🌺🌺🌺"Bapa dari gadis yang kausukai itu mungkin tidak akan bisa menerima perlakuanmu. Beliau akan menganggap bahwa apa yang kau lakukan adalah sebuah penghinaan karena dianggap telah menipu dan menyalahi norma-norma." Ki Demang mulai menjelaskan. "Yang paling buruk adalah beliau mungkin akan memutuskan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Dan asal kau tahu, aku tidak akan bisa membantu apabila Pu Banar memutuskan demikian karena beliau memiliki kewenangan untuk itu."
Berdesir hebat dada Respati mendengarnya. Ia sadar bahwa apa yang dilakukannya memang di luar kebiasaan yang ada, tetapi sama sekali tidak memperhitungkan akibat yang timbul dari hal tersebut. Rupanya pemuda itu terlalu menyepelekan keadaan sehingga tidak berpikir jauh ke depan.
Di saat itulah, pikiran-pikiran buruk berkeliaran di dalam kepala. Bahkan segala kemungkinan terpahit yang tidak pernah terlintas sekarang hinggap di benak. Karena jika apa yang dikatakan sang bapa menjadi kenyataan, pupus sudah impiannya bersanding dengan Taramanik.
Oh, Respati baru menyadari kelalaiannya dalam bertindak sampai membuat remasan tangannya makin mengeras sehingga tampak buku-buku kukunya memutih. Namun sekarang, rasa sesalnya pun sudah terlambat.
"Bapa---"
Ucapan Respati tertunda saat sang bapa mengangkat tangan, pertanda beliau tidak ingin melanjutkan perbincangan.
"Kita belum tahu tanggapan dari utusan yang juga keluarga dari Pu Banar apabila mereka mengetahui yang sebenarnya. Tetapi daripada itu, sepatutnya kita menyiapkan sesuatunya untuk menyambut kedatangan mereka dengan baik."
Demikian pesan dari Ki Demang. Respati pun tidak bisa lagi mencegah orang tuanya meninggalkan graha tengah tersebut sehingga ia hanya bisa termangu-mangu di tempatnya seraya berharap ada hal baik esok hari.
Dan, hari yang telah ditunggu itu pun tiba. Pada pagi hari ketika matahari telah sepenggalah, rombongan Wangun tiba di kediaman Ki Demang Sokaratu. Para penjaga yang telah diberikan pesan sebelumnya telah melayani mereka dengan baik. Rombongan kecil itu dituntun langsung ke graha utama.
Wangun sesekali mengamati megahnya graha itu seraya menyesap wedang yang disuguhkan. Sementara Prabalarung dan Wiryarama membicarakan hal-hal selama perjalanan mereka.
Tidak berapa lama, tampak Ki Demang memasuki graha, diikuti sang garwa kemudian putra mereka.
Mulanya Wangun dan lainnya tidak begitu memperhatikan sosok pemuda yang mengambil tempat paling kanan, di sisi Nyi Demang. Akan tetapi, Prabalarung yang tidak asing dengan wajah si pemuda seketika terhenyak manakala menyadari sosok sebenarnya putra Ki Demang tersebut.
"Nuhun, Ki Demang," ucap Prabalarung sehingga menunda perbincangan hangat antara Wangun dan Ki Demang. "Maaf jika saya harus menyela. Saya ingin tahu siapakah pemuda yang bersama Ki Demang? Mungkin ini terkesan lancang, tetapi saya merasa pernah melihatnya di suatu tempat."
Respati merasakan dadanya berdetak kencang saat suara tegas Prabalarung itu mengisi segenap graha. Ia pun menoleh kepada sang bapa yang masih menunjukkan kebijaksanaannya sebagai seorang demang.
"Dia adalah putraku, Suratmaja, yang untuknya aku pinangkan adikmu. Dan memang kalian pernah bertemu sebelum ini, tetapi dalam jati diri yang lain," jawab Ki Demang dengan jujur.
Wangun pada mulanya juga tidak begitu memperhatikan putra Ki Demang tersebut. Akan tetapi, setelah Prabalarung menyatakan demikian ia pun mulai menyadari bahwa pemuda yang duduk berseberangan dengannya itu sangat tidak asing baginya.
"Oh, Anakmas..., Respati?" katanya ragu.
Respati menjura singkat kepada kawan Pu Banar tersebut.
"Saya, Ki Wangun," balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembang Kinasih (SELESAI)
Historical FictionJodoh Taramanik sebagai putri seorang juru gusali telah diatur sedemikian rupa oleh sang orang tua. Namun bagaimana jadinya apabila dara jelita itu malah jatuh hati ke yang lain? Seiring rasa yang terus tumbuh, Taramanik menyadari itu adalah sebuah...