Dalam caffe saat ini Ara sangat tidak sabar menunggu kedatangan adiknya Afan dan sesekali Ara pun melirik jam yang bertengger di tangannya dan Sri yang sejak tadi duduk di sampingnya itu reflek terkekeh, sehingga kekehan Sri pun berhasil menarik perhatian mereka yang ada didekatnya.
"Lo kenapa sih Sri?" Tanya Ara kesal.
"Lo kenapa kayak nungguin doi sih Ra haha... Noh liat tu pacar lo dianggurin mulu dari tadi." Celetuk Sri yang kini masih terkekeh bikin Ara menatap Sri dengan penuh kejengkelan.
"Jangan ketawa lo Sri! Afan tuh lebih penting dari Fenly awhh!" Gerutu Ara tanpa sadar, hingga Nindy menginjak kaki Ara yang berada di depannya.
"Tadi lo bilang apa dek?" Tanya Nindy menaik turunin alisnya dan menatap Ara penuh arti, bikin Ara menyengir polos dan reflek menggeleng.
"Bener tau Afan ka? Dia lebih penting dari pada kalian. Afan tuh yang selalu support dan dukung aku waktu down. Bahkan? Afan rela gak masuk sekolah untuk jagain aku, hal yang gak pernah dilupain? Yaitu waktu kita sama sama kena hujan, endingnya sakit bersama. Meski pun aku tuh kakak, meski kelak aku sudah nikah atau belum? Dia tuh tetap jadi prioritas aku! Dan lo Fenly? Lo jangan cemburuan sama adek aku. Dia tuh adek dan kamu sebagai pacar, kalian tu dua orang yang berbeda dan ada ditempat yang berbeda. Afan satu darah sama aku. Sedang kamu? Status doang sebagai pacar, jika jodoh pasti bakal jadi suami aku." Ujar Ara tegas.
"Dek!" Tegur Nindy berusaha tenang dan Shandy hanya menahan tangan Nindy, karena yang dikatakan sama Ara tidak salah. Itu fakta!
"Kak Nin jangan khawatirin dia, yang aku bilang tuh kebeneran kak, Fen ini hanya pacar aku. Jika gak jodoh pasti bakal dipisahkan, tapi kalian tenang saja, selagi masih bisa bersama? Bakal aku jagain kok jadi gak perlu kalian tu khawatir," Ungkap Ara yang langsung menggenggam tangan Fenly agar sang kakak percaya padanya. Namun hati Ara berkata lain, dia sebenarnya telah malas berdrama di depan siapa pun.
.
Flashback
.
Sore ini Ara baru saja sampai dirumah setelah pulang dari kampus dan gadis itu pun mendudukkan bokongnya di kursi sopa untuk menghilangkan rasa lelah, namun disaat dia tengah secrool layar ponsel? Tiba tiba Nindy datang dan duduk di sampingnya.
"Napa kak Nin, ada masalah?" Tanya Ara yang sadar akan kedatangan sang kakak tanpa melihat kearah samping dan hal itu bikin Nindy terkekeh kecil.
"Dari dulu kamu selalu hapal ya sama kak Nin. Niihh! Ada yang ingin kak Nin bahas sama kamu." Celetuk Nindy Ara yang mendengarnya reflek menepikan layar ponselnya tersebut.
"Kenapa kak?"
"Kemarin kami semua udah maksa Fen untuk lakuin operasi ginjalnya, karena kita udah mendapatkan pendonornya, tapi? Fenly tetap gak mau melakukan operasi itu." Celetuk Nindy yang kini sangat khawatir, namun Ara seakan tidak perduli celetukan Nindy.
"Ya sudahlah kak, itu hak dia kok mau operasi atau gak. Kenapa kalian harus repot khawatirkan dia? Orang dia saja gak perduli tuh sama kesehatannya." Ucap Ara dengan santai, karena jujur dia tidak habis pikir akan kakaknya itu yang menghawatirkan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
UN1TY || MATAHARIKU (End)
Teen Fiction(Book 05) Menceritakan lima orang gadis yang tengah menuntut ilmu di sebuah fakultas ternama yang terletak di kota Jakarta dengan jurusan yang berbeda, hingga sebuah kisah masa lalu di antara salah satu mereka pun akhirnya mulai terkuak mampu kah s...