Telungpuluh Pitu

23 4 0
                                    


🌺🌺🌺

"Masuklah, Kakang!" bisik Hyuning kepada sang suami yang ditemuinya hanya berdiri di depan bilik.

Pu Banar belum membalas ajakan itu. Ia masih memandang sosok Sukanya yang terbaring di dipan.

"Sukanya telah bangun sekali setelah pagi tadi. Ia mau makan dan bisa menyusui anaknya walau sebentar. Mungkin tubuhnya masih terlalu lelah, tetapi walen yang aku panggil mengatakan kalau dia akan baik-baik saja. Tidak ada pendarahan atau masalah lainnya. Dia bilang Sukanya adalah perempuan yang kuat," tutur Hyuning.

Pu Banar masih saja terdiam. Pandangannya yang sayu menatap sedih kepada sang menantu.

"Sukanya telah banyak berkorban demi keluarga kita," ucapnya.

Hyuning menatap sang suami. Ada banyak makna yang sebagian tidak mampu ia tangkap pada pernyataan tersebut. Kemudian ia pun hanya menurut ketika Pu Banar mengajaknya berlalu dari bilik sang menantu.

"Kakang...," Hyuning berkata dengan ragu, "bagaimana dengan Yayi Dapa?"

Melihat sang suami masih terdiam, membuat Hyuning semakin tidak nyaman perasaannya. Ia khawatir telah menambah beban sang mpu, meski rasa penasarannya yang tetap menang. Hyuning pun merasa perlu mengetahui perkembangan masalah yang menimpa keluarganya.

"Aku tidak tahu kesalahan apa yang telah aku perbuat sehingga menyebabkannya menyimpan dendam begitu dalam," kata Pu Banar. "Sampai saat ini pun aku masih berusaha mengingat sikap mana yang membuatnya tersinggung sehingga dia bisa berbuat sejauh ini!"

Gemuruh di dada sang mpu menyeruak kembali tiap mengingat kelakuan keji sang adik. "Aku bisa menerima jika dia hanya menginginkan kehancuranku. Tetapi kau, anak-anakku..., bahkan menantuku..., aku tidak bisa menerima itu, Hyuning. Aku ingin dengan kepala mataku sendiri, bertanya kepadanya semua alasan yang mendasari perilaku bejatnya itu!"

Hyuning akhirnya hanya bisa mengusap punggung sang suami sebagai pengganti kalimat penenang. Ia pun kehabisan kata-kata usai mengetahui dalang di balik peristiwa mengerikan yang menimpa keluarganya.

"Ki Duryasa akan membantu kita menangkapnya. Sementara itu, pemangku desa lainnya akan membantu pencarian Taramanik."

"Oh, Taramanik?" sela Hyuning. Dadanya turut berdebar manakala nama sang putri disebut. "Apa yang terjadi dengan Taramanik, Kakang?"

Sang mpu menepuk pelan tangan Hyuning yang menghentikan usapannya di punggung.
"Laki-laki yang ditahan itu mengungkapkan telah menemukan anak kita."

Hyuning tidak kuasa menahan tangis hingga Pu Banar harus memeluknya. Laki-laki sepuh itu membiarkan sang garwa menghabiskan tangis.

"Apa dia katakan tentang putri kita, Kakang?" tanya Hyuning.

"Tidak banyak. Hanya keterangan bahwa dia dan kawanannya telah menemukan keberadaan Taramanik. Pemangku desa dan Ki Duryasa telah menentukan rencana untuk membantu. Aku harap semuanya berjalan lancar." Pu Banar menerangkan.

Sementara Hyuning masih berusaha meredam tangis. Sungguh berat hari-hari yang dijalani sekarang ini. Bahkan, Sukanya yang biasanya menenangkan dirinya kini sedang tidak berdaya. Di saat pikirannya sedang keruh, tiba-tiba saja kedua tangannya digenggam erat. Hyuning segera mendongak untuk melihat sang suami yang kini tersenyum tipis kepadanya.

"Kita telah melewati beragam rintangan dalam hidup. Maka untuk kali ini, aku mohon tetaplah kuat denganku. Aku yakin, kita bisa melalui masalah ini bersama-sama." Itulah ucapan Pu Banar yang segera disambut tangis dan tawa dari Hyuning. Perempuan itu benar-benar bersyukur karena selama ini sang suami selalu menjadi sosok yang bisa diandalkan. Dan ia pun bersyukur karena bagaimanapun telah melalui semua hal bersama suaminya tersebut.

Kembang Kinasih (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang