Patangpuluh Rwa

12 2 0
                                    

🌺🌺🌺

Wangun merenung sejenak. Sebenarnya ia sedikit kecewa dengan keputusan yang telah dibuat muda-mudi di hadapannya itu. Memanglah setelah memasuki permukiman sederhana tersebut, tampak sekolompok anak-anak dan perempuan paruh baya yang menjadikan mereka pusat perhatian. Meski setelahnya, mereka dipaksa masuk ke dalam rumah oleh beberapa pemuda penjaga. Dan apabila Weling Hireng benar-benar menyerang permukiman itu, tentulah anak-anak dan perempuan-perempuan itu tidak akan bisa melawan. Ditambah lagi, ia merasa berutang budi atas keselamatan Taramanik dan Respati.

"Apakah kalian benar-benar sudah memikirkannya? Kami pun tidak keberatan untuk membantu karena kalian telah berjasa menjaga dan melindungi saudara-saudara kami selama di sini," bujuk Wangun.

Melihat niat tulus dari para tamu asing tersebut, Windu hanya bisa menjura singkat. Katanya,
"Kami telah bersungguh-sungguh atas keputusan kami."

Pada akhirnya, Wangun hanya bisa memaklumi keputusan tersebut. Ia pun merasa tidak memiliki wewenang untuk memaksa. Maka setelah semuanya dirasa selesai, ia pun mengajak pemuda-pemudi itu untuk pergi.

"Tunggu!" seru Sakanti sehingga menunda langkah Wangun dan lainnya. "Kakang Respati, bisakah kita bicara berdua? Ada hal penting yang ingin aku sampaikan. Hanya sebentar saja."

Sejenak saja semuanya menatap Respati kemudian Wangun mengisyaratkan pemuda itu untuk memenuhi permintaan si gadis. Maka, si pemuda mengikuti Sakanti yang membawanya ke bilik, meninggalkan Wangun dan lainnya dengan hati penuh tanya.

"Apakah hanya aku yang merasa kalau nada bicara dan sikap gadis itu sedikit berbeda tadi?" bisik Pulungwangi kepada Wiryarama meski Wangun dan lainnya pun tetap bisa mendengar.

Wiryarama pun menanggapinya dengan senyuman maklum.
"Apakah kau tidak melihat bagaimana caranya menatap kawanmu tadi? Mungkin gadis itu akan memberikannya kenang-kenangan," balasnya.

"Oh, bagaimana kau tahu?" tanya Pulungwangi yang hanya dibalas kekehan dari empunya.

Prabalarung sebenarnya tidak tertarik dengan percakapan itu, tetapi wajah murung si bungsu membuatnya mengira-ngira akan sesuatu hal.

Sementara itu, Respati terheran-heran setelah melihat benda yang diberikan Sakanti. Sebuah keris bertabur berlian yang sebelumnya dibungkus kain putih itu tampak berkilauan. Begitu indah dan menarik hati terlebih saat terkena pantulan cahaya matahari.

"Apa maksudnya ini, Nyimas Sakanti?" tanyanya.

"Itu milik Tantri. Ia memberikannya kepada Balawana sebagai jaminan agar kami menyelamatkanmu," jawab Sakanti.

"Jaminan?"

Sakanti mengangguk.
"Benar. Kala itu kami berniat merampas harta benda siapa pun yang masuk ke wilayah kami, kalian dan termasuk kelompok bramacorah itu adalah sasaran Balawana. Akan tetapi, bramacorah itu berhasil melarikan diri sehingga menyisakan Kakang dan Tantri. Waktu itu ia memaksakan kerisnya ini agar kami mau menyelamatkan Kakang yang saat itu terluka parah," jelasnya.

"Oh, begitukah?" Respati bergumam. Ia menatap lama kepada keris cantik yang saat ini dipegang. Dan senyum itu pun muncul bahkan tanpa ia sadari.

Melihat perubahan sikap si pemuda, Sakanti hanya tersenyum masam. Hatinya masih terasa mengganjal dan berat untuk melepaskan, tetapi ia pun telah bertekad untuk menghapus perasaannya itu karena bagaimanapun pengorbanan yang telah Windu lakukan untuknya tidak akan bisa digantikan oleh apa dan siapapun.

"Tetapi, mengapa Nyimas mengembalikannya kepada saya? Jika Nyimas Tantri menyerahkannya, berarti keris ini adalah milik Nyimas," tanya Respati.

Sakanti menggeleng.
"Keris itu memang bernilai tinggi, tetapi sebenarnya kami tidak meminta apa pun atas pertolongan yang kami berikan saat itu. Kakang Windu adalah seorang penyembuh, sehingga apabila melihat orang yang membutuhkan pertolongannya ia tidak akan bisa menolak atau mengabaikan," jawabnya. "Ditambah lagi, Tantri bilang keris itu adalah pemberian bapanya dan hanya ada satu-satunya di bumi ini. Akan sangat jahat apabila aku mengambil pemberian seorang bapa kepada putrinya. Maukah Kakang mengembalikannya nanti kepadanya? Aku tidak yakin ia akan menerima apabila aku yang memberikan, mengingat pertikaian kami sebelum ini."

Kembang Kinasih (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang