• t i g a p u l u h d u a •

286 54 9
                                    

***

Sudah satu bulan sejak Myungsoo mengunjungi Keluarga Besar Bae di Jeonju. Dan dalam tiga puluh hari itu, orang tua Suzy masih bertanya, "yang benar, Zy? Myungsoo sungguh pewaris Kim-Dom?"

Itu terjadi hampir setiap mereka menelfon Suzy. Mulai risih, Suzy menekankan dengan jelas dan tegas bahwa Myungsoo memang satu-satunya orang yang akan memegang kendali Kim-Dom di masa depan lalu Suzy menutup panggilan dengan ancaman akan terjun ke Sungai Han jika keluarganya masih bertanya soal itu.

Suzy paham, dia pun salah karena tidak memberi tahu di awal tentang asal-usul Myungsoo. Bukannya kelupaan, hanya saja ada sedikit ketakutan ayah dan ibunya minder kemudian menyuruh ia dan Myungsoo putus. Nampaknya hal itu menjadi lebih rumit sekarang karena Ayah sudah malu setengah mati dan enggan bertemu Myungsoo untuk beberapa waktu, sedangkan ibu? Jangan ditanya, dia kerap mengutuk dirinya sendiri karena sempat mengira Myungsoo tukang kredit keliling.

Kalau Bibi Aeseok, dia meminta maaf setelah siuman, meski wajah gengsi dan ketusnya tak pergi.

Malam itu Suzy duduk di balik meja bar tempat Mingyu bekerja, jemari lentiknya tak henti bergerak di layar iPad miliknya sembari membaca beberapa rekomendasi internship di bergagai perusahaan di Korea. Masuk semester lima, Suzy sudah harus mengikuti mata kuliah praktek, salah satu pilihannya adalah magang (internship).

"Dora, minggir sedikit." Mingyu menyuruh Suzy bergeser ketika pria itu hendak membuka laci yang tempatnya tertutup oleh Suzy.

"how dare you!" Suzy memincing mata mendengar panggilan yang Mingyu layangkan untuknya. Dora. Kenapa demikian? Itu karena rambut Suzy sekarang agak di atas bahu, berbentuk bob dengan poni depan yang manis. Sebenarnya Suzy tidak ingin memiliki rambut pendek kalau bukan karena salon yang ia sambangi melakukan kesalahan saat merapikan rambut Suzy yang menjadi lebih pendek dari permintaan Suzy. Karena bentuknya terlanjur jelek, makanya Suzy memutuskan memotongnya saja.

"habisnya mirip Dora." Mingyu menyeringi jahil. Dia melirik aktivitas Suzy, "lagi pula di tengah keramaian begini bisa-bisanya sibuk nugas. Sana ke McD saja."

"enak di sini, McD banyak orang pacaran kalau jam segini." Sekarang pukul setengah sembilan malam, setelah kuliah sore Suzy belum sempat pulang ke indekost karena malas.

Suzy dan Se Wan sedang bermusuhan dan dia tidak mood bertemu gadis itu. Masalahnya bersama Se Wan sebenarnya sepele, Se Wan selaku manusia-tidak-sopan, tanpa izin memakai gaun milik Suzy. Itu tidak terjadi sekali dua kali, tapi berkali-kali, yang lebih Suzy kesalkan gaun yang kemarin dipinjam Se Wan itu dari Versace. Dengan wajah tanpa dosa Se Wan mengembalikannya dalam keadaan pinggiran gaun tersebut sudah robek.

Sialan, memang.

Sebetulnya Suzy baik-baik saja jika Se Wan atau Yoojung meminjam bajunya--dengan catatan izin dulu--tidak pakai nyelonong masuk ke kamar lalu mengembalikannya dalam keadaan rusak.

"nugas apa, sih?"

"cari tempat magang. Bukannya kau juga harus mulai cari, ya?" tanya Suzy pada Mingyu.

Mingyu bergeming beberapa saat. "..oh, soal itu aku berencana magang semseter depan. Sekarang sibuk cari cuan, hehe." Pria itu menyengir, menampilkan deretan gigi rapinya.

"kau harusnya tahu mana yang lebih prioritas, Ming. Ku lihat-lihat belakangan ini kau sering bolos kelas juga. Kau mau telat lulus?"

"ih, jangan bilang begitu, Jeji. Seram amat.." bibir Mingyu mencebik.

"aku hanya mengingatkan saja. Jangan main-main sama pendidikan."

Mingyu membuang nafas panjang, "iya.. iya.. Jeji cantik. Aku akan lebih rajin berkuliah kedepannya. Oh, benar, kau kenapa harus repot-repot cari tempat magang? Itu pacarmu 'kan punya perusahaan. Mau masuk Kim-Dom pasti gampang untukmu, Ji, tinggal kecup manja Myungsoo Hyung saja auto direkrut." Pria itu terkikik, dia sengaja mengalihkan topik. Suzy sadar akan itu.

Love - Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang