***
Myungsoo menatapnya dalam. "kalau begitu... mau ke kamarku?"
Ajakan Myungsoo lima menit lalu mengantarkan Suzy ke dalam kamar tidur pria itu dengan situasi yang canggung. Gadis itu duduk di atas ranjang Myungsoo seorang diri sementara Myungsoo pamit berganti baju ke walk in closet yang masih berada di ruangan ini, tepatnya pada balik dua pintu besar di depan Suzy.
Selagi menunggu Myungsoo, Suzy pun bangkit untuk melihat-lihat ke satu titik meja berisi beberapa figura foto yang menampilkan masa kecil Myungsoo. Gadis itu meraih salah satu figura, dia lalu mengembang senyum.
"dari kecil sudah bibit unggul rupanya," gumam Suzy seorang diri tatkala mengamati potret Myungsoo versi mini saat menaiki balon udara. Setahu Suzy tempat dalam foto itu adalah Cappadocia, di Turkey.
Ke ingin tahuan Suzy mengantar tangannya guna mengambil foto lain. Satu foto yang membuat Suzy tahu paras mendiang Ayah Myungsoo. Itu sebuah foto keluarga yang diambil secara formal, hanya ada Myungsoo dan Ayahnya. Suzy mengelus kaca figura tersebut dengan perasaan perih, bahkan dalam satu potretpun dia dapat merasakan sepinya keluarga ini.
Grep!
Gadis itu terlonjak ketika dua tangan memeluknya dari belakang. "itu Ayahku." Suara itu berkata tepat di belakang kuping Suzy.
"tampan sepertimu."
"aku lebih tampan," balas pria itu, seyakin-yakinnya.
Suzy berbalik untuk memberi pincingan mata, namun ketika sadar kalau Myungsoo hanya memakai celana jogger panjang tanpa baju, Suzy serta merta terhenyak. "katanya mau ganti baju?"
"sudah."
"itu, sih, lepas baju." Bola mata Suzy menujuk tubuh atas Myungsoo yang tidak pakai apa-apa. "kau mau pamer badan kan?"
"aku sedang beramal. Pemandangan luar biasa ini kapan lagi bisa kau dapatkan secara cuma-cuma kecuali dari pacarmu, hm?" Myungsoo terkekeh jahil. Seperti biasa, dia sedang membanggakan diri.
"menurutku kau terkesan cabul." Suzy menatap Myungsoo polos.
Myungsoo lantas mendecak dan mencubit pipi kekasihnya. "heh!" dia pikir Suzy akan terpesona, tapi malah dikatai cabul. Benar-benar mengesalkan.
Suzy menghindar, matanya malah tertuju kepada sebuah luka sayatan yang lumayan panjang di sekitar bahu dan dada Myungsoo, dia pernah melihat luka ini setiap Myungsoo membuka baju, tapi tidak memiliki keberanian bertanya karena saat itu mereka belum begitu dekat, Suzy takut ini akan menjadi pembahasan sensitif.
Jemari gadis itu mengusapnya pelan, dia meringis nyeri seolah bisa ikut merasakan perihnya luka di sana. "apa yang terjadi dengan ini?"
Myungsoo sedikit menunduk, "oh, kena tusuk pisau dua tahun lalu."
"kenapa bisa?" Suzy mengernyitkan alis.
"berkelahi dengan seseorang. Ternyata dia pemilik kelab malam yang punya banyak anak buah preman. Awalnya adu jotos lalu berakhir begini."
Suzy mendesah kasar, "aku benci kau yang seperti itu." Hatinya gusar ketika mengatakannya, itu berarti Suzy benar-benar tidak mau Myungsoo terlibat perkelahian tak berguna.
"itu, 'kan dulu, Yang. Sekarang mana berani berkelahi. Pacarku galak, sih." Myungsoo menarik Suzy untuk ada di dalam pelukannya.
Sengaja Suzy merenggangkan pelukan itu demi menatap wajah Myungsoo secara langsung, "lagi pula benefit berkelahi apa, sih? Merusak badan, iya, kelihatan amoral, iya." Gadis itu berkata dengan menggebu-gebu. Seperti yang pernah disinggung sebelumnya, Suzy sangat benci kekerasan, itu mengingatkan Suzy pada masa-masa kelam perudungan yang pernah dia dapatkan ketika Sekolah Dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love - Hate Relationship
Roman d'amour"Preman Sinting itu merecokiku lagi!" P.S : Keluhan Suzy ke 1001 kali. Tak pernah Suzy sangka bahwa kehidupan perkuliahannya akan direcoki oleh seorang pria berandal yang tidak ingin melepaskannya setelah pertemuan mereka yang begitu absurd di bawah...