16 | Camilan Favorite

6.1K 481 27
                                    

"Selama ini aku kira kamu yang blasteran, Ay, blasteran Amerika dan Surga."

- Rumi Al-Husein

Pagi itu.

Rumi terbangun dari tidurnya semalam. Dia menoleh ke arah samping tempat dimana Aisyah tidur. Dan ia dapati bahwa istrinya sudah tidak ada di sampingnya.

"Loh!?"

"Aisyah?"

Spontan, Rumi langsung terduduk dan menengok ke arah kanan-kiri. Kemudian, ia bangkit dari ranjangnya dan mulai melangkahkan kakinya menuju pintu kamar untuk mencari Aisyah.

Saat Rumi akan meraih gagang pintu.

Jeglek!

Rumi dikejutkan Aisyah membuka pintu kamarnya terlebih dahulu.

"Eh!? Mas? Udah bangun ternyata, baru aja mau aku bangunin." ucap Aisyah usai dari kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Rumi menghela nafasnya kasar. "Aku kira kamu kemana, Ay."

Aisyah mengernyit. "Ay?"

"Ay-syah, hehe." Rumi tertawa kecil. Maksudnya: "Aisyah."

Aisyah terkekeh. "Yuk, Mas, kita sholat subuh."

"Iya," balas Rumi sambil tersenyum balik.

Tak seperti yang Rumi kenali dulu, sekarang perempuan itu sudah bisa bangun lebih awal dan mengingatkan suaminya itu untuk sholat.

Kemudian, setelah Rumi selesai dari berwudhunya, mereka pun melanjutkan dengan sholat seperti biasa. Setelah salam di tahiyat akhirnya, Rumi mengulurkan tangannya ke depan Aisyah untuk kemudian dicium oleh istrinya tersebut. Dan setelah Aisyah mencium punggung tangan Rumi, dengan pelan, mereka mulai melepaskan salamannya.

Rumi. Dia membalikkan pandangannya kembali ke arah kiblat untuk berdzikir sejenak.

 Dia membalikkan pandangannya kembali ke arah kiblat untuk berdzikir sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi ini biar aku yang masak, Mas." celetuk Aisyah, diikuti Rumi yang kembali menoleh ke arah istrinya.

"Gak perlu, Ay, kita beli di luar aja, ya?"

"Mas, aku ingin masakin sarapan buat suamiku."

Rumi menundukkan pandangannya dan mulai menghela nafasnya kasar.

Sebenarnya, Rumi tau seberapa kacaunya masakan Aisyah. Namun, ya sudahlah, bagaimana pun dia harus tetap menghargai perasaan istrinya.

Rumi mendongakkan pandangannya. "Ya sudah, masaklah untuk suamimu, Ay."

Aisyah tersenyum. "Untuk ayah dari anak-anakku nanti. Hehe,"

"Iya, Ay." lanjut Rumi tersenyum balik kepada Aisyah.

"Emm.." Aisyah berpikir sejenak, sebelum akhirnya ia melanjutkan bicaranya.

"Berarti anak-anak kita nanti blasteran Jawa dan Amerika dong, Mas? Haha, so cute!"

Kota 7 NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang