Bab9

14 1 0
                                    

Ara baru saja keluar dari rumah sakit setelah dia, Shandy, Nindy dan Joshua membawa Fenly untuk diperiksa. Dan saat ini gadis itu baru sampai di arena parkiran dan dia pun langsung masuk ke dalam mobil milik Afan yang telah terparkir rapi di parkiran tersebut. 


Bruk!






"Astaga! Kasian bubu gue kak Ra."

"What?" Tanya Ara mengernyit aneh.

"Ya nama mobil gue ini bubu tau kak, ntar malah jadi rusak lagi gara lo ish! baru juga nih, bubu punya gue keluar dari bengkel, lo malah banting pintu!" Gerutu Afan kesal.

Mata lelaki itu kini mengarah kearah pintu mobilnya dengan tatapan yang sendu, karena Ara tiba tiba menutup pintu mobil itu dengan kekuatannya, padahal mobil Afan baru saja keluar dari bengkel langganan, karena waktu kemarin di servis oleh mereka seperti setiap bulan yang Afan lakukan demi menjaga kewarasan mobilnya.

"Eleh! Repot banget lo Fan, ya tinggal minta dibelikan lagi kali dengan opa Aryo, kan lo itu cucu kesayangan opa Fan." Cetuk Ara dengan santainya.

"Ckck ... Mobil ini tuh hadiah dari kak Axel tau pas gue ultah. Btw? Kapan ya kak Axel datang ke Indonesia lagi, kak Alex itu ngeselin tau, beda jauh sama kak Axel!" Gerutu Afan dengan sangat kesal dan bikin Ara seketika terkekeh gemas, selain sebatas bersahabat? Ara dan Axel, sebenarnya Axel itu sepupu Ara, Axel punya kembaran dia adalah Alex Cristianold Wilson. Makanya marga Ara dan Axel sama.

"Sudah?" Tanya Ara dingin.

"Belum!" Celetuk Afan polos sambil tersenyum manis kearahnya.

Ara yang mendengar celetukan sang adik pun hanya terkekeh dan reflek mengacak rambut Afan yang tampak rapi itu, dari awal dan sekarang Ara tetap saja menganggap kalau Afan itu masih sangat kecil apa lagi sang adik  masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Bahkan Ara sering kali memeluk Afan waktu dia sulit untuk tertidur.

.

Saat ini di sebuah dorm para member tampak sedang duduk di ruang TV ya mereka sejak tadi lagi menanti kabar Fenly dengan perasaan yang khawatir setelah sampai di rumah.

"Tuh cewek ya, habis nampar wajah Fenly, eh? Tadi malah khawatir tuh." Ujar Fiki yang kembali teringat akan tingkah dari gadis tersebut.

"Bener yang lo bilang Fik, tapi gue tuh masih penasaran tau. Mereka berdua kayaknya di masalalu ada sesuatu hal yang kurang mengenakkan." Celetuk Fajri yang saat ini tengah melakukan pesan chat ke Fia selaku sahabatnya.

"Lo tau dari mana?" Tanya Zweitson yang sejak tadi betah terdiam, lelaki itu gagal berjalan sama kekasihnya.

"Gini loh logikanya Son, gak mungkin ada orang yang asal main tampar saja, padahal gak kenal sama sekali nih, ya kecuali di masalalu mereka itu saling kenal." Ucap Fajri yang diangguki oleh Fiki. Yap! Mereka sepemikiran.

"Gue sangat setuju sama ide lo Ji, tapi yang gue masih gak habis pikir itu ya? Memangnya masalalu apa yang bikin tuh cewek nampar Fenly dan ngamuk waktu lihat wajah Fenly, karena setau kita? Di masalalu Fen kan berpacaran hanya sama Tasha, itu pun ya mereka endingnya malah putus tu, jujur aneh gak sih, Ji?" Tanya Fiki yang langsung diangguki oleh Fajri disampingnya.

"Tuh cewek juga sikapnya dingin kan, pas Fen ngajak pura pura berpacaran tadi? Dia malah kayak benci banget tu sama Fenly." Ucap Zweitson tiba tiba.

"Nah ini nih!" Celetuk Fiki heboh.

"Apaan sih Fik. Lo mah!" Gerutu Fajri kesal, karena dirinya merasa terkejut ketika mendengar kehebohan Fiki.

"Hehe ... Maksud gue tuh? Nah! Nanti kita tanyakan saja sama Fenly, pusing gue bahas masalah orang Ji." Celetuk Fiki berlalu menaiki tangga

"Ckck...! Anak itu bikin kesel memang, yang menyuruh dia ngurusin masalah orang, siapa sih." Gerutu Fajri kesal ia pun berlalu menuju dapur.

"Lo mau kemana Ji?" Tanya Zweitson menatap pergerakan sahabatnya itu.

"Dapur, laper gue. Mau makan." Ucap Fajri sedikit berteriak.

"Bukannya bahan makanannya habis ya Ji? Kan kita masih belum belanja." Ujar Zweitson menyusul Fajri.

"Kan masih ada ramen Son. Mending makan ramen dulu, untuk ngisi perut Son." Ujar Fajri tengah memasak air.

"Gak ya, awas kalau lo makan ramen! Lo itu punya magh sama kayak Fenly, jadi jangan ngadi ngadi deh, Aji. Entar Fenly keluar? Malah lo yang masuk ke rumah sakit. Memang mau lo?" Tanya Zweitson sangat kesal dan mengambil alih ramen yang ada ditangan Fajri.

"Gue laper Son serius deh." Ucap Fajri dengan memanyunkan bibirnya kesal.

"Tapi bukan makan ramen juga!" Ujar Zweitson mematikan kompornya.

"ckck ... iya iya so sorry deh. Tapi kan gue tu laper tau."  Cicit Fajri mengelus perutnya yang sangat keroncongan.

"Kalian berdua tuh, apa gak bisa akur bentar kah? Lo tu juga Ji, jangan keras kepala deh. Lo lihat sekarang, Fen lagi masuk rumah sakit, harusnya kita tuh jangan nenambahin beban bang Sen. Tadi gue sudah mesan makanan tuh."  Ujar Fiki setelah berdiri di dapur.

"Ternyata si bungsu bisa lebih dewasa dari biasanya." Bisik Fajri yang reflek dianggukin oleh Zweitson terkekeh.

"Gue denger ya!" Celetuk Fiki kesal.

.

Setelah hampir sejam lamanya Fenly dipindahkan di ruangan vipp, lelaki itu pun sudah tersadar berapa menit yang lalu dan saat ini hanya melihat aktivitas Shandy yang tampak tidak bisa diam dimana pun dia berada.

"Lo, napa malah mondar mandir gitu kak Sen, apa ada masalah kah?" Tanya Fenly penasaran, meski pun suaranya masih terdengar sangatlah lemas. Dia baru sadar saja dari pingsannya, tapi sekarang dia malah melihat Shandy yang sejak tadi tidak bisa diam.

"Kak Sen tuh sebenarnya gak kenapa napa, cuma ya Fenly pasti tau lah, kak Sen itu sangat khawatir dengan ketiga curut yang ada di dorm, mereka udah makan apa belum? Soalnya kan, dorm kita itu? Lagi gak ada bahan makanan Fen." Celetuk Shandy mondar mandir.

"Jangan dipikirkan kak Sen, kalau gitu kita pulang saja yuk." Ajak Fenly yang tampak semangat meski terlihat pucat bikin Shandy menatapnya tajam.

"Kata dokter yang rawat lo tadi, lo itu kena tipes, jadi jangan aneh aneh deh Fen, entar tante Venny bakalan datang dengan kak Nindy, sekalian bawakan perlengkapan, selama ada disini. Jadi jangan aneh aneh lo Fen. Yang ada lo malah diomelin." Ucap Shandy tegas.

"Ya udah iya, kak Sen? Btw Fen mau nanya nih, bisa kan kak?" Tanya Fenly secara tiba tiba dengan ekspresi yang tampak serius itu bikin Shandy yang sejak tadi tidak bisa diam menoleh.

"Apa?"

Selamat membaca.

UN1TY || MATAHARIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang