11 | Warga Desa

4.8K 429 11
                                    

"Wallahi, saya tidak pernah memiliki niat atau pikiran buruk sedikit pun kepada gadis ini."

- Rumi Al-Husein

Malam itu, Alice keluar dari kamar dengan membawa sebuah laptop yang selama ini disimpan di bawah lemari oleh Rumi, lengkap dengan buku catatan kecil dan kamera miliknya. Ia berjalan menuju ruang tamu dan duduk di atas sofa.

Di sana, tak sengaja Alice mendengar suara lantunan ayat suci al-Qur'an surah Ali Imran yang di baca oleh Rumi usai dirinya melaksanakan sholat isya'.

"Is that Rumi?" (Itu Rumi?) gumam Alice lirih, dengan menarik bibirnya untuk tersenyum tipis. Tentu saja itu adalah kali pertama dirinya mendengarkan suara Rumi yang sedang mengaji. Sungguh indah dan menentramkan hati. Membuatnya semakin kagum dengan sosok Rumi yang sederhana, baik dan tulus membantu siapa pun.

Sambil mendengarkan suara Rumi yang tengah mengaji, Alice menyalakan laptop dan mulai mengetik, menyicil tugas penelitiannya malam itu.

"Shodakallahul'adziim."

Rumi keluar dari kamar almarhumah ibunya yang dia gunakan untuk melaksanakan sholat. Melihat Alice yang sedang duduk di depan laptopnya dan Alice pun juga menengok ke arah Rumi yang masih memakai sarung batik dan kaos oblongnya.

"Laptopnya bisa?" Rumi bertanya sambil menutup pintu kamar.

Jeglek!

"Bisa, Rumi."

Rumi melangkahkan kakinya menuju sofa untuk kemudian duduk di sofa kecil samping Alice duduk.

"Huft." Rumi menghela nafasnya halus setelah dirinya duduk.

"Ini udah bener belum?" Alice bertanya dengan menggeser laptopnya ke arah Rumi, memastikan apa yang di tulis oleh Alice sudah benar.

Rumi membenarkan posisi duduknya dan menengok ke arah laptop. "Insya 'Allah, sudah kok."

"Okey." Alice mengembalikan posisi laptopnya dan kemudian melanjutkan ketikannya.

"Sebenernya masih ada satu lagi pusat padepokan pencak silat yang belum aku tunjukin ke kamu disini." celetuk Rumi menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Oh, ya?"

"Iya, pusat padepokan Setia Hati Tuhu Tekad (SHTT), itu ada di desa Sewulan kecamatan Dagangan, di Madiun bagian selatan."

"Oh, tapi kenapa SHTT, PSHT sama PSHW itu ada Setia Hati-nya, Rumi? Setia Hati itu apa?"

"Perguruan-perguruan itu masih satu rumpun Setia Ha-"

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan dari arah pintu depan, menghentikan Rumi yang tengah menjelaskan. Reflek pandangan mereka pun tertuju pada pintu itu. Kemudian, Alice berdiri dari tempat duduknya untuk kemudian bergegas membukakan pintu.

"Alice." celetuk Rumi, menghentikan langkah Alice yang kemudian menengok kepadanya. "Biar aku aja yang buka pintu."

"Oh, okey." Alice pun duduk kembali dan memperhatikan Rumi yang berdiri dari tempat duduknya. Lanjut, Rumi mulai melangkahkan kakinya untuk bergegas membukakan pintu, melihat siapa tamu yang datang malam hari itu.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu itu yang kian mengeras.

Jeglek!

Saat Rumi membuka pintunya, dia di kejutkan oleh kedatangan pak Bahar, pak Akbar, Juned, Agus dan Bagas yang merupakan pemuda karang taruna di desa itu.

Kota 7 NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang