07

220 15 0
                                    

Hari kelulusan Elliot dan Ellana tiba, di lapangan sekolah para orang tua dan para siswa siswi sedang sibuk masing-masing.

Ada yang berfoto bersama keluarga, ada yang berfoto bersama teman, ada juga yang berfoto bersama pacar. Begitu ramai.

William datang dengan pakaian berjasnya lengkap dengan satu bucket mawar putih di tangannya, ia akan mengejutkan Elliot. William tidak sabar dengan reaksi apa yang akan diberikan Elliot nanti, membayangkannya saja sudah membuatnya senang.

"Halo" sapa William ramah kepada kedua orang tua Elliot dan ada Ellana juga disana. Tapi Elliot tidak terlihat disana.

"Halo pak dokter, aku tidak tau anda akan datang" balas Ellana dengan gembira. Ellana langsung menghampiri William dan memeluknya. "Oh, anda bahkan membawa bunga, terimakasih" sambungnya, dan Ellana langsung mengambil bunga itu dari tangan William.

"Ellana itu-" belum selesai William menyelesaikan kalimatnya Kenan menghampirinya.

"Halo dokter William, perkenalkan saya Kenan ayah dari Ellana dan Elliot, ayah anda pasti sudah pernah bercerita tentang saya kan?" ucap Kenan dengan menjabat tangan William.

"Bagaimana tuan Agra apa dia baik?" sambungnya.

"Ya, tuan Kenan ayah baik, bagaimana dengan anda dan istri anda?".

"Kami baik, apa kau kesini untuk menemui Ellana?"

"Tentu saja pa, dokter William datang kesini untuk menemui Ellana ya, kan pak dokter?" sela Ellana dengan senyuman riangnya.

William hanya tersenyum kaku, ia tidak enak juga ingin bilang tidak, karena ada orang tua Elliot disana, ia tidak ingin merusak suasana bahagia ini.

Tidak berselang lama Elliot datang, ia baru selesai dari kamar mandi. Matanya langsung melebar saat melihat William.

"Pak dokter!" dengan sedikit berlari Elliot menghampiri William. Sungguh ia rindu dengan William selama ini dirinya tidak pernah bertemu William karena sibuk dengan belajar dan tugas akhir.

"Hai, dari mana saja, kau baru terlihat" ucap William lembut dengan menatap Elliot lekat, sosok yang ia rindukan.

"Aku habis dari kamar mandi, apa anda sudah datang dari tadi?"

"Tentu saja, lihat bahkan dokter William memberikanku bunga, bukankah kita cocok Ello" sela Ellana, dengan merangkul lengan William.

"Bunga? benarkah?" Elliot menatap mata William lekat meminta jawaban.

"Tentu saja Ello, apa kau tidak lihat bunganya ada di tanganku?" ucap Ellana dengan menunjukkan bunga yang ada ditangannya.

"Tidak Ello itu tidak benar" William melepas tangan Ellana kasar.

"Kenapa anda berbohong dokter, bukankah anda sendiri yang memberikan bunga ini padaku, bahkan papa dan mama ada disana juga"

"Jangan bicara omong kosong Ellana" ucap William dingin ia muak dengan tingkah laku Ellana.

Ello hanya diam sambil menunduk menatap sepatunya, dadanya sesak melihat Ellana yang dengan santai memeluk lengan William.

"Ello," panggil William lembut, ia merasa bersalah melihat Elliot yang sedih didepannya, padahal hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Elliot.

"Ellana, kau pasti sangat menyukai bunga itu kan? aku iri padamu" ucap Elliot dengan pelan dan mata yang sudah memerah menahan tangis.

William makin sakit saat mendengar ucapan Elliot,apalagi melihat mata indah Elliot yang memerah.

"Anak-anak ayo kita pulang, sudah waktunya makan siang" panggil Emma kepada anak-anaknya.

Atensi ketiganya langsung teralihkan mendengar suara dari Emma.

With you, Always!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang