Bab10

12 1 0
                                    


"Yang Fen cuma ingat, tadi kita masih di mall berfoto sama YOUN1T kan Kak Sen, tapi? Kok malah disini, mana lagi diinfus, memang Fen kenapa ya kak?" Tanya Fenly yang tampak bingung.

"Waktu kita lagi foto sama YOUN1T lo pingsan Fenly, untung adeknya Nindy itu datangnya cepat, dia panik banget Fen. Sampai kita yang masih terkejut, malah dimarahin sama dia." Celetuk Shandy terkekeh saat mengingatnya, sedang Fenly hanya tersenyum kecut.

Di dalam kamar seorang gadis tengah memeluk boneka beruangnya dengan tatapan sendu, sebenarnya sejak tadi gadis itu berusaha menahan trauma yang dia rasakan selama kni. Hingga jari jari lentiknya itu dengan lincah  melanjutkan kembali naskah naskah novel yang sempat tertunda.

"Jika memang dia itu bukan takdirku, Tuhan tolong jangan pertemukan aku kembali dengannya. Sungguh semua ini menyakitkan, karena pasti rasa itu masih ada." Ucapnya dalam hati.

.

Flashback

Seorang gadis berkepang dua tampak tengah berlarian di koridor sekolah ke UKS dengan ekspresi yang panik. Dia panik, karena orang yang dia cintai itu tiba tiba saja pingsan. Padahal lelaki itu tengah sibuk latihan akhir akhir ini untuk membanggakan sekolahnya.

"Bu guru, Kovel dimana? Dia kenapa  pingsan gitu, bu?" Tanya gadis kecil dengan nafasnya yang memburu.

"Kovel ada di dalam Vier. Kamu mau masuk? Tapi jangan berisik ya nak. So dia lagi istirahat." Ucap wanita cantik itu meski tampak lebih dewasa, wanita merupakan mamanya Alex dan Axel sekaligus tantenya adik papanya.

"Oke! Vie mau masuk ke dalam dulu ya tan." Ucap Laviera berlalu dari depan tantenya dengan langkah gontai.

UKS di sekolah gadis itu sangat besar dan memiliki ruang sendiri sendiri dan setiba di pintu ruang lelaki itu gadis kecil tersebut langsung membukanya.

Brak!

"Ko~Kovel? Kovel jahat hikss... Hikss... Kenapa Kovel malah berpelukan sama sahabat Vie, Vie lagi khawatir dengan Kovel, tapi yang Vie lihat Kovel malah pelukan gini?" Isak gadis kecil itu saat melihat seorang gadis yang kerap kali dipanggil Tasha kini tengah memeluk seorang lelaki yang disapa Kovel.

Bahkan saat ini? Lelaki itu juga balas pelukan Tasha tepat di depan matanya yang berhasil bikin Laviera kecil reflek mengenggam roknya dengan menahan rasa sakit di dalam hati.

"Sudah berapa kali gue bilang sama lo jangan pernah berharap ke gue paham gak, karena sampai kapan pun gue itu gak akan suka ke lo, Vie! Tapi lo malah tetap saja gak dengerin. Sekarang? Lo lihat kan, gue tuh cuma bahagia sama Tasha. Dan lo?! Gue gak akan pernah bahagia sama lo!" Bentak Kovel emosi dan bikin Laviera terkejut.

"Kok Kovel bentak Vie." Cicit Laviera begitu lirih dan tidak menyangka.

"Karena lo jika gue bilangin baik baik gak denger, mulai sekarang enyahlah lah dari hidup gue!" Bentakan Kovel bikin Laviera kecil mengangguk.

"Oke! Lo mau gue pergi ya kan? Oke lo tenang saja, gue bakal pergi dari hidup lo Kovel seperti keinginan lo itu! Moga semesta gak akan pernah pertemukan kita, gue sangat sangat benci sama lo!" Bentak Laviera dengan tatapan mata yang sangat kecewa.

"Kalau pun semesta pertemukan kita? Sampai mati pun gue gak akan pernah memandang kearah lo lagi!" Ungkap Laviera dingin, berhasil bikin tubuh seseorang terdiam kaku.

Flashback off

.

"Argh! Gue benci sama lo! Kenapa sih semesta malah pertemukan kita Kovel Harusnya gak!" Bentak Ara murka.

Tok tok tok!!!

"Dek, kakak boleh masuk gak?" Tanya Nindy dibalik pintu, karena gadis itu tidak sengaja malah mendengar suara Ara yang berteriak.

"Masuk saja!" Ucap Ara dingin.

Ceklek!!

"Kamu tuh kenapa sih dek, kakak gak sengaja loh denger kamu yang teriak gak jelas gitu. Kamu kenapa?" Tanya Nindy khawatir dan panik ditambah pula dirinya malah melihat dang adik sudah terisak dengan isakannya yang menyayat hati siapa pun.

"Hiiksss .... Kak? Kenapa Tuhan malah gak mau dengarin permintaan kecilku ini sih kak? Aku salah apa? Jujur aku sangat benci sama dia bahkan nyebut namanya juga aku gak mau kak! Aku gak pernah berharap lagi ketemu dia! Aku mati matian mencoba jauhin dia. Tapi kenapa malah ketemu hiiksss ...." Isak Ara lirih, hingga Nindy menahan kesedihannya, apa Fenly benar benar tidak bisa dimaafkan oleh adeknya?

"Dek, apa kamu gak bisa memaafkan Fenly? Setiap manusia pasti ada kala melakukan kesalahan baik disengaja atau gak." Ara yang mendengarnya itu pun hanya terkekeh sinis, bagaimana bisa? Dirinya dapat memaafkan? Jika lelaki itu sudah terlalu dalam nyakiti.

"Gak! Aku benci dia kak!" Bentak Ara.

"Dek? Dengarin kakak heum ... Tuhan itu sangat baik loh. Dia tau hati kamu hanya ada nama Fen, makanya kalian berdua dulunya itu dipisahkan. Lalu sekarang? Karena kalian sudah sama sama dewasa Tuhan pun pertemukan kalian lagi, waktu itu ya kalian masih kecil. Dek? Ayo coba deh kamu belajar untuk memaafkan Fenly. Memaafkan itu memang gak mudah apa lagi? Dia yang kita cintain malah dia juga yang menjadi sumber luka kita."

Perkataan dari Nindy hanya di balas dengan deheman tanpa ekspresi saja oleh Ara, jujur sebenarnya gadis itu memang ingin mencoba untuk bisa berdamai sama cerita masa lalunya. Namun? Lagi dan lagi dirinya malah sulit sekali untuk melupakan semua rasa sakit yang telah Fenly berikan.

"Kak Nin? Aku gak bakal pernah mau ketemu sama dia atau pun mengurus masalah yang menyangkut dia kayak tadi, tapi? Aku tetap bakal pantau dia dari kak Nin. Kalau ada hal yang akan terjadi sama dia, aku bakalan laporin itu ke kak Nin, biar kak Nin yang akan bicara ke kak Sen." Ucap Ara tenang.

"Tapi?"

"Plis! Tolong kak." Ucap Ara memelas kearah Nindy, hingga sang kakak pun terkekeh gemas melihatnya.

"Oke oke, nanti kakak akan bahas hal ini ke Shandy tanpa ada yang tau oke, kalau gitu kakak pergi ke kamar dulu ya, kakak mau bersiap siap soalnya Ra tadi pacar kakak nyuruh kakak untuk datang ke rumah sakit untuk jaga Fen dan nemani Shandy juga sebenarnya. Tadinya kakak ingin mengajak kamu, tapi kakak yakin banget kamu tuh gak bakalan mau ya kan dek." Ucap Nindy kesal bikin Ara terkekeh.

"Hehe... Tau saja kak. Sebenarnya aku tuh lebih memilih jaga jarak saja dari dia. Aku gak mau ikut campur dalam urusan menyangkut dia, apa lagi nih? Berdiri di depan dia kayak kemarin." Ujar Ara tegas yang diangguki Nindy.

"Kamu ini, awas lo entar jodoh." Ucap Nindy yang berlalu dari kamar Ara.

"Kak Nin, awas ya!" Gerutu Ara kesal, namun Nindy hanya terkekeh.

Selamat membaca.

UN1TY || MATAHARIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang