35

385 15 0
                                    

Hari ini akhirnya Elliot membuka perban di matanya setelah kemarin dirinya melakukan operasi.

Semua tengah menunggu hari yang membahagiakan ini, Deon dengan perlahan membuka perban tersebut, setelah terbuka sempurna Elliot mulai membuka matanya perlahan, dia mengedipkan matanya membiasakan pencahaan yang mengenai netranya.

Deon melakukan pemeriksaan pada Elliot untuk memastikan tidak adanya komplikasi pasca operasi, penglihatannya memang masih belum jelas tapi Elliot sudah bisa melihat sedikit.

"Oke Ello, bagaimana perasaanmu? apa ada yang sakit?" tanya Deon.

"Aku hanya merasa pusing sedikit, tapi penglihatanku masih buram Deon," jawab Ello.

Deon mengangguk dan menjelaskan kalau itu hal normal pasca operasi setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan beberapa tes maka penglihatannya akan lebih jelas nantinya. Elliot tersenyum senang mendengar hal itu, setelah ini dia bisa melihat keluarganya lagi, serta anaknya yang belum pernah ia tahu bagaimana rupanya.

Elliot berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Deon, Elliot masih belum bertemu dengan orang yang mendonasikan mata untuknya, Deon bilang setelah penglihatan Elliot benar-benar sempurna barulah Deon akan memberitahu pada Elliot.
___________

"Terima kasih Deon, berkatmu aku bisa melihat kembali" ucap Ellio senang, ini adalah pemeriksaan terakhir Elliot, akhirnya setelah memalui banyak pemeriksaan penglihatannya sudah jelas.

"Tidak, kau harus berterima kasih pada orang yang sudah mendonorkan mata untukmu"

"Kau benar, dimana dia? aku ingin bertemu dengannya," tanya Elliot.

Cukup lama Deon terdiam, ia membuka lacinya dan mengeluarkan sepucuk surat dari dalam sana dan memberikannya kepada Elliot.

Elliot terkejut ia heran surat apa ini?, dengan ragu Elliot menerima surat tersebut dan membukanya. Sebelum Elliot membuka surat tersebut, Deon pamit keluar dulu dengan alasan ada urusan sebentar.

Dengan cermat Elliot membaca surat tersebut, tangannya gemetar membaca surat tersebut, matanya sudah mengeluarkan air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi, Elliot memeluk surat tersebut erat setelah membacanya, bahunya bergetar hebat ia sungguh tidak menyangka bahwa orang yang telah mendonorkan mata untuknya adalah suaminya sendiri, William.

William  memang orang yang telah mendonorkan mata untuk Elliot, sebelum kematiannya ia meminta tolong pada Deon untuk menyiapkan surat-surat untuk donor sebelum dirinya meninggal, awalnya Deon menolak hal tersebut ia tahu William sangat menyayangi Elliot dan memang sudah lama William mencari pendonor untuknya. Seperti tahu kalau dirinya akan mati William memberikan pesan pada Deon, "Kalau aku mati nanti tolong donorkan mataku untuk Elliot, tapi jangan katakan padanya kalau aku yang mendonor karena pasti dia akan menolak, katakan padanya saat dirinya sudah bisa melihat," ucap William saat itu dengan senyuman di bibir pucatnya.

Deon tidak bisa menolak keinginan sahabatnya itu, Deon hanya bisa mengangguk pasrah dengan menunduk dalam menahan tangisnya, William bahkan menitipkan sepucuk surat untuk Elliot pada Deon yang saat ini tengah di peluk erat oleh penerimanya.

Isi surat William

Ello sayang, mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah berada jauh darimu, maaf aku meninggalkanmu disaat kamu sangat membutuhkanku, hari ini aku merasa kalau waktuku tidak lama lagi berada di dunia, tapi aku senang karena aku masih bisa bertemu denganmu Windy sebelum kematianku. Ello maafkan aku karena meninggalkanmu, Varo, dan juga Windy.

Aku selalu mencintaimu dan juga kedua anak kita, kau ingatkan aku pernah berjanji akan membuatmu bisa melihat lagi apapun yang terjadi, sekarang aku sudah menepati janjiku, aku harap dengan mendonorkan penglihatanku untukmu bisa membuatmu tidak merasa sendiri karena aku akan selalu berada bersamamu sebagai penglihatanmu. Aku tahu saat kamu membaca surat ini air matamu pasti tidak akan bisa berhenti menangis, menangislah tidak apa Ello tapi jangan terlalu larut dalam kesedihan, karena aku tidak bisa lagi untuk menenangkan, dan memelukmu disaat kau menangis nanti.

Terakhir dariku jangan pernah merasa sendiri ingat aku selalu ada di dalam penglihatanmu, kalau kau rindu padaku pejamkan matamu dan banyangkan diriku ada disana. I'm with you, Always.

Elliot melipat kertas itu dan menyimpannya di dalam sakunya setelah puas menangis, Elliot keluar dari ruangan Deon dan disana sudah ada Deon yang ternyata dari tadi ada di luar ruangannya bersama dengan Kenan tengah berbincang.

Anggota keluarga yang lain memang sudah mengetahui hal ini, hanya Elliot, dan anak-anak yang tidak mengetahuinya, saat Deon mendatangi kediaman mereka dan berbincang mengenai hal itu orang tua William juga tidak menolak hal tersebut mereka malah senang karena itu artinya masih ada sesuatu yang hidup dari William dalam diri Elliot.

"Ello, maaf aku tidak memberitahumu sejak awal" ucap Deon melihat mata yang sudah sembab dan memerah setelah menagis.

Elliot menggeleng pelan, "Tidak Deon, aku tau pasti William yang menyuruhmu melakukan hal itu kan? aku tau bagaimana dia, kalau kau memberitahuku di awal pasti aku akan menolaknya," ucap Elliot dengan tersenyum tipis.

"Pah ayo kita pulang, ini sudah saatnya Varo pulang" ajak Elliot.

"Dokter Deon sekali lagi terima kasih sudah membuat putraku bisa melihat kembali, aku sungguh berterima kasih" ucap Kenan dan menjabat tangan Deon.

Deon membalas tangan itu dan mengangguk sambil tersenyum.

Setelah mengucapkan salam perpisahan dan ucapan terima kasih Elliot mengikuti Kenan yang sudah berjalan lebih dulu.

"William, aku sudah melakukan permintaanmu, lihatlah istri kecilmu dia sudah bisa melihat dunia lagi sekarang, kau pasti tersenyum senang disana kan? aku harap kau tenang disana," gumam Deon melihat punggung Elliot yang semakin menjauh.

Mobil yang dikendarai Kenan sudah berhenti di depan gerbang tempat Elvaro sekolah. Elliot langsung keluar begitu melihat putranya keluar dari gerbang.


"Varo, bagaimana sekolahmu sayang?" tanya Elliot yang sudah berdiri di depan anaknya.

"Papi tidak pakai tongkat lagi?" tanya Varo yang heran melihat papinya berjalan tanpa membawa tongkatnya.

"Iya sayang, papi sudah bisa melihat sekarang Varo senang?" ucap Elliot dengan tangan yang membelai pipi anaknya.

"Varo senang, tapi Varo lebih senang kalau ada daddy disini," Elliot terdiam mendengar ucapan anaknya. Memang semenjak kepergian William membuat Elvaro menjadi anaknya yang cukup pendiam senyumnya yang selalu terbit di wajahnya seperti hilang entah kemana, Elvaro juga jadi lebih menutup diri.

"Ayo pulang, Varo capek dan ingin tidur," ucap Elvaro dan masuk ke dalam mobil.

Elliot tersenyum melihat anaknya, Elliot bisa memahami kesedihan Elvaro karena memang sedari kecil Elvaro lebih dekat dengan William daripada dengannya. Mungkin Varo hanya memerlukan waktu untuk bisa menerima kepergian daddynya.

"Kami pulang!" ucap Kenan setelah memasuki rumah.

Elliot mengikuti dari belakang dengan Elvaro yang masih diam, tanpa menyapa yang lain ia langsung berlari ke atas menuju kamarnya. Elliot memandanginya dari bawah dan menghela nafas pelan.

"Ello, bagaimana pemeriksaanmu? lancar?" tanya Emma dengan Windy yang ada di gendongannya.

Elliot mengangguk dan menjelaskan singkat tentang pemeriksaannya hari ini, Elliot sengaja tidak memberitahu tentang surat yang ditinggal William untuknya. Setelahnya ia mengambil Windy yang ada di gendongan ibunya dan membawanya ke kamar.

"Varo kamu belum mengganti pakaianmu?" tanya Elliot begitu memasuki kamar melihat putranya masih belum mengganti pakaian dan malah berbaring di ranjang.

"Varo lelah papi, biarkan Varo berbaring sebentar" ucap Elvaro malas.

Elliot menghela nafas, dan mengelus surai anaknya, "Baiklah berbaringlah sebentar tapi setelah itu ganti pakaian dan turun ke bawah untuk makan siang ya?" ucap Elliot lembut.

Setelahnya Elliot pergi keluar masih dengan Windy yang masih digendongnya, Elliot tidak mau mengganggu Elvaro jadi ia membawa Windy bersamanya.
___________________

With you, Always!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang