Limangpuluh Telu

14 3 0
                                    


🌺🌺🌺

"Akan tetapi, kenyataan bahwa kehadiran Anakmas Respati begitu berjasa adalah sebuah kebenaran yang tidak bisa disangkal."

Pulungwangi menoleh kepada sang bapa. Ia mencoba menduga penyataan yang masih samar tersebut.

"Andai saja Anakmas Suratmaja tidak menyamarkan diri sebagai Respati dan turut dalam perjalanan menuju Gunung Pawitra, tentulah nasib putri kami akan berbeda. Dan seperti yang kita tahu, Anakmas Suratmaja menunjukkan bahwa dirinya adalah laki-laki sejati dengan menjaga dan melindungi Taramanik selama ini. Putri kami selamat tanpa kurang suatu apa pun. Itu menandakan bahwa Anakmas bersungguh-sungguh atas ucapan dan niatnya. Maka, anugerah apalagi yang akan kami abaikan? Saya pun mengira bahwa ini adalah kehendak Sang Hyang untuk melindungi keutuhan keluarga kami. Dan saya akan merasa bodoh dan sembrono apabila memutuskan perjanjian yang telah disepakati bersama." Demikian Pu Banar menerangkan.

"Jadi, apakah itu berarti, kita bisa melanjutkan perkawinan putra-putri kita?" Nyi Demang yang kali ini bertanya. Ia benar-benar tidak sabar akan keputusan pasti sang juru gusali.

Dan, ketika sang mpu mengangguk, hatinya pun lega luar biasa sehingga Nyi Demang tersenyum lebar.

"Tidak ada alasan lain untuk saya membatalkan perjanjian kita. Anakmas Suratmaja telah memantaskan diri sebagai laki-laki yang siap membina rumah tangga." Pu Banar menambahkan.

Dan segala sesuatunya telah menjadi terang hari itu. Respati tak hentinya mengucap syukur, begitu pula orang tuanya. Dan Pulungwangi patutlah merasa senang sehingga ia mencoba menggoda sang kakak. Meski demikian, ia tahu bahwa kakaknya itu telah menerima keputusan sang bapa.

"Akan tetapi, tentu saja Anakmas perlu menyampaikan kebenaran ini kepada Taramanik secara langsung. Ia pun perlu tahu hal ini agar tidak merasa disepelekan," usul Pu Banar.

Respati menyetujui usulan tersebut dan ia pun sebenarnya telah berniat mengungkapkan jati diri kepada gadis idamannya.

🌺🌺🌺

Taramanik termenung di bilik sang kakak ipar dengan sesekali membenarkan sekartaji yang tersemat di telinga. Gadis itu sebenarnya juga tidak mengerti alasan sang ibu tiba-tiba memintanya berhias diri lalu pergi kembali tanpa membantunya atau menjelaskan tamu istimewa yang sempat disebutnya tadi. Alhasil, ia pun meminta Sukanya untuk sekadar memberikan saran tentang pakaian atau hiasan yang pantas untuk hal yang belum ia ketahui.

"Ah, tidak, tidak. Yang ini tidak cocok. Aku rasa semuanya sudah tepat, Rayi," ujar Sukanya seraya meletakkan kembali ikat pinggang kulit yang tadinya akan ia pakaikan kepada Taramanik. "Lihatlah! Kau sangat cantik seperti bunga yang baru mekar!"

Pujian itu tak ayal membuat Taramanik tersipu. Tak berselang lama, Hyuning muncul di ambang bilik kemudian memasukinya dengan wajah sumringah. Diamatinya dengan saksama penampilan sang putri semata wayangnya itu.

"Oh, apakah aku baru saja melihat seorang apsari?" godanya.

"Ah, Ibu!"

Sukanya tersenyum-senyum melihat sang ibu dan putrinya yang bercanda ria. Ia kemudian mendekati sang ipar yang telah siap.

"Ikutlah dengan Ibu, Taramanik. Calon suamimu ingin membicarakan sesuatu."

Pernyataan sang ipar tentu saja membuat Taramanik terhenyak. Ia tidak menyangka bahwa tamu yang membuat keluarganya sibuk hari ini adalah dari pihak Ki Demang Sokaratu.

"Tetapi, Ibu..., untuk apa dia ingin membicarakan sesuatu denganku. Apakah ada sesuatu hal yang terjadi?" tanyanya.

"Memang ada sesuatu yang terjadi. Oleh karenanya dia ingin menemuimu untuk membicarakan kejadian itu. Marilah!" ajak Hyuning.

Kembang Kinasih (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang