Setelah pembicaraan antara Ara sama Tasha sudah berakhir dan saat ini Ara terlihat tengah melamun memikirkan apa yang diceritakan oleh sahabatnya itu? Apa benar. Kalau Tasha itu sudah menikah atau malah sebaliknya Tasha hanya mengarang cerita saja? Apakah iya, kalau Fenly itu masih menyimpan rasa kepada Tasha, alasan dia pacaran sama Ara itu apa sebenarnya? Dan itu lah pertanyaan yang tengah Ara pikir.
"Lo kenapa Ra?" Tanya Sri secara tiba tiba bikin Ara terperanjat. Bahkan dia hanya bisa mengelus dadanya.
"Sri, astaga! lo itu bisa jangan kagetin gue, jika gue jantungan gimana, hah?" Tanya Ara dengan sangat kesal.
"Ya iyalah salah lo sih malah bengong. Ada apa Ra? Lo tu punya masalah apa. Coba sini cerita sama gue!" Celetuk Sri yang duduk di samping Ara.
"Gak ada, gue gak ada masalah." Ucap Ara tersenyum tipis bikin Sri terkekeh kecil mendengarnya. Dan kini tangan Sri langsung menyentuh bahu Ara.
"Ra! Kita itu, sudah berapa lama kenal hm? Sudah berapa lama juga kita jadi ssedekat ini" Tanya Sri tiba tiba bikin Ara menunduk sendu, hingga Sri pun langsung melanjutin kembali. "Sudah sangat lama yakan? Dari kecil Ra, kita dari bocil sudah saling dekat. Kenapa lo malah main rahasia sama gue hm? Lo gak percaya sama gue kah?"
Ara yang mendengarnya itupun reflek menoleh kearah Sri. "Maaf!" Cicitnya.
"Jadi ayo cerita lo kenapa hm?" Tanya Sri dengan mengelus bahu Ara. Sebab yang dia tahu? Ara tadi nemani Fenly, tanpa Ara ketahui Sri tengah telponan sama Fajri yang saat ini nemani Fenly di tenda kesehatan dengan ponselnya yang sengaja di loudspeaker.
"Tadi Fenly pingsan." Celetuk Ara tiba tiba dan itu di dengar oleh Fajri, Fenly dan juga Shandy yang berada di tenda lainnya, dan Sri? Tampak penasaran.
"Lalu?"
"Fen? Hikss ... Hikss ... Dia, Fen~" Ucap Ara terisak kembali, hingga Fenly kini mendengarnya pun ingin bangun dari tidurnya itu untuk menghampiri sang kekasih, namun sebelum dia berhasil bangun? Langsung saja digelengi oleh Shandy dan juga Fajri.
"Iya Fen kenapa?" Tanya Sri bingung.
"Dia tu jahat banget tau gak Sri! Fenly pas waktu pingsan tadi malah sebutin nama Tasha, Sri! Apa memang selama ini? Gue tu gak pernah ada dihatinya? Gue tuh gak ada arti dalam hidupnya?Sakit tau Sri jika emang dia gak bener bener sayang sama gue? Gak perlu dia beri harapan ke gue! Gue benci itu tau Sri. Gue malah jadi keingat waktu Fen dan Tasha pacaran di ruang seni dulu. Tapi pas gue telepon Tasha tadi, untuk nemuin Fen? Yang gue dapat tu malah kabar dia udah nikah tau. Haha... Dan ya sekarang kayaknya gue udah ngerti deh. Fen pacaran sama gue itu, karena Fen berharap gue bisa jadi pengganti Tasha yang Fen cintai." Ucap Ara lirih.
Fenly yang mendengar perkataan dari Ara panjang x lebar pun langsung saja bangun. Lelaki itu sudah tidak perduli apa pun lagi sama rasa sakit yang lagi dia rasakan sekarang ini, karena yang paling penting? Ialah Ara yang tengah berfikir negatif tentangnya.
"Fen!" Tegur Shandy melihat Fenly itu telah bangun dari tidurnya itu, meski pun dia masih merasa lemas.
"Aku mau pergi menemuin Ara!" Ucap Fenly lirih dan hampir akan terjatuh.
"Nah kan! Lo masih lemes itu Fen, gak usah ngadi ngadi, nanti saja ya tunggu lo sudah sehat nanti." Ucap Fajri yang menyentuh bahu Fenly, namun? Fenly malah menepis tangan Fajri.
"Lepasin! Ara jadi salah paham sama gue sekarang. Gue harus temuin dia!" Ucap Fenly dengan tegas meski wajah masih terlihat sangat pucat.
"Biar suruh Ara kesini saja deh Ji. Nih anak, memang keras kepala dari dulu. Jadi? Ya percuma saja mending lo deh Ji suruh Ara kesini." Ujar Shandy yang langsung diangguki oleh Fajri.
"Gak! Biar gue saja. Argh! Sakit." Ucap Fenly lirih dan tiba tiba lelaki itu kini merasa kesakitan pada tubuhnya.
"Tuh kan! Lo istirahat saja Fen, jangan dipaksa. Ya udah, kalau gitu? Gue izin keluar dulu ya, mau suruh Ara datang kesini," Ucap Fajri berjalan keluar dan setelah Fajri keluar dari tenda Shandy langsung memapah Fenly berdiri.
"Tubuh gue sakit banget kak Sen, apa kematian gue sudah dekat ya?" Tanya Fenly polos, bikin Shandy yang tengah memapah tubuh Fenly itu, kini malah menatap dengan sangat tajam.
"Sekali lagi kamu bilang gitu? Jangan harap ya, kak Sen bakal negur kamu!" Bentak Shandy kesal dan bikin Fenly kini terkekeh kecil mendengarnya.
Ditempat yang berbeda, saat ini? Fajri lagi berjalan kearah tenda Ara untung saja Sri kini masih sama Ara, sehingga Sri pun langsung saja memeluk tubuh Ara untuk menenangkan gadis itu dan tidak berapa lama akhirnya Fajri pun sampai ditenda Ara dan lelaki itu pun menyuruh Ara ke tenda kesehatan.
"Ra? Ayolah. Itu Fen lagi cari-cari lo." Ucap Fajri tegas setelah lelaki itu ada di dalam tenda Ara. Bikin Ara malas.
"Gue gak mau Aji! Dia sudah bikin gue kecewa." Ujar Ara lirih tanpa menoleh dia sudah terlampau kecewa.
"Ra, temuin Fen gih, sapa tau kan? Dia mau jelasin, kenapa bisa sebut Tasha," ucap Sri dengan sangat santai.
"Ha, maksudnya?" tanya Ara menoleh kearah Sri dengan tatapan bingung.
"Sebenarnya ni? Dari tadi tu gue sama Sri lagi telponan Ra dan Fenly denger semua pembicaraan lo sama Sri," ujar Fajri dengan merangkul pacarnya.
"Kok lo pada gak bilang-bilang! kalau lagi teleponan sama pacar Lo pada Ji, Sri! Astaga!" Gerutu Ara amat kesal.
"Jangan salahin pacar gue Ra, tadi tuh Fen yang bilang ke gue, suruh telepon Sri, soalnya gue bilang Sri lagi dengan Ara, karena itulah Fen tau ada yang lo sembunyiin dari awal lo pergi. Fen itu jadi ya gue telepon Sri. Nah Fen suruh Sri nanya sama lo!" Ucap Fajri tegas.
"Ck..! Oke, ayo ke tenda kesehatan saja ya Ra. Kalian harus perbaiki masalah kalian biar gak berlarut, kasian Fenly itu butuh lo Ra disaat kayak gini tau!" Ucap Sri berusaha memberi nasehat dan langsung diangguki oleh Ara.
Tidak lama kemudian, akhrinya Fajri, Ara dan Sri pun datang kini ketiganya pun berjalan mendekat ke keranjang Fenly, sedang Shandy tengah bermain ponsel, Fenly? Lelaki itu, terlihat lagi melamun, entah apa yang dia pikirin.
"Kenapa lagi bang Sen! Gue tuh capek pengen istirahat? Bisa gak gue jangan di suruh datang kesini?! Dan untuk lo Fenly? Lebih baik kita tuh putus saja, selama ini gue gak ada dihati lo juga!" Bentak Ara enggan berbasa basi.
"Ra, lo tenangin diri dulu lo oke. Eum! Bang Sen, Aji kita lebih baik ni keluar dulu, agar dua manusia ini masih bisa menyelesaikan masalahnya," ucap Sri dan langsung saja diangguki pula oleh Fajri serta shandy, namun Ara? Malah menggeleng tidak ingin ditinggal.
"Gue ikut!" Seru Ara memelas, namun tangannya malah ditahan sama Fenly.
"Kalian pergilah, biarkan aku dan Ara disini, aku mau bicara berdua dengan dia sendiri." Ucap Fenly lirih dan kini Sri pun mengangguk mengiyakan.
Setelah kepergian ketiga rekannya itu kini? Tersisalah Ara dan Fenly berdua di dalam tenda kesehatan tersebut.
Selamat membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
UN1TY || MATAHARIKU (End)
Teen Fiction(Book 05) Menceritakan lima orang gadis yang tengah menuntut ilmu di sebuah fakultas ternama yang terletak di kota Jakarta dengan jurusan yang berbeda, hingga sebuah kisah masa lalu di antara salah satu mereka pun akhirnya mulai terkuak mampu kah s...