Bab30

15 3 0
                                    


"Hei! Tolong sadar Ra, ini aku Axel loh bukan Gio." Ujar Axel kini menyentuh bahu, namun Ara malah ketakutan.

"Pergi! Pergi, jangan ganggu aku pergi hiikss .... Mama Ara takut." Teriak Ara dengan sangat histeris dan itu masih bisa terdengar oleh Fenly diseberang layar bikin lelaki itu khawatir.

Yang ada didalam ingatan Ara saat ini yaitu. Gio, Gion Fernando, beberapa tahun lalu? Disaat Ara berulang tahun ke 18 tahun, karena Ara telah berhasil melupakan Fenly yang waktu itu telah menghilang dan Ara telah berpacaran sama Gio selama 2 tahun saja, karena Gio berselingkuh sama sahabatnya itu Rina. Namun waktu Ara minta putus? Gio malah tidak ingin putus, lelaki itu terus menerus mengejar Ara, sampai tibanya di waktu itu? Ara hampir saja menjadi korban pelecehan yang telah direncanakan jauh hari oleh Gio.

"Ara gue datang lagi nih hehe... Ayok kita ngelanjutin yang hari itu sempat tertunda hehe..." Ucap Gio setelah dia menghajar Alex sampai babak belur.

"Gak gak! Lo pergi!" Bentak Ara yang tampak ketakutan dan gemeteran.

"Lex! Astaga, lo lindungin Ara nih biar gue musnahin belut itu." Bentak Axel dan dianggukin saja oleh Alex.

Hari itu Gio sudah berhasil bikin Ara tidak berbusana lagi, namun saat Gio akan melakukan aksinya? Alex serta Axel lebih dulu datang dan langsung menyelamatkan Ara dengan jaketnya untuk menutup tubuh Ara yang tidak berbusana dan tidak lama kemudian disusul oleh polisi, sejak itu pula lah Gio menetap di dalam jeruji, namun sekarang? Sepertinya lelaki itu telah berhasil bebas. Dan akan melakukan aksinya kembali hal itu bikin trauma Ara kembali muncul.

"Jangan, jangan mendekat hiksss..."

"Hallo Axel, Alex. Pacar gue kenapa?" Tanya Fenly murka diseberang bikin Alex meringis dirinya lupa matiin hp.

"Pacarmu tu traumanya kambuh lagi Fen, gara gara ketemu Gio." Cicit Alex yang masih bisa di dengar oleh Fenly, hingga tangan Fenly kini mengepal.

"Sial! Apa mau tuh orang. Lo jaga baik baik pacar gue Lex, jika lecet dikit saja awas lo sama gue!" Bentak Fenly dan mematikan panggilan secara sepihak.

Setelah panggilannya dimatikan Fenly pun langsung menemui rekannya itu, Fenly berencana untuk pulang, sebab merasain sangat khawatir ke kondisi saat ini sebab dia sendiri masih tidak tau apa yang terjadis sekarang.

"Fenly, kamu kenapa?" Tanya Shandy ketika melihat Fenly tampak gelisah.

"Aku khawatir kak." Cicit Fenly panik, namun lelaki itu masih tetap tenang.

"Khawatir sama siapa? Ara masih gak balas pesanmu juga ya Fenly?" Tanya Shandy penasaran, namun Fenly kini menggeleng bukan itu masalahnya.

"Bukan itu kak Sen, Ara? Traumanya kambuh lagi, jujur aku masih gak tau trauma apa yang telah Ara alamin ini kak." Ujar Fenly lirih.

"Trauma Ara kambuh lagi ya? Astaga! Nin pernah cerita adeknya yang gadis itu, pernah alamin pelecehan, untung saja mantannya gak sempat nyentuh dia, keburu Alex dan Axel datang lalu mantannya masuk penjara." Celetuk Shandy yang menggeleng tidak habis pikir akan cerita kekasihnya dulu.

"Sial! Kenapa aku gagal jadi pacarnya. Untuk jaga dia saja gak bisa. Aku kira selama ini dia baik baik saja makanya aku pergi ninggalin dia kak. Tapi apa? Aku malah baru tau masalalunya ini." Ucap Fenly kesal pada dirinya.

"Kamu gak gagal kok dek, kamu cuma gak tau saja. Pasti semuanya bakalan baik baik saja. Untuk tour Bogor lebih baik kita cancel dulu. Entar adainnya lagi, pas kita mau Camp di Bogor, kan sejalan tuh." Ucap Shandy yang reflek dianggukin oleh Fenly, dirinya sangat setuju akan saran dari sang kakak.

"Emangnya team setuju?" Tanya Fenly bimbang bikin Shandy terkekeh.

"Pasti setuju lah, soalnya yang ketemu sama Ara bukan kamu saja, tapi kami juga mau." Ujar Shandy bikin senyum manis Fenly kini terbit seketika.

"Sekarang kita kasih tau team dulu," Ucap Fajri yang sejak tadi menyimak.

Disebuah caffe Ara masih saja terus- menerus ketakutan dia juga sesekali berteriak serta gemeteran setiap kali ada lelaki yang akan dekat kearahnya dan menyentuh lengannya setakut itu dirinya ke kaum lelaki dan mau tidak mau dengan terpaksa Alex pun sontak menelpon salah satu sahabat Ara.

"Hallo ... Sri lo lagi ada dimana? Sibuk gak?" Tanya Alex dengan panik.

"Gue masih di kampus nih Lex, emang kenapa? Ada apa?" tanya Sri santai di sebrang layar sana gadis itu baru saja keluar dari kelasnya dan akan pulang.

"Pergi, pergi jauhin gue, jangan. Pliss! Jangan sentuh gue hikss ..." Isakan Ara  terdengar oleh Sri yang akan pulang.

"Lex itu suara Ara, Ara kenapa tuh?" tanya Sri khawatir di sebrang sana.

"Ara kambuh lagi nih traumanya, bisa gak sekarang datang kesini, jujur woy gue bingung soalnya. Dia gak pengen di sentuh." Ucap Alex was was.

"Oke gue akan segera kesana ni sama yang lain, tolong jagain Ara," ucap Sri panik dan di matikan dengan sepihak.

Saat ini di dalam sebuah kampus Pipit baru saja keluar dari kelasnya, namun dia malah melihat Sri panik setelah ia mengangkat telepon entah dari siapa? Kenapa ia sangat panik pun Pipit juga belum tahu, lalu tanpa babibu lagi dia  pun mencoba untuk bertanya, kepada Sri kenapa sahabatnya tersebut malah panik dan setelah mencoba tenang Sri pun mulai bererita sama Pipit bahwa saat ini? Ara traumanya kambuh lagi.

Karenakan Pipit itu telah mengetahui masalalu sejak masa SMA, karena Gio juga dulunya sahabat dari mantannya Pipit yakni Leon. Mereka berdua pun langsung bergegas untuk ngehampiri Ara di caffe milik Rania yang sudah di Sherlock oleh Alex, untungnya saja ya letak kampus ke caffe itu tidak terlalu jauh jadi dan hanya dengan memakan waktu beberapa menit saja Pipit serta Sri pun sudah sampai di caffe itu.

"Lex, apa yang sudah terjadi?" tanya Pipit melihat Ara terduduk di lantai.

"Ra," Seru Sri dan Pipit setelah kedua orang itu sampai depan Ara yang saat ini lagi menggeleng dengan menutup kedua telinganya dengan tangan.

"Jangan sentuh gue hiiksss... Gue gak mau di sentuh," terisak Ara gitu lirih, hingga Sri serta Pipit yang tidak tega melihat Ara seperti ini pun berusaha untuk menenangkan sahabatnya.

"Ra, ini kita loh, gue sama Pipit," ucap Sri lembut dan dengan ajaibnya Ara mau melihat kedua sahabatnya lalu memeluk tubuh mereka bergantian.

"Bawa gue Sri, Pit hiikss ... Gue takut, gue gak mau ketemu sama dia, pliase bawa gue pergi sekarang juga," ucap Ara kembali terisak, hingga Pipit dan Sri pun langsung membawanya pergi.

"Lex, kita izin bawa Ara dulu ya agar tenang, kita khawatir soalnya," ucap Pipit dan di angguki oleh Alex.

"Lo gak bisa pergi dari gue Ra, lo itu milik gue, gak akan gue biarin orang yang lo cinta bahagia." Seru Gio yang kini terkekeh itu bikin Ara merinding dan Sri reflek menendang perut Gio.

Selamat membaca

UN1TY || MATAHARIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang