"Gunakan ketulusanmu, maka kamu akan bahagia dengan kesederhanaan itu."
- Rumi Al-Husein
"Gang ngajeng niko mlebet mawon." ucap Rumi kepada tukang ojek yang usai menjemputnya dari rumah sakit malam itu. (Gang depan itu masuk aja.)
Uhuk! Uhuk!
Suara batuk dari Rumi yang sudah beberapa hari ini sakit-membuatnya libur untuk berjualan bunga.
Di depan rumah.
"Matur nuwun, Mas." ucap Rumi memberikan uang ongkos kepada tukang ojek. (Terima kasih, Mas.)
"Sami-sami." balas tukang ojek yang kemudian pergi. (Sama-sama.)
Saat hendak masuk ke halaman rumah, Rumi di kejutkan dengan Alice yang tergeletak di depan pintu rumahnya.
"Ya Allah!" ucap Rumi yang berlari menghampiri Alice.
"Mbak! Mbak! Hey!" lanjut Rumi yang membangunkan Alice. Namun, gadis itu tak kunjung bangun dan sadar dari pingsannya. Tidak ada pilihan lain, terpaksa Rumi bergegas membuka pintu rumahnya yang terkunci dan membawa Alice masuk ke dalam dengan menggendongnya. Rumi membaringkan tubuh Alice di sofa ruang tamunya.
Langsung saja Rumi berlari menuju kamarnya dan membuka satu persatu setiap laci dari meja kayunya. Ia hendak mencari minyak kayu putih untuk gadis malang itu.
Uhuk! Uhuk!
Suara batuk Rumi lagi.
Perlahan Alice membuka matanya yang sayu, kini dia telah terbangun dari pingsannya karena suara batuk dari pria itu.
"Rumi?"
"Aw!?" perut Alice saat itu terasa sakit, dia memegangi perutnya yang kian terasa seperti di remas-remas.
Rumi yang sedang mencari minyak kayu putih di kamarnya itu pun langsung berlari menuju ruang tamu untuk menghampiri Alice, usai dirinya mendengar suara rintihan dari Alice yang memanggil namanya.
"Hey! Kamu kenapa?" tanya Rumi yang kemudian duduk di sofa kecil samping Alice.
Gadis itu lemas dan ia pun tak tau harus menjawab apa.
"Saya ambilkan air minum, ya?"
Dengan sigap, Rumi langsung bergegas menuju dapur untuk mengambil segelas air putih dan kembali untuk meminumkan segelas air putih itu kepada Alice yang terus merintih kesakitan memegangi perutnya.
"Perut aku sakit, Rumi." lirih dengan mengernyit menatap Rumi.
"Kenapa? Belum makan?" tanya Rumi menatap lekat wajah pucat Alice. Namun, gadis itu hanya menggelengkan kepala dan menahan air matanya agar tidak keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota 7 Negara
Teen FictionSEGERA TERBIT! Beberapa chapter dalam versi Wattpad tidak dipublish demi kepentingan penerbitan. Happy Reading, Ay.