XXX

1.3K 145 134
                                    

Kejadian beberapa tahun lalu...

"Mereka menculikku beberapa hari yang lalu, dan menginterogasiku dengan paksa. Kurasa Ayahku mengira aku akan berkhianat darinya, kamu tidak akan mau tahu bagaimana mereka memperlakikanku."

Hari itu langit sedang cerah dengan hembusan angin yang menyejukkan. Yoshi baru saja datang tadi sebelum kemudian Minjeong mulai bicara dengan nada sendu yang sejujurnya mampu menganggu perasaan Yoshi. Mereka jarang bertemu, terkadang sampai dua bulan lebih baru bertemu kembali. Itupun terkadang hanya terjadi saat Yoshi membutuhkan informasi tambahan dari Minjeong.

"Kamu tidak mengadukan hal itu pada Junkyu? Dia kan Rajamu, harusnya dia menjagamu juga karena kamu masih selirnya."

Minjeong menggeleng. Raut wajahnya yang biasa cerah penuh energi, kini hanya sisakan mendung yang menutup wajah. "Sepertinya Junkyu tidak akan peduli padaku. Kudengar dia sedang sibuk membimbing anak pertamanya, anak itu memang harus disiapkan untuk memimpin negri, aku tidak berani mengganggunya."

"Bisa juga kamu merasa tidak enak," celetuk Yoshi sambil melipat kedua lengannya. Pandangannya kosong menatap dahan pohon yang bergoyang ditiup angin. "Jika mereka mengganggu terus, hancurkan saja."

"Kamu masih menginginkan Jihoon? Kulihat kamu tidak banyak bertindak selama ini."

Yoshi menoleh pada Minjeong yang hanya fokus menatap tanah. Ia tak pernah melihat Minjeong semurung ini sebelumnya. Sejak pertama bertemu dan akhirnya berteman, entah sesering apa pun Minjeong ceritakan seluruh perlakuan buruk yang sering didapatkannya, tak pernah sekali pun Minjeong berekspresi sedih seperti sekarang.

"Ya, aku mengaguminya sejak lama. Satu-satunya penghalangku hanyalah Junkyu yang merupakan suaminya, juga Jihoon sendiri yang sepertinya juga mencintai Junkyu. Aku sedang menunggu celah untuk masuk, aku masih dilarang memasuki kawasan Pavana oleh Kakakku."

Sesaat itu keduanya saling diam. Yoshi tak pernah tahu apa isi kepala Minjeong, bagaimana perasaan gadis itu setelah dapatkan begitu banyak perlakuan buruk, juga bagaimana kondisi mentalnya setelah semua yang dilaluinya.

"Jadi, kamu mau apa, mau membiarkan semuanya berlalu begitu saja seperti dulu atau bagaimana," tanya Yoshi setelah lama diam menunggu Minjeong bersuara.

Rupanya gadis itu betah diam. Yoshi tahu Minjeong punya tujuan lain mengapa ingin bertemu dengannya hari ini. Ia hanya menunggu gadis itu utarakan keinginannya sebenarnya.

"Bunuh saja."

Seringainya terukir dengan cepat setelah dua kata itu diucapkan. Kepalanya mengangguk pelan, dalam benak mulai susun rencana yang sejak lama ingin ia siapkan untuk hancurkan negri penuh dosa tersebut.

"Dengan senang hati."

         

𝓒𝓪𝓭𝓪𝓻

      

Dari luar Pavana tampak biasa saja, damai seperti biasanya, tapi di dalam istana sana keadaannya sudah tidak terkendali. Bercak darah tertinggal di mana-mana. Para prajuritnya berusaha bertahan dan terus menyerang sambil melindungi Junkyu dan Karina. Di tengah sengitnya adu senjata tersebut, Junkyu dibuat terkejut dengan munculnya nyeri di kepala belakangnya. Junkyu terduduk menahan diri yang tiba-tiba jatuh lemas. Tak ada seorang pun yang mendekatinya, tapi sakit di kepalanya terasa begitu nyata walaupun tak setitik pun bekas tertinggal di sana.

Melihat Junkyu jatuh tertunduk sambil terus memegangi kepalanya, Karina kembali menghampiri Junkyu untuk memastikan kondisinya. Ia tak lagi hiraukan ancaman benda tajam yang mungkin bisa saja terlempar padanya. Karena selain Doyoung, Junkyu juga adalah prioritas baginya.

Cadar [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang