NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang