Bab53

8 1 0
                                    

Saat ini? Shandy dan Jordan langsung saja memasuki Fenly dalam ambulans untuk dibawa menuju ke rumah sakit sedang Sri, Ara dan Nindy kini berada di dalam mobilnya Joshua. Dan sedari awal mereka masuk dalam ambulans? Fenly tidak henti mengenggam tangan Shandy yang disertai dengan ringisan akibat rasa sakit yang menyerangnya.

"Fen, kamu janji harus kuat ya. Orang tua kamu sudah di jalan kesini." ucap Shandy mengelus tangan Fenly.

"Argh...! Kak Sen, kak Jor, sakit banget. Apa masih lama ya? Sampai ke rumah sakitnya?" tanya Fenly yang meringis.

"Kak Sen sangat paham, Fen sekarang tengah kesakitan, tapi? Tunggu bentar lagi kita sampai di rumah sakit." Ucap Shandy dengan menenangin lelaki itu yang sudah dianggap sebagai adiknya.

"Tapi ini sakit banget kak Sen, hikss ... Ara dimana?" Tanya Fenly begitu lirih dan mengenggam erat tangan Shandy.

"Ara dimobil kak Jos, Fenly gak kasian dengan Ara, pacarmu nangis loh Fen." Ucap Shandy tersenyum manis.

"Maafin aku Ra, aku nyusahin kamu!"







Ditempat yang berbeda lebih tepatnya disekitaran bandara? Tampak seorang wanita berkelas atas berusia 40 tahun itu berjalan serta memakai kacamata hitam yang sejak tadi telah bertengger di hidung mancungnya. Tidak berapa lama? Akhirnya beberapa orang lelaki berpakaian formal itu malah tiba tiba mendekatinya serta bersikap hormat kepadanya seakan dia ketua mereka. Dan para lelaki itu memimpin wanita tersebut untuk masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir dengan rapi.

"Welcome back nona Avenny!" Seruan salah satu bodyguard dengan berbaris tertib bersama yang lainnya dan tidak lama kemudian mereka pun bungkuk hormat kepada wanita tersebut.

"Thanks you Adi! Dimana anak saya!" Ucap Avenny itu dengan sangat tegas.

"Sekarang Chris lagi diantar ke rumah sakit nona, karena penyakit ginjalnya semakin parah! Sepertinya bentar lagi dia sampai dirumah sakit nona." Ucap Adi tegas, karena Adi? Selalu menjadi mata mata untuk tuan mudanya.

"Rumah sakit mana?"

"Rumah sakit Bogor nona." Ucap Adi dengan sangat tegas dan hormat.

"Antar saya kesana!" Ucap Avenny itu dengan tegas dan menaiki mobilnya.


















Dalam sebuah mobil milik Joshua saat ini, Ara merasa sangat khawatir. Jujur Ara sangat takut kalau Fenly? Bakalan Kenapa-napa. Bahkan? Gadis itu tidak berhenti berdoa kesembuhan Fenly.

"Ara, kamu kenapa?" Tanya Sri bikin Ara tersadar dari kekhawatirannya.

"Gue gak apa apa, gue cuma khawatir sama kondisinya Fenly doang Sri. Gue takut dia malah kenapa-kenapa." Ujar Ara dengan sangat lirih.

"Percaya sama kak Josh Ra, Fenly gak akan kenapa-napa. Pasti Shandy sama Jordan, sekarang lagi nenangin Fenly." Ucap Joshua melirik kearah Ara yang saat di bahunya di elus oleh Sri.

"Ra, benar yang dikatakan sama bang Josh, Fenly gak akan kenapa-kenapa lo juga tau sendiri ya kan? Jika bang Sen itu udah anggap Fen, sebagai adeknya sendiri kan kak Nin." Ucap Sri dengan menatap Nindy penuh harapan.

"Iya Ra, yang dikatakan oleh Sri benar kok, bang Sen udah anggap Fen? Adek kecilnya sendiri, jadi kamu tenang ya, Ra," Ujar Nindy lembut dan diangguki oleh Ara dengan tatapan sendu.

"Gak mungkin Ara bisa tenang, lihat kondisi Fenly seperti itu kak Nin, Sri." Ucap Ara menutup kedua mukanya itu memakai tangannya.

"Tenang ya Ra, sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit oke," Ucap Sri yang diangguki saja oleh Ara.

Tidak berapa lama akhirnya ambulan sampai dirumah sakit Cendra Wasinh dan tidak lama itu pula disusul mobil Joshua, Fenly? Lelaki itu tidak sadarin diri, akibat disuntik bius oleh suster.

"Sayang, gimana dengan kondisi Fenly tadi parah ya?" Tanya Nindy yang kini menghampiri kekasihnya yang tengah terlihat berantakan sekali.

"Awalnya tu dia masih bisa bicara tadi Nin meski berapa kali nahan sakit, dia juga nanyain Ara." Ujar Shandy lirih.

"Harusnya gue berada disisi Fen tadi." Ucap Ara begitu lirih.

"Tenang ya dek. Oh iya, Kak Josh kata dokter tadi apa soalnya kak Josh habis dari dalam tuh?" Tanya Nindy melihat Joshua yang keluar dari ruang dokter, karena mereka sudah membicarakan semua ini sama dokter untuk berjaga jaga dikondisi darurat seperti ini dan untung pemilik dari rumah sakitnya juga keluarga jauh dari Joshua.

"Kata dokter tadi? Fenly harus segera dioperasi sekarang juga. Karena ginjal yang dia miliki mulai bermasalah dan kalian pasti tau gak ada manusia yang hidup tanpa ginjal? Apa lagi Fen cuma bertahan sama satu ginjalnya saja kan maka tu dokter bilang dia harus cepat dioperasi jika kita gak ingin dia pergi, paham." Ujar Joshua bikin mereka itu terisak lirih tanpa terkecuali.

"Tolong segera lakukan sekarang juga operasinya kak biar Sendy yang tanda tanganin surat perizininan operasi itu kak, soalnya orangtua Fen sudah titipi Fen dengan Sen, mereka juga lagi mau kesini kak Josh." Ucap Shandy dengan kedua mata yang sudah memerah, dia sudah berhenti menangis, karena dia tahu jika Fenly butuh dirinya dan Ara.

"Baik. Jika begitu, Sen kamu ikut saya masuk keruang dokter ya untuk tanda tangan biar Fen bisa segera di operasi. Dan untuk kalian tunggu kita kembali kesini paham!" Celetuk Jordan dengan tegas, karena dia akan pergi bersama Joshua serta Shandy dan tersisa para gadis yang kini saling menguatkan.

"Ara, are you oke?" Tanya Sri melihat wajah Ara yang tampak menyendu.

"I'm fine Sri! Kenapa Sih?" Tanya Ara tersenyum manis kearah sahabatnya.

"Dek? Eum..."

"Kenapa kak Nin?" Tanya Ara bingung saat melihat kakaknya tengah sangat dilema untuk mengatakan sesuatu.

"Eeum... Maafin kak Nin ya Ra, karena ini mungkin bukan waktu yang tepat, kak Jendral doktermu itu baru ngirim kabar ke kak Nin, suruh kamu malam ini juga keluar negeri Ra." Ucap Nindy lirih dan tampak bimbang itu berhasil bikin jantung Ara mencelos.

"Hufft!" Cuma helaan nafas yang kini terdengar, dengan memijit keningnya Ara tersenyum sendu.

"Ra?"

"Aku memang terlihat baik baik saja, tapi hatiku gak lagi baik baik saja, kak Nin, Sri. Kenapa disaat kayak gini sih? Kenapa gak tunggu Fen selesai operasi saja? Aku ingin menemani Fenly yang lagi berjuang di atas meja operasi itu." Ujar Ara menahan tangisannya.

"Tapi kak Jendral bilang gak bisa dek." Ujar Nindy dengan nada yang lembut, karena tau emosi adiknya lagi down.

"Tapi? Aku pengen temenin Fenly, apa lagi kondisinya lagi kayak gini hikss..." Ucap Ara terisak begitu lirih.

"Ara? Bukan kak Nin gak izinin kamu, tapi? Kak jendral dokter kamu tu, ada waktunya besok jam 9 pagi dek, maka itu? Malam ni kita harus berangkat ya dek." Ucap Nindy membujuk Ara.

"Tapi? Jika nanti Fen, malah cari aku gimana kak Nin?" tanya Ara lirih.

"Ra, tenang di sini gue bakalan bilang sama Fenly pelan² pasti Fenly ngertiin lo kok, ini juga demi kesehatan lo, Ra! Tolong jangan keras kepala!" Ucap Sri dengan tegas dan memeluk tubuh Ara yang tampak penuh kesedihan.

"Kalau Fen malah marah aku gimana? Aku takut Fen, marah sama Aku, Sri." Ucap Ara lirih membalas pelukan Sri.

"Tenang Ra, gue, Aji dengan yang lain bakal bujuk Fenly, biar dia gak marah sama lo Ra. Semua ini demi kesehatan lo Ara, lo harus bisa sembuh dari rasa trauma lo itu Ra!" Ucap Sri, dia sangat mengetahui jika Ara emosi? Maka Ara tidak bisa mengendalikan dirinya. Itu kenapa Sri dan juga Nindy bersikeras agar Ara mau berobat.

"Ya sudah aku mau berangkat malam ini, Sri aku titipin Fen sama kalian ya, doain semoga aku bisa segera kembali disisi kalian lagi begitupun sama Fen." Ucap Ara tampak mulai tegar.

"Iya Ra, tenang saja disini masih ada bang Sen yang jaga sama yang lainnya intinya kamu harus bisa sembuh hm."  Ujar Sri tegas yang diangguki oleh Ara dan kini Ara sama Nindy pun malam itu juga langsung berangkat menuju ke Jakarta.

Selamat membaca.

UN1TY || MATAHARIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang