Bab32

27 3 0
                                    

"Iya Sri, sejak itu. Setiap aku mencoba dekat sama Ara pasti keluargaku terus mengancam akan mencelakai Ara dan sejak waktu itu juga, aku rela di benci sama Ara, asal dia masih bisa selamat, karena aku masih terlalu kecil untuk melindungin dia. Tapi sekarang? Aku sudah kuat untuk melindungi dia Sri." Ucap Fenly tegas, jujur hatinya sangat sakit melihat Ara seperti tadi.

"Ara sangat bangga punya kamu Fenly, kamu jadi pangeran super hero yang selalu ada untuk dia, hanya saja Fen? Waktu itu keadaanlah yang memaksa kalian untuk berpisah, Ara sering tau ceritakan superheronya itu sama kita semua. Meski dia kecewa? Tapi jujur dia gak benci sama kamu, hanya saja keadaan kalian yang sulit bikin kalian gak bisa apa apa." Ucap Sri mengelus punggung Fenly dan semuanya tidak luput dari pandangan mata member UN1TY dan juga Pipit.

"Stop woy stop! Simpati boleh, tapi ini kalian berdua tuh ya, bisa bisanya loh kayak orang selingkuh!" Celetuk Fiki tanpa rasa bersalah dan memisahkan keduanya agar tidak berdekatan.

"Astaga Fik! Bisa bisanya pikiran lo ya gak mungkinlah kita berdua tu malah berselingkuh, gue cuma kagum doang sama Fen, lagi pula gue gak suka sama Fenly ya Fik. Dan gak mungkin ya gue nyakitin sahabat gue sendiri!" Gerutu Sri ketus dengan sedikit menjauh dari Fenly serta tatapan teramat kesal.

"Ya kan bisa jadi tau Sri, lo malah jadi selingkuhannya Fenly. Soalnya setiap kali? Gue liatin nih Fenly lagi bersama Ara? Atau Ara bahas soal Fenly nih ya. Wajah lo itu selalu berubah rubah tau gak, kayak lo tuh emang suka ke Fenly dan cemburu sama mereka tau." Ucap Pipit dengan wajah polos tanpa dosa.

"Mana ada ya gue suka sama Fen, gue gak punya perasaan apa pun ke Fenly Pit, gue anggap Fenly sebatas sahabat doang dan hargain Fen sebab pacaran sama Ara gak lebih tau. Kalian semua kenapa nething sama gue sih? Tenang saja gue tuh bukan pelakor." Celetuk Sri tampak cemberut kesal.

"Asal kalian tau? Yang gue suka hanya Aji doang gak lebih. Tapi? Aji itu makin kesini? Malah dekat sama Fia ya udah gue sadar diri." ujar Sri dalam hati.

Dan ketika mereka akan melanjutkan kata-katanya kembali? Shandy turun dari lantai atas dengan sangat tergesa gesa untuk ngehampirin mereka yang tengah duduk dengan tatapan penuh tanya kearah Shandy.

"Kenapa bang?" Tanya Fajri menatap Shandy itu penuh arti, namun Shandy hanya terkekeh menanggapinya.

"Gini ya guys, gue hanya mau ngabari doang, sekarang ni? Afan, Nindy, Papa Louis dan juga mama Reyna? Lagi otw kesini tau brow." Celetuk Shandy yang kini tampak nahan deg-degan, karena ingin ketemu sama calon mertuanya.

"Yakan bagus dong bang, setadinya tu gue mau telepon kak Nin, tapi gimana ceritanya bang Sen tau? Jika keluarga Ara mau kesini?" Tanya Sri bingung.

"Tadi waktu lagi di lantai atas, gue tuh ngabarin sama Nindy, jika gue tuh ada di rumahnya Sri, ketemu Ara juga dan Nindy bilang, kalau mereka semua itu lagi jalan menuju kesini." Ujar Shandy yang diangguki reflek oleh mereka.

"Woy?! Sri? Kok kita semua malah gak di beri minum? Seret nih tenggorokan gue tau gak." Celetuk Fiki yang sedari tadi tidak minum malah heboh.

"Hehe ... Sebentar lagi datang kok itu minumannya, bibi dapur lagi bikinin air tuh." Ucap Sri tersenyum tipis dia sangat memaklumin sifat Fiki.

"Btw, lo tinggal sendirian di rumah ini eeum ... Sri kan nama lo?" Tanya Fajri secara tiba tiba itu pun telah berhasil Sri tersenyum tipis mendengarnya.

"Gue cuma tinggalnya sama adek gue dan sama bibi juga sih. Berdua," Ucap Sri yang masih tersenyum. Karena dia  merasa sangat bahagia sekali diajakin berbicara sama orang yang dia cintai.

"Emang orang tua lo kemana?" Tanya Fajri dengan tatapan polosnya.

"Hehe ... Orang tua gue, sudah tenang di atas sana Ji," Ucap Sri terkekeh.

"So sorry, gue gak tau Sri," ucap Fajri lirih dan dengan menggaruk lehernya yang tidak terasa gatal tersebut.

"Lo gimana sih Ji, nanya malah kayak gitu!" Gerutu Pipit kesal, bisa bisanya tuh laki bikin sahabatnya jadi sedih.

"Sri lo gak apa apakan?" Bisik Shandy menatap tajam ke arah Fajri yang kini  menunduk tidak enak hati.

"Ya gak apa apa bang Sen, tenang saja. Wajar kok bertanya kan kalian semua masih gak tau dimana ortu aku." Ucap Sri yang tampak santai, meski jujur ia merasa sangat merindukan keduanya.

"Tapi sekali lagi gue minta maaf ya Sri sudah bikin lo sedih," Ujar Fajri benar benar merasa tidak enak hati ke Sri.

"Iya sebenarnya lo mau berapa kali Ji minta maaf sama gue sih? Berapa kali gue bilang masih belum lebaran, jadi? Santai saja kali Ji. Karena setiap yang hidup pasti bakalan pergi, begitu juga sama kita." Ucap Sri tersenyum.

"Kalian tu harus tau ya, meski pun Sri anak yatim piatu? Dia gak perlihatkan kesedihnya sama kita, malah nih anak tau, yang selalu saja bawel dihadapan kita, padahal ya dia nya sendiri waktu itu lagi rapuh, tapi dia mampu jagain Ara waktu trauma Ara kambuh, maka itu gue, Ara, Jessica sama Balqis itu ya suka bersahabat sama nih anak." Ujar Pipit tersenyum antusias.

"Apaan sih Pit, jangan terlalu memuji, entar gue terbang loh." Ucap Sri bikin mereka semua terkekeh.

Dan setelah minuman mereka datang tidak berapa lama akhirnya keluarga besar Ara pun datang dengan pakaian formal yang terakhir mereka kenakan ketika mereka semua masih berada di bandara tadi, Reyna yang merupakan seorang desainer ternama sekaligus ia memiliki butik, selama di satu minggu kemarin wanita tidak muda dan tidak juga terlalu tua, namun masih sangat cantik tersebut mempunyai pekerjaan di London. Lalu Nindy, Afan dan juga Louis sungguh mereka semua devinisi cantik yang sesungguhnya dan tengah menatap dingin arah mereka sungguh aura yang keempatnya berikan sangat kuat dan mencengkam bikin Fiki kini reflek mengelus belakang lehernya.

"Lama lama gue tuh bisa beku, disini Ji." Cicit Fiki lirih yang tengah duduk disamping Fajri dan cuma diangguki.

"Shut... Diam!" Bisik Fajri tegas ketika Shandy menatap arah mereka tajam.

Nindy yang melihat keberadaan sosok Shandy langsung menghampirin sang kekasih, karena jujur saja selama ada di luar negeri dan mereka LDR? Gadis itu sangat merindukan Shandy begitu pun sebaliknya. Hingga Reyna sontak menghampirin Fenly yang kini masih betah terdiam Reyna dan Louis masih hapal dan sangat mengenal Fenly.

"Kamu?!"

"Sa~saya tan?" Tanya Fenly gugup.

"Kenapa kamu disini?!"

Selamat membaca.

UN1TY || MATAHARIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang