Tělu

49 8 0
                                    

🌺🌺🌺

"Istirahatlah, Sukanya. Kandunganmu sudah besar. Biarlah Taramanik aku yang mengurus. Lagi pula, masih ada Rum dan Bi Truh. Aku bisa meminta tolong kepada mereka." Hayuning memberikan nasehat setelah beberapa saat lamanya.

Meski Sukanya tidak terlampau lelah, tetap saja istri Pulungwangi itu melaksanakan perintah Hyuning. Kedua tangannya tidak lagi mencabuti kelopak menur dan kenanga untuk rendaman. Lalu ia pun bangkit dari amben.

"Kalau begitu, aku ke besalen dulu, Ibu. Mungkin Kakang Wangi membutuhkan sesuatu," katanya sebelum pergi. Ia sempat melirik Taramanik yang juga meliriknya, tetapi adik iparnya itu segera menunduk. Sukanya menghela napas panjang. Kemudian ia pun berlalu dari bilik tersebut.

Sementara itu, di bilik tersendiri yang memang diperuntukkan sebagai tempat perawatan, Taramanik hanya diam mendengarkan ibunya yang kembali memperbincangkan hal-hal seputar membina rumah tangga. Tangan empuknya sesekali memijat dan menepuk-nepuk bagian tubuh Taramanik sambil melulurinya dengan mangir. 

"Sukanya bisa menjadi contoh untukmu, Manik. Ia istri yang baik dan berbakti kepada suaminya. Kau lihat tadi, padahal aku sudah memintanya untuk beristirahat, tetapi ia masih memikirkan kebutuhan suaminya. Wangi beruntung mendapatkan istri seperti Sukanya. Ia juga tidak pernah mengeluh berlebihan. Dulu sewaktu bapa kalian menjodohkan Sukanya dengan kakangmu, Ibu sempat khawatir. Sukanya adalah putri dari seorang bekas prajurit kedaton. Menurut kabar yang kudengar, anak itu pandai memainkan paser. Ibu pun bisa melihat perawakannya kala itu yang berbeda dari gadis kebanyakan. Tetapi setelah Sukanya masuk ke keluarga kita, barulah Ibu menyadari bahwa ia bisa berpikir dewasa dan bisa ngemong. Kadang Ibu malu sendiri karena sempat berpikir yang tidak-tidak terhadapnya." Hyuning menjeda ceritanya sambil tertawa kecil.
"Kau pun harus begitu, Manik. Kau harus menjadi istri yang baik untuk putra Ki Sokaratu kelak," tambah Hyuning.

Ia kemudian bangkit dari duduknya untuk mengambil wadah berisi bunga-bungaan yang telah berguguran kelopaknya. Hyuning menambahkan tetesan minyak menur lalu meremas-remas kelopak-kelopak itu. Kemudian ditaruhnya wadah tersebut di dekat kaki sang putri.

Taramanik pun tanpa diperintah segera merendam kakinya. Kegiatan itu sudah dijalaninya semenjak sang bapa mengikat perjanjian perjodohannya dengan seorang putra demang dari Desa Sokaratu. Ibunya bilang, tubuhnya harus terlihat bagus saat bersama calon suaminya nanti. Oleh karenanya, Hyuning akan selalu kesal jika si bungsu melakukan olah kanuragan yang menurutnya hanya akan merusak kulit dan bentuk badan.

"Ibu," panggil Taramanik. "Kudengar, Bapa akan mengunjungi Rsi Sayuta."

"Benar. Beliau ingin meminta restu Rsi Sayuta, sekalian sowan ke kediaman Ki Sokaratu. Kedatangan Ki Tejalingga waktu itu sepertinya meresahkan beliau."

Taramanik mengangguk-angguk. Kemudian tanyanya,
"Dengan siapakah Bapa ke sana, Ibu?"

"Rencananya bersama Kakang Wangun. Tetapi Wangi bilang keadaan bapa kalian tidak memungkinkan. Ibu pikir itu benar. Tapi Bapa kalian itu jika sudah benar-benar ingin melakukan sesuatu, akan melakukannya sendiri apapun keadaannya."

"Apa aku boleh turut serta, Ibu?"
Taramanik bisa melihat tatapan keberatan dari sang ibu. Maka ia pun menundukkan pandangannya.

"Kau benar-benar menyatakan itu, Taramanik?" tanya Hyuning.

Segera Taramanik mengangkat wajahnya. Ia bilang,
"Ibu, aku tidak bermaksud membuat Ibu kesal. Niatku turut serta bersama bapa adalah karena beliau ingin berkunjung ke kediaman Rsi Sayuta. Beliau adalah guru Manik juga, Ibu. Sudah lama kami tidak berjumpa. Mungkin saja beliau berkenan memberikan wejangan untukku nanti."

Hanya desah panjang yang didengar Taramanik dari sang ibu. Ia pun kembali menunduk sehingga kakinya yang terendam air dengan wangi menenangkan itu menjadi pusat perhatian.

Kembang Kinasih (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang