Bab8

10 2 0
                                    

Dan kini mobil tengah melaju menuju ke rumah sakit punya keluarga besar Jessica untuk membawa tubuh Fenly yang masih pingsan di paha Ara. Dan dari tadi Ara tampak tengah melamun entah apa yang sedang dipikirkan itu, hingga tiba tiba sebuah suara muncul.

"Ra, jangan khawatir Fenly pasti bakal baik baik saja kok." Ledek Nindy yang sejak tadi betah menatap tingkah Ara.

"Gak khawatir kak." Ucap Ara dingin.

Nindy pun terkekeh kecil mendengar perkataan adiknya itu, karena Nindy sangat tidak percaya, apa lagi setelah  melihat tingkah laku adiknya tersebut yang malah menunjukkan sebaliknya.

"Kalau gak? Kenapa Fenly malah tidur diatas paha mu itu dek?" Tanya Nindy sedikit menggodanya bikin Ara reflek menatap kakaknya sinis.

"Kak Jos, kak Sen? Ada yang ingin gue bahas sama kalian, menyangkut Fenly. Kalian harus lebih ekstra menjaganya, karena ada seseorang yang berusaha mencelakai dia." Celetuk Ara tiba tiba.

"Maksudmu?" Tanya Shandy bingung.

"Sebenarnya gue sama Fenly itu satu sekolah waktu SMP, gue pernah bilang ada seorang lelaki yang telah berhasil bikin gue jatuh cinta. Masih ingat kan kak Nin?" Tanya Ara yang dianggukin oleh Nindy, kakaknya itu masih ingat waktu Ara tiba tiba menghubunginya dan malah berkata suka seseorang.

"Lalu?"

"Dia Fenly kak. Dia gak pernah hargai usaha gue kak, malahan dia itu selalu menghina dan menyiksa fisik gue kak. Dia yang bikin gue jadi trauma sama kaum lelaki, makanya itu gue nampar dia tadi." Ucap Ara dingin.

"Astaga dek." Celetuk Nindy yang kini terkejut mendengarnya dan sekarang dia sangat paham kenapa Ara malah membenci sosok Fenly, dan jujur saja Nindy malah setuju kali ini.

"Hehe ... Gue sangat berharap tau kak agar gak pernah ketemu dengan Fenly lagi, tapi? Kita berdua malah ketemu dengan keadaan yang seperti ini lucu. Tadi Axel sahabat kita bilang jika ada yang mau membalas dendam dengan Fenly, dia Leon. Pasti kalian ingat kan dengan Leon? Yang gagal lolos audisi." Ucap Ara yang dianggukin Shandy.

"Emang kenapa dengan Leon? Dia kan baik loh Ra," Ucap Shandy mengernyit keningnya bingung, namun perkataan Shandy malah bikin Ara terkekeh.

"Leon itu sepupu Fenly, keluarga Leon malah main menuduh Fenly itu sudah ngebunuh Sarah kakaknya Leon, lalu Clarisha pacar Leon mati, tapi sialnya  Fen ada di lokasi kejadian itu padahal dia cuma lewat untuk pulang sekolah, endingnya? Malah di tubuh. Sekarang Leon malah gagal lolos audisi kan kak maka itu dia mau balas dendam." Ujar Ara dengan ekspresi tenang, sehingga mereka yang berada di mobil terkejut.

"Lalu kamu mau gimana dek?" Tanya Joshua yang kini tengah mengendarai mobilnya bikin Ara tersenyum tipis.

"Yang aku mau itu cuma minta atasan kak Jos untuk siapkan bodyguard saja minimal dua/lima orang untuk jagain Fen, karena sebenarnya? Tadi itu ada yang mau menusuk Fenly pakai pisau, untung saja aku gerak cepat, ya meski Fenly ujung ujungnya malah pingsan gini." Ucap Ara cemberut.

"Apa?! Gak bisa dibiarkan nih, karena keselamatan semua talent saya sangat penting, apa lagi UN1TY yang lagi naik daun gini. Tapi? Kenapa malah bukan kamu yang jagain dia ?" Tanya Joshua penasaran bikin Ara terkekeh.

"Gak bisa kak Jos, saya kalau lihat Fen itu bawannya bikin emosi untung saja sekarang dia lagi terpejam tuh." Ucap Ara menatap Fenly yang kini tampak damai ketika mata lelaki itu terpejam.

"Tapi? Tenang saja, aku pasti bakalan selalu mantau dia. Tapi tolong jangan kasi tau dia." Lanjut Ara tegas dirinya harus mencari tau apa yang terjadi.

Dan tidak berapa lama mobil mereka pun akhirnya sampai di depan rumah sakit, beberapa perawat langsung saja membukakan pintu dan mengangkat tubuh Fenly untuk di pindahkan atas brankar. Nindy, Joshua, Shandy dan Ara pun langsung mengikuti perawat yang membawa brankar tersebut.

"Gimana ni sekarang?" Tanya Shandy panik, setelah mereka sampai dikursi tunggu, sedang Ara memilih duduk.

"Coba kita hubungin mamanya Fenly dulu deh Sen." Ucap Nindy diangguki oleh Shandy dengan khawatir.

Sri, Jessica, Pipit dan Balqis baru saja sampai diparkiran apartemen Jessica, sejak tadi Sri betah berdiam setelah ia melihat Fajri yang lagi bersama gadis yang sering digosipkan dekat dengan dirinya, siapa lagi jika bukan Fia.

"Lo kenapa sih Sri, lagi sariawan ya?" Tanya Balqis tiba tiba, ketika melihat sahabatnya yang tampak murung.

"Dia tadi tu melihat Fajri sama cewek lain, malahan mereka berdua tertawa dan bercanda bareng, bahkan sempat ada berfoto sama YOUN1T, gak heran nih anak cemberut gitu." Celetuk Pipit dengan santainya sedikit meledek Sri.

"Oh cewek tadi? Dia Fia, sahabat Fajri mereka dekat banget sih. Tapi gak tau pacaran atau gak, cuma ya gosip gosip mereka emang lagi pacaran. Kalau lo memang mau tau, nanti deh gue coba tanyain ke pacar gue ya." Ujar Jessica mengelus pelan bahu Sri.

"Aish! Gak gitu girls, gue pulang dulu ya, adek gue kayaknya sudah pulang tuh. Kan kasian, kalau dia sendirian dirumah tau." Ucap Sri yang berlaku mendekat kearah mobilnya yang kini terparkir rapi disamping mobil Pipit.

Tin tin!!

Setelah meng-klakson mobilnya? Sri pun berlalu pergi dan meninggalkan perkarangan apartemen Jessica, tidak lama kemudian Pipit dan juga Balqis pun langsung saja berpamitan pulang kerumahnya masing masing.

Di rumah sakit saat ini setelah dokter memeriksa keadaan dari Fenly, dokter langsung saja keluar untuk menemui keluarga dari pihak Fenly yang tengah menunggu di depan ruangan.

"Dok gimana keadaan adek saya, dia sakit apa?" Tanya Shandy panik.

"Pasien baru saja disuntik vitamin dia hanya kelelahan dan dia juga terkena tipes, jadi untuk beberapa minggu ini biar pasien istirahat dulu. Dan untuk obat silahkan ditebus di apotik pak." ucap dokter Maxwell tersebut.

"Apa udah boleh menjenguknya dok?" Tanya Joshua langsung saja diangguki oleh dokter Maxwell tersebut.

"Boleh, tapi setelah pasien kita pindah ke ruang umum," Ujar dokter tersebut Shandy yang mendengarnya pun kini menangguk paham.

"Tapi tolong pindahkan ke ruang vipp saja, biar gak ada yang tau ruangnya, selain keluarga dan temannya." Ucap Joshua tegas yang diangguki oleh

Tidak lama kemudian beberapa orang perawat pun akhrinya keluar dengan mendorong brankar Fenly, terlihatlah diatas brankar itu Fenly memejamkan kedua matanya, namun Ara? Gadis itu malah berbalik membelakangin sosok Fenly dengannmenatap kearah lain.

"Kamu kenapa Ra?" Tanya Nindy yang sejak tadi menatap tingkah adiknya.

"Rasanya masih sangat sakit kak. Ara pamit pulang duluan ya. Ara sudah di jemput sama Afan tuh," Ujar Ara tegas dan dibalas tepukkan di bahunya oleh Shandy dengan senyuman manis yang melekat diwajah tampannya.

"Hati hati ya!" Seru Shandy dan hanya dibalas anggukan saja oleh Ara.

Selamat membaca.

UN1TY || MATAHARIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang