Bab26

79 5 0
                                    

Setelah mobil yang membawa mereka itu kini sampai dirumah Ara langsung memasuki kamarnya tanpa memiliki niat untuk berbicara sama sang kakak hal itu bikin Nindy bingung. jujur saja ciuman yang dirinya lakuin tadi bikin dia kembali terbayang dan mengingat kesalahannya itu dan Ara juga tengah menggerutu dengan dirinya itu. Jujur dia merasakan sangat murahan sekali sampai melakuin hal yang tidak ingin dia lakukan, karena itu semua akibat drama yang sengaja Ara perankan itu agar Fenly bisa percaya sama dirinya.
Bahkan? Tingkah Ara tidak luput oleh tatapan mata mamanya yang barusan pulang kerja, dia jadi terkejut akibat Ara yang malah membanting pintu.

"Astaga, kamu kenapa nak? Kok kamu malah ngebanting pintu? Kasian pasti pintunya tuh sakit Ra." Celetuk Reyna dengan nada yang sangat lembut dan sedikit bercanda. Wanita itu sungguh mama able bagi siapa pun.

"Haha... Mama yang ditanya harusnya tuh adek, bukan malah pintu." Timpal Nindy yang reflek terkekeh.

"Masalahnya kita itu baru berapa hari lalu loh Nin ganti pintunya, gara Afan malah nendang tuh pintu. Alasannya? 'Hehe... Ma, Afan kira pintunya gak di kunci' untung saja bapak kamu tuh ya gak ngamuk Nin." Gerutu Reyna yang berkacak pinggang dengan wajahnya yang tampak kesal bikin Nindy makin terkekeh setelah mendengarnya.

"Hahaha... Yang namanya Afan itu ya? Kalau sehari gak bikin heboh tuh, gak bisa." Ucap Nindy yang diangguki oleh Reyna, wanita itu sangat setuju sekali akan kata kata dari anak pertamanya.

"Bagus ya ibu ibu ini malah ngerumpi di depan kamar kak Ara, mana kalian bawa bawa nama Afan lagi." Ujar dari seorang lelaki muda itu telah berhasil bikin dua orang berbeda usia terkejut.

"Afaaan! Astaga, untung saja kita gak punya penyakit jantung huh!" Eluhan dari Nindy sambil menyentuh bagian dada untuk mengatur detak jantung.

"Ya maaf Ma, Kak, suruh siapa kalian berdiri disini? Kan kamar Afan tu ada disebelah kamarnya kak Ara." Gerutu Afan yang tampak kesal.

Bagaimana tidak? Saat Afan itu akan melewati kamar kakaknya? Ara. Afan malah melihat kedua wanita yang dia sayang itu berdiri menghadang jalan.

"Ya maaf deh!" Cicit Nindy cemberut bikin Afan terkekeh melihat ekspresi dari kakaknya tersebut. Sungguh saat ini? Nindy sangat menggemaskan.

Saat ini? Di dalam kamar Ara tampak tengah memukul mukul boneka lobso miliknya dengan perasaan yang kini? Sangat kesal, karena satu sisi dirinya malu, disisi lain dia entahlah.

"Sial! Capek juga main drama didepan tuh lelaki. Argh sial! Bisa bisanya gue itu hampir luluh. Malu sumpah, malu banget! Jangan sampai gue itu malah beneran jatuh cinta sama dia. Gak ya! Gak boleh, itu gak akan pernah terjadi titik aish!" Gerutu Ara yang mengacak rambutnya penuh dengan kekesalan.

"Aaaaa!"





Brak!!







"Astaga! Apa sih Fan? Lo itu ya datang datang malah bikin gue kaget saja Fan coba lo ucapin salam dulu!" Omel Ara menatap kearah pintu yang terbuka.

"Ya gimana mau ucapin salam, kamu  malah teriak teriak mirip dihutan kak Ra!" Gerutu Afan bersedekap dada itu di depan sang kakak bikin Ara sontak menyengir polos. Benar juga, kenapa dia harus berteriak tadi?

"Yaya maaf deh." Ucap Ara antusias.

"Heleh. Sana mandi kak, kamu bau tu, bau acem tau." Celetuk Afan menahan kekehannya itu bikin kedua mata Ara sontak membulat dengan sempurna.

"Yak Afan! Sini gak kamu itu hey? Ayo Fan kita gelut!" Teriak Ara amat kesal.

Bagaimana tidak? Bisa bisanya. Adik kecilnya malah meledek dirinya. Jujur sih dia itu memang belum mandi, tapi kan? Dirinya itu tetap masih wangi.

Ditempat yang berbeda saat ini Fenly tengah berkumpul sama para anggota UN1TY, kini mereka tengah melakuin live di Tiktok bersama. Disela sela live yang paling heboh itu cuma Fajri, Fiki dan Zweitson. Sedangkan Fenly hanya fokus membaca komentar begitu pun sama Shandy yang sesekali dirinya itu malah ngelawak. Hingga trio bungsu jadi tertawa melihat tingkahnya.

"Fenly, tuh ada salah satu UN1TY yang bertanya kenapa sejak pertama mulai live sampai sekarang lo malah diam?" Tanya Zweitson yang matanya malah tidak sengaja membaca komentar.

"Maklum guys, Fenly lagi sariawan."

"Sariawan atau malah gara gara yang di taman tadi Fik?" Tanya Fajri tengah meledek ke Fenly, sehingga kedua pipi lelaki itu memerah nahan salting.

"Apaan kalian dah! Gue tuh lagi fokus baca komen. Lucu lucu soalnya." Ucap Fenly berusaha mengubah topik.

"Fenly udah dewasa guys, jadi jangan khawatir haha...." Ledek Shandy yang tampak ikutan memanas manasinnya.

"Kalau kalian gitu lagi? Gue milih skip saja nih, dari live ya kak!" Ucap Fenly sedikit mengancam meski bercanda.

"Canda ko Fengli, lo kok persis kayak cewe lagi pms lo." Celetuk Fajri yang tengah sibuk dengan layar ponselnya sesekali membaca komentar, sehingga matanya tidak sengaja membaca. "Eh! Ini katanya Fen kapan mau publikasi kan doi lo ke YOUN1T?"

"Pan kapan! Napa kalian pada kepo ya sama pacar gue? Dia anak kedokteran jadi sibuk terus." Ucap Fenly tenang.

Ara yang menonton video live tiktok mereka pun terkekeh dan tersenyum hatinya sepertinya mulai luluh, tapi? Rasa sakit yang terkadang bikin gadis itu menjadi kejam dan egois. Dan kini jari jari cantikya itupun langsung saja berselancar di layar ponselnya.

"Ekhem! Koko Fenly, ini ada komenan dari pacar lo tuh muncul di komenan! Katanya tuh? 'Semangat Kovel! Entar malam kita jalan jalan ya. Habis kamu kerja.' wah mau jalan tapi gak ngajak aku." Celetukan Fiki yang duduk maju ke depan untuk membacain beberapa komentar dari para YOUN1T.

"Shut! Diam Fik, astaga!" Gerutu Fenly menoleh ke arah Fiki dengan tatapan mata yang mengode. Karena dia tahu Ara belum mau di gopub oleh dirinya.

Mungkin saja itu karena Fenly kurang tampan? Atau malah tidak kaya? Ntah kenapa Ara sangat marah ketika Fenly bilang ingin hubungannya di gopub.

"Hehe ... Maaf maaf ni, kan langka tuh pacar lo muncul Fen." Ucap Fiki yang memanyunkan bibirnya, sehingga hal itu berhasil bikin ketiganya tertawa.

"Kovel? Cieee..." Ledek Fajri yang kini memeletkan lidahnya kearah Fenly.

"Diamlah kalian!" Gerutu Fenly kesal.

Sri baru saja sampai dirumah setelah gadis itu pulang dari sebuah caffe dan kini gadis itu melihat adiknya tengah sibuk di dapur menyiapkan beberapa makanan untuk mereka malam sama sama. Setelah kedatangan Sri Aya pun menoleh kearah dirinya itu di sertai dengan senyuman manis Aya.

"Ayo kak, makan." Ajak Aya yang kini membuka kursi untuk di duduki oleh Sri yang tampak cengo.

"Ini kamu masak sendiri dek?" Tanya Sri yang tampak terkagum kagum.

"Iya ni kak, aku masak sendiri untuk kita, aku tadi dibantu sama Afan, dia pandai masak semuanya, jadi aku tuh minta diajarin." Ujar Aya yang tengah dudukkan tubuhnya disamping Sri.

"Makasih ya dek." Ucap Sri dan kedua gadis itu pun makan bersama.

Selamat membaca

UN1TY || MATAHARIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang