Telungpuluh

12 2 0
                                    


🌺🌺🌺

Siang itu Sukanya sedang menyejukkan diri di teras samping. Sesekali ia melongok ke depan untuk melihat barangkali ada yang kembali. Namun ketika babahan* yang diperhatikannya sedari tadi masih saja kosong akan kemunculan manusia, ia mendesah kecewa. Istri Pulungwangi itu kemudian mengelus lembut perut yang membesar seraya menembang lirih.
[*Pintu masuk]

Tidak lama setelahnya, sosok yang dinanti Sukanya akhirnya muncul. Rum tampak kuat membawa dua keranjang penuh berisi kebutuhan sehari-hari. Tidak ada raut kelelahan di wajahnya. Maka Sukanya segera berdiri untuk menyambut. Namun sebelum itu terjadi, si emban menyeru,
"Anteng-anteng* saja di situ, Nyi!"
[*Diam, tidak bergerak]

Sukanya tersenyum. Ia tidak jadi bangkit dari duduknya dan hanya menunggu Rum menghampiri. Sementara itu, si emban meletakkan dua keranjang yang dibawa untuk kemudian mengambil sesuatu.

"Ada titipan dari Nyi Telas. Katanya ini harapan untuk si jabang bayi agar nanti persalinannya lancar dan semuanya sehat," kata Rum.

"Semoga Sang Hyang mengabulkan harapan itu dan memberikan balasan baik untuk Nyi Telas," balas Sukanya seraya menerima sebuah kain berbahan baik dari si emban. Dirabanya permukaan halus nan dingin dari kain tersebut yang seketika membuahkan senyum. "Indah sekali. Aku sudah membayangkan lucunya bayiku nanti jika memakai ini. Sampaikan terima kasihku kepada Nyi Telas, Rum."

"Tentu saja sudah, Nyi. Ah, peken tadi ramai orang-orang membicarakan tentang perayaan di kediaman Ki Tejalingga. Andai saja aku bisa ke sana, tetapi aku tidak memiliki kawan untuk pergi bersama. Bi Truh beralasan terlalu tua untuk pergi ke perayaan semacam itu," keluh Rum.

Mendengarnya membuat Sukanya maklum. Setelah pertemuan dirinya dengan Anampi kala itu, kabar tentang Ki Tejalingga yang mengadakan perayaan menyeruak. Tidak jelas untuk apa perayaan tersebut. Sukanya hanya sempat mendengar dari embannya bahwa istri-istri Ki Tejalinggalah yang menginginkannya. Semua orang dari satu kademangan turut diundang. Dan tentunya hal itu tidak akan disia-siakan oleh para penduduk. Keluarga Pu Banar pun mendapatkan undangan, tetapi hanya sang mpu saja yang akan menghadiri. Hyuning memilih menjaga Sukanya yang hamil tua, sementara Rum sebenarnya berkehendak untuk datang tetapi ia pun tidak mau pergi tanpa kawannya, Bi Truh.

"Aku jadi tidak enak dengan Nyi Rambi karena sempat berburuk sangka. Rupanya kehadirannya ke peken adalah untuk mempersiapkan perayaan itu. Untung saja aku belum melaporkannya kepada Bi Truh atau Nyi Hyuning," ungkap Rum yang setelahnya bersiap untuk menuju dapur. Tetapi sebelum itu, Sukanya mencegahnya dengan sebuah pertanyaan.

"Apakah tadi kau bertemu Nyi Rambi?"

"Nyi Rambi? Tidak. Beberapa hari ini ke peken, aku tidak bertemu dia." Rum menjawab.

Sukanya mengangguk kecewa, tetapi tentu saja ia tidak menunjukkannya.

"Setelah pertemuan kala itu, kau beberapa kali menanyakan tentang Nyi Rambi. Apakah ada masalah, Nyi?" tanya Rum.

"Tidak, Rum. Tidak ada masalah. Justru karena pertemuan itulah yang membuatku ingin menemuinya lagi karena ada sebuah perbincangan yang diperlukan," jawab Sukanya.

"Memangnya, perbincangan apa yang kau butuhkan? Jika itu adalah masalah perempuan hamil, aku pun seorang perempuan dan Bi Truh pernah menjadi perempuan yang hamil, sudah bercucu pula. Kami bisa berbincang dengan Nyi, kenapa harus mencari Nyi Rambi?" tentang Rum.

Mendengar pernyataan Rum membuat Sukanya tidak bisa menahan tawa.
"Kenapa kau tampak kesal begitu, Rum? Aku hanya menanyakan kabar Nyi Rambi karena bagaimanapun kami pernah berbincang sebelumnya. Dan soal perbincangan itu..., hanya aku dan beliau yang boleh tahu," ujarnya.

Kembang Kinasih (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang