07 | Undangan Pernikahan

7.1K 549 12
                                    

"Saya tidak akan pacaran sebelum saya menikah. Dan saya tidak akan menikah sebelum saya selesai sama diri saya sendiri."

- Rumi Al-Husein

"Rumi, aku boleh pinjam handphone kamu?" celetuk Alice bertanya kepada Rumi yang tengah sarapan di depannya, di meja makan dekat dapur.

"Buat?" lanjut Rumi bertanya balik dengan tetap fokus melahap makanannya.

"Melacak handphone aku yang di ambil orang."

"Oh." balas Rumi mengeluarkan handphonenya dari saku celana dan memberikannya kepada Alice.

Rumi pun melanjutkan makan hasil masakannya sendiri bersama Alice, nasi pecel khas tangan Alice dan Rumi.

Alice memasukkan E-mail nya ke handphone Rumi, namun saat melacaknya, ternyata orang yang sudah merampas handphone Alice telah me-reset handphone Alice. Jadi, Alice benar-benar gagal untuk mendapatkan handphonenya kembali.

"Aduh." ucap Alice menggaruk-garuk kepalanya.

"Bisa gak?" tanya Rumi.

"Pelakunya udah reset handphone aku sepertinya, Rumi." balas Alice. "Dari tadi gagal terus."

"Coba liat." lanjut Rumi meminta handphonenya untuk dia coba.

"Hm." Alice memberikan handphone kepada Rumi.

"Waduh! Iya nih. Udah gak bisa kayaknya." celetuk Rumi yang juga mencobanya berkali-kali.

"Kamu gak bikin akun baru aja buat ngabarin keluarga kamu di Amerika?"

"Tujuanku itu melacak handphoneku, Rumi. Bukan untuk memberi kabar keluargaku di sana." balas Alice mengernyit dan terkekeh.

"Lagi pula belum tentu juga ayah dan ibuku akan peduli dan mencariku di sini."

"Dan aku sendiri lebih merasa nyaman bila tinggal di sini."

Deg!

Sesaat mata Rumi terbelalak menatap Alice, bibirnya pun terkunci dan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Bentar, apa tadi dia bilang dia nyaman tinggal di sini? Bersama Rumi?

"Aku bingung, Rumi."

"Y-ya udah, kamu makan aja dulu. Keburu nasinya dingin, ntar gak enak, loh." ucap Rumi gugup. Kemudian, Alice pun melanjutkan makannya seoalh tanpa beban.

***

Siang itu, Alice melihat Rumi sedang menyiram tanaman yang berada di belakang rumahnya.

"Rumi, novelnya bagus! Aku suka!" ucap Alice sedang duduk di depan pintu memandangi Rumi yang tetap fokus menyirami tanamannya.

"Hehehe."

"Ini novelnya happy ending, kan?"

"Baca aja."

"Soalnya aku gak suka baca novel sad ending, Rumi," ujar Alice membuat Rumi seketika menoleh kepadanya.

"Em... Iya." jawab Rumi.

"Oh, iya, kamu ada rekomendasi novel lagi?"

"Banyak, tapi kamu baca aja itu dulu sampai selesai."

"Iya, Rumi," balas Alice melanjutkan membacanya.

Rumi tidak peduli kepada Alice perihal suka atau tidak sukanya dia terhadap novel itu. Rumi hanya berharap Alice akan mendapatkan ilmu dari buku itu hingga merubah pribadinya.

Hening.

Terlintas dalam benak Rumi saat Alice mengatakan bahwa keluarganya mungkin tidak peduli dengannya. Rumi merasa penasaran dan kini dia pun berusaha memberanikan dirinya untuk menanyakan hal tersebut.

Kota 7 NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang