"Tan maaf." Ucap Fenly begitu lirih ini ini kali pertama setelah kematian bibi dan paman dari kedua belah pihak, ia tahu jika kedua orang tahu Ara masih sangat membenci keluarga besarnya."Setau saya kamu berada di luar negri kamu ngapain disini? Kamu sama Ara ada hubungan apa? Kovel hm?" Tanya Reyna dengan sangat tegas.
"Saya disini karena saya pacarnya Ara tante dan maaf tan, saya kali ini egois untuk tetap pertahankan Ara, karena
udah cukup selama ini saya menjauhi dia, kali ini gak akan lagi." Ujar Fenly dengan nada yang sangat tegas."Saya tidak melarang kamu Fen untuk dekat dengan anak saya, tapi saya gak tau keluarga kamu itu, saya masih gak nyangka kamu udah sebesar ini Kovel terakhir kali saya liat, kamu itu masih terlalu kecil kelas 6 SD. Dulu kamu itu selalu manja sama saya, bahkan kamu sama Ara selalu saja berebutan kasih sayang dari saya." Ujar Reyna dan kini terkekeh mengingat kenangan dimasa kecil kedua anaknya meski pun Fenly bukan anak kandung? Namun Reyna tetap menyayangi Fenly kecil.
"Tante?" Cicit Fenly yang matanya itu sudah berkaca kaca.
"Kamu jangan terlalu kaku sama saya Kovel, dulu biasanya? Kamu itu pasti selalu manggil saya mama kan? Terus kenapa sekarang panggilannya kamu itu malah berubah? Anggaplah seperti biasa kamu anggap saya nak. Gimana pun? Kasih sayang mama sama kamu itu gak kan pernah berubah, kamu itu akan selalu jadi anak lelaki mama tau, kamu itu masih Kovelnya mama Rey," Ucap Reyna lembut dan tangannya itu pun mengelus rambut Fenly yang kini penuh sayang, hingga bikin Fenly kini terisak begitu lirih.
"Hiikss ... Hiikss ... Jujur Kovel kangen banget sama mama, maafin Kovel ya? Karena selama ini udah menjauh dari mama, mama bener meski pun mama itu bukan ibu kandung Kovel, tapi kan mama selalu ada disaat Kovel dulunya masih bayi sampai sekarang ini." Ujar Fenly yang terisak, hingga Reyna pun langsung memeluk tubuh Fenly.
"Dengar ya nak? Meski pun orang tua Fen tidak akur lagi sama mama, Fenly gak akan pernah mama benci. Mama cuma mau kalian berdua, setidaknya Fenly sama Ara masih bisa akur." Ujar Reyna lembut dan Fenly langsung saja mengangguk, dulu keluarga besar Ara dan Fenly telah berniat menjodohkan mereka, namun sayang akibat sebuah tragedi tersebut? Semuanya menjadi gagal dan mereka tidak yakin apakah masih bisa dilanjutkan kembali.
Disela sela obrolan antara Fenly sama Reyna tanpa mereka semua sadari Sri tampak sangat murung dirinya malah teringat sama kedua orang tuanya itu dan tiba tiba saja dirinya merindukan mereka, seandainya saja orang tuanya masih ada disini pasti Sri bisa ngobrol seperti Fenly dan dirinya masih dapat memeluk kedua orang tuanya.
"Sri, lo kenapa?" Tanya Pipit menoleh kearah mana pandangan Sri, namun ia malah menggeleng dan tersenyum.
"Gue gak apa apa kok Pit, santai saja." Ucap Sri tersenyum manis.
"Hilih, lo tu sok santai santai." Celetuk Fiki yang tampak cari gara gara sama Sri bikin Pipit menatap kesal ke Fiki.
"Lo punya masalah apa sih Fiki? Suka banget cari gara gara, kalau gak sama gue pasti sama Sri. Punya dendam apa sih!" Gerutu Pipit kesal bikin lelaki itu tertawa melihatnya, dimana Fiki Pipit sangat menggemaskan ketika kesal.
"Ciiee ... Lo cemburu hm?" Ledek Fiki dengan menaik turunkan sebelah alis matanya menggoda bikin Pipit sontak mengeram kesal, ingin sekali gadis itu cakar wajah lelaki di depannya.
"Gue? Cemburu? Sama lo? Dih! Ogah kali Fik! Masih ada cowok lain tau, di dunia ini." Celetuk Pipit setelah gadis itu menunjuk kearah dirinya dan juga Fiki secara bergantian.
"Kalian berdua bisa akur gak sih? Kok malah gelut, awas entar malah jodoh." Ucap Fajri menyindir Keduanya.
"Gak ya! Gak akan Ji." Celetuk Fiki dan Pipit berbarengan, bikin Sri terkekeh.
"Tuh serempak bisa jadi beneran, ntar di kabulin sama Tuhan." Ujar Sri yang kini malah tertawa melihat keduanya.
"Ckck .... Sri, kok lo malah ikut-ikutan malah ledekin gue sih?!" Gerutu Pipit yang menatap kesal sahabatnya.
"Ya kan emang bener, lo sama Fiki itu jika ketemu udah kayak tom and jerry saja tau." Celetuk Fajri menimpali dan tiba tiba saja ada seseorang gadis kini berteriak dengan sangat heboh.
"Kak? Aya pulang!" Teriak Aya dengan meletakkan kedua sepatunya didalam rak sepatu, hingga semuanya menoleh kearah dirinya yang baru saja pulang.
"Kok ramai nih di rumah kak? Eh ada tamu ya, hallo tante Reyna?" Sapa Aya dengan wajahnya yang malah tampak berantakan dan tangannya pun reflek merapikan pakaiannya.
"Stop! Kamu habis dibully lagi ya Ay?" Tanya Afan tegas yang malah melihat raut wajah dari sahabat dan sekaligus adik angkatnya itu berantakan.
"Een~enggak kok Fan serius deh, aku baik baik saja, gak di bully." Ucap Aya yang tersenyum penuh kode ke Afan, namun? Afan tetap tidak perduli kode tersebut. Karena selama ini lelaki itu sudah cukup bersabar dan untuk kali ini? Tidak akan lagi.
"Gak mempan Ay, gue selama ini diam saja. Eeh ... Semakin didiamin mereka malah semakin menjadi, gue gak bisa tinggal diam lagi kali ini Ay!" Bentak Afan penuh emosi. Bikin Reyna sama Louis yang tengah berbicara dengan Shandy menjadi terkejut.
"Ay? Kamu beneran di bully lagi sama mereka?" Tanya Sri yang terkejut, dia baru tahu jika selama ini adiknya itu malah dibully oleh orang lain.
"Kak maaf." Cicit Aya menunduk.
"Pit? Ternyata gue sudah gak bucus ya jadi seorang kakak, gue emang bener- bener gak becus jadi kakak Pit hikss... Selama ini adek gue dibully, tapi gue? Malah diam saja." Isak Sri secara tiba tiba berhasil bikin Aya menggeleng.
"Enggak kak, kakak itu? Udah berhasil jadi kakak yang terhebat, untuk Aya!" Ujar Aya lirih dan dia pun langsung saja memeluk tubuh sang kakak.
"Sri? Kenapa kalian berdua malah gak ceritakan sama mama, hm? Orang tua kalian udah menitipkan kalian ke kita berdua, kalian itu udah jadi tanggung jawab kita nak kalian bisa kok anggap kita bedua itu kayak orang tua kalian sendiri, kita berdua masih wali kalian nak. Jujur mama merasa kecewa sama Aya dan Sri. Kenapa? Kalian itu malah gak cerita sama mama? Apa kalian itu gak percaya ke mama?" Tanya Reyna begitu lirih dan wanita itu pun sambil memeluk tubuh Sri.
"Bukan gitu tan, Sri dan Aya cuma gak pengen merepotin kalian berdua kok, Sri dan Aya cuma gak pengen menjadi beban kalian," ucap Sri lirih di dalam pelukan Reyna bikin Reyna terenyuh.
"Jujur ini yang aku rindukan, pelukan seorang mama," ucap Sri di dalam hati.
"Sri, dengerin kak Nin kalian berdua gak mungkin menjadi beban buat kita malahan kita seneng kok kalau kalian ada apa-apa cerita sama kita," Ungkap Nindy yang diangguki Reyna.
"Tuh denger! Mulai besok papa kalian yang akan ke sekolah dan ngejelaskan jika kalian berdua itu anak kita, mulai besok? Kalian akan masuk ke KK kita tanpa bantahan." Ucap Louis tegas.
"Makasih ma, pa, kalian berdua udah bersedia anggap Sri sama Aya sebagai anak kalian, ini yang kami rindukan," Ucap Sri tersenyum manis setelah dia merasa reda mendapat pelukan dari mama angkatnya.
"Besok, kita semua akan pergi ziarah ke makam mama sama papa kalian ya untuk minta izin masukkan kalian ke KK kita, kamu sama Ara umurnya gak jauh cuma beda berapa bulan sajakan dan untuk Aya? Kamu bakal jadi adik dari Afan dan ketiga kakak kamu ok," ucap Rayna tegas yang diangguki oleh keduanya dengan sangat kompak.
"Kak, maafkan Aya yang gak bercerita ke kakak, Aya tuh cuman takut kakak malah gak fokus kuliahnya nanti dan itu gara-gara Aya yang sering di bully, tapi Aya janji deh. Mulai saat ini? Aya bakal cerita sama kakak, ke kak Afan, kak Nin, mama Rayna, papa Louis dan sama kak Ara deh," Ucap Aya tegas itu bikin senyum semuanya terbit.
Selamat membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
UN1TY || MATAHARIKU (End)
Teen Fiction(Book 05) Menceritakan lima orang gadis yang tengah menuntut ilmu di sebuah fakultas ternama yang terletak di kota Jakarta dengan jurusan yang berbeda, hingga sebuah kisah masa lalu di antara salah satu mereka pun akhirnya mulai terkuak mampu kah s...