XVI

1.4K 185 64
                                    

Hari berganti hari, hampir satu purnama lamanya Junkyu pergi ke Kerajaan Iceland. Saat kembali ia tidak sendiri, ada Yoshi yang menemaninya dengan alasan cuaca yang tadinya kian memburuk. Lautan menuju Iceland memang sudah seperti penjaga aktif. Ombaknya akan meninggi saat ada penyusup masuk, tapi selalu aman bagi para penduduk asli Iceland untuk berlaut.

Sesampainya di Pavana, ada Jeno dan Karina yang sudah menunggu kedatangan Junkyu. Yoshi yang baru keluar dari kereta justru mengerutkan kening saat melihat adanya wanita lain yang datang menyambut kepulangan Junkyu dan bukan Jihoon. Tapi sebagai tamu yang sopan, Yoshi tidak menanyakan apa pun dan hanya berikan sapaan.

Mereka segera memisahkan diri, Yoshi diizinkan tinggal untuk beberapa waktu mengingat perjalanan yang telah ditempuh cukup melelahkan. Jeno segera mengikuti Junkyu, ingin sampaikan pesan penting yang tempo lalu diberikan padanya oleh ayah Jihoon tapi sebelum ia sempat bicara, Karina lebih dulu menahan lengan Junkyu.

"Yang Mulia, bisakah kita bicara dulu sebentar, ada yang ingin saya sampaikan," ucapnya berusaha menahan Junkyu sebelum Junkyu pergi dan mengabaikannya sepanjang hari jika nanti Junkyu sudah bertemu dengan Jihoon.

"Bicara apa, katakan saja."

Karina tampak ragu. Ia lebih dulu memperhatikan sekitar sebelum mendekat pada Junkyu dan berbisik, "Sepertinya kita harus mengawasi Minjeong lebih ketat, gerak-geriknya mencurigakan."

Junkyu mendelik. Sedikit terkejut dengan Karina yang tiba-tiba membahas mengenai Minjeong, padahal ia tahu saat kedatangan Minjeong waktu lalu itu Karina sempat membuang muka dan langsung pergi sebelum benar-benar bertemu dengan Minjeong.

"Kenapa menurutmu begitu, dia melakukan sesuatu yang mencurigakan?"

Karina menggeleng. Helaan nafasnya terdengar gusar. Genggamannya pada lengan Junkyu mengerat tunjukkan kegugupannya. Ia lalu kembali mendekat pada Junkyu. "Minjeong mengatakan sesuatu yang seolah mengancamku dan membawa nama Jihoon," ujarnya berisik tepat di samping telinga Junkyu sehingga buat Jeno yang masih berada di sana tak dapat mendengar apa yang dikatakannya.

"Minjeong memanggilnya seolah mereka sangat dekat, aku khawatir anak itu merencanakan sesuatu," lanjutnya lagi tak lagi berbisik.

Di belakang Junkyu sana, Jeno hanya bisa menebak-nebak dalam kebingungan apa yang seb sedang dibicarakan. Yang ia tahu hanyalah topik utama mereka yang sedang membicarakan Minjeong, si selir baru yang ia rasa memang sikapnya sedikit tidak tahu sopan.

"Baiklah, aku akan memastikannya lagi nanti. Kamu istirahat saja, tidak perlu dipikirkan. Keadaanmu baik-baik saja kan?"

Samar-samar Karina mengangguk. "Aku hanya khawatir dengan kehamilanku, sejak dia mengatakan hal seperti itu, aku jadi merasa terhantui...," ucapnya lagi dengan nada sedih.

"Jangan terlalu dipikirkan, kalau hal itu membuatmu takut, aku akan tempatkan beberapa pengawal tambahan untuk menjaga di sekitar Paviliun, bagaimana?"

"Eum..., tidak bisakah kamu sendiri yang datang dan menemaniku?" pintanya dengan ragu namun sarat akan harap. Jemarinya saling bertautan menekan masing-masing kukunya menunggu jawaban dari sang suami.

Awalnya Junkyu masih diam, ragu untuk mengiyakan permintaan Karina karena sejak sebelum tiba di sini saja ia sudah berniat untuk menghabiskan sisa hari ini bersama Jihoon. Namun pada akhirnya Junkyu tetap mengangguk mengiyakan.

"Tentu saja, aku akan ke sana nanti."

Senyum Karina tak lagi dapat disembunyikan begitu mendengar jawaban tersebut. "Terima kasih, Yang Mulia, kalau begitu aku pergi dulu." Langkahnya ruang saat meninggalkan aula istana.

Cadar [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang