Seharian itu akhirnya Junkyu tak tinggalkan kamar Jihoon sama sekali. Ia menuruti keinginan istrinya. Berteman senandungkan merdu Jihoon yang kunjung berakhir, Junkyu menatap langit sore yang kian menggelap. Tak banyak yang bisa mereka lakukan di sini selain duduk berdua sambil menatap keluar jendela pemandangan langit dan halaman istana yang membosankan.
"Pangeran, kenapa tiba-tiba baik pada saya," tanya itu dilontarkan begitu mentari telah sepenuhnya tenggelam.
Junkyu menoleh, balas menatap bola mata penuh rasa penasaran Jihoon. "Anehkah bagi seorang suami yang berusaha membuat istrinya merasa bahagia dan nyaman?" tanyanya balik pada Jihoon yang kini justru menatapnya sangsi.
"Sebelumnya anda tidak begitu," katanya bercampur kesal. Pasalnya, sudah tiga bulan lebih Junkyu seolah mengabaikannya jadi sangat aneh jika pria itu tiba-tiba bersikap baik padanya begini.
"Kamu tidak ingat dengan apa yang terjadi semalam?"
Jihoon mengerutkan kening mendengar Junkyu yang coba alihkan pembicaraan. Namun ia tetap menggeleng berikan jawaban atas pertanyaan suaminya. "Memangnya apa yang terjadi semalam? Seingat saya, saya pulang dan pergi tidur, tapi entah kenapa saya malah tidur di kamar anda."
Junkyu mengangguk. "Baguslah," ucapnya terang-terangan.
Ia tak tahu kekacauan macam apa yang mungkin terjadi jika sampai Jihoon mengingat apa saja yang dilihatnya dalam ledakan ingatannya semalam. Tabibnya yang semalam itulah yang berikan penangkal khusus agar Jihoon dapat melupakan sejenak apa yang dilihatnya.
"Bukankah keturunan Dewi Purnama bisa meramal? Coba ramal masa depanku, kalian meramal lewat apa? Tanganku?" Junkyu memutar duduknya menghadap pada Jihoon, lalu ulurkan tangan kanannya.
Sementara Jihoon justru melotot terkejut. Tangan Junkyu itu ia pegang, namun bibirnya tak tahu harus berucap apa.
"Saya tidak bisa," ucapnya sedikit tergagap sambil menjauhkan tangan Junkyu darinya. "Kemampuan itu baru akan muncul setelah sebuah jiwa menjalani tiga kehidupan dan sepertinya saya belum mencapai hal itu karena jika bisa, seharusnya hanya dengan melihat wajah anda saja saya sudah dapat melihat bagaimana nasib anda."
"Belum?"
Jihoon menggeleng kembali tegaskan bahwa ia benar-benar belum bisa meramal. "Tapi jika Pangeran ingin saya ramal, mari bertemu di kehidupan selanjutnya saat saya sudah bisa meramal."
Junkyu hanya tersenyum saja. Baginya, tak ada lagi kehidupan selanjutnya. Garis takdirnya telah berakhir di sini. Namun ia tak akan membicarakannya.
"Jihoon," panggilnya pelan seraya terus mentap Jihoon. Istrinya itu kembali menoleh padanya dengan pandangan penuh tanya. Junkyu menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya beranikan diri untuk berucap.
"Kamu tahu, para petinggi istana ingin agar aku segera naik tahta menggantikan ayahku."
"Oh, benarkah? Yang Mulia Raja masih sakit? Apa tidak ada tanda kesembuhan?"
Junkyu menggeleng pelan. Kesembuhan itu bagaikan suatu yang mustahil untuk ayahnya. Sihir hitam yang menggerogoti tubuhnya pelan-pelan membuatnya semakin kehilangan kemampuan untuk hidup. Saat pernikahannya dengan Jihoon adalah saat terakhir baginya melihat ayahnya dapat berdiri.
Kehadiran Jihoon berhasil menetralkan sihir hitam yang mengelubungi Junkyu dan membuatnya jadi sebuah kemampuan untuk menyembuhkan, tapi sayangnya kemampuan itu hanya dapat ia gunakan pada Jihoon. Junkyu sudah beberapa kali mencoba setiap perubahan yang terjadi padanya sejak menikah dengan Jihoon dan kebanyakan sihirnya hanya berfungsi secara utuh saat ia perlu menggunakannya untuk Jihoon.
Secara tak langsung, Jihoon telah mengklaim dirinya, membuatnya tak bisa melakukan apa pun selain dengan Jihoon atau atas izin Jihoon sendiri. Namun apakah Jihoon menyadari hal itu? Melihat dari bagaimana Jihoon bersikap, Junkyu dapat simpulkan bahwa Jihoon sama sekali tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadar [ kyuhoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Sang Pangeran dari Pavana yang tak pernah tampakkan wajahnya. Rumor-rumor gila dibiarkan berkeliaran di seluruh negeri tentang Sang Pangeran yang dianggap memiliki paras cacat dan terkutuk. Sihir hitam dipercayai telah...