XXIX

1.2K 164 168
                                    

"Pangeran!"

Teriakan yang menghantam gendang telinganya itu membuat Junghwan menarik lengan Doyoung dan hentikan lari mereka. "Ke sini Kak," katanya kemudian menarik Doyoung ke arah lain. Doyoung tak punya kesempatan untuk menolak, ia hanya bisa menurut saat Junghwan menariknya menuju sebuah pohon besar yang di bawahnya ada dua orang berdiri melambai ke arah mereka. Sesampainya di depan pohon itu, Junghwan langsung memintanya untuk ikut mengikuti dua orang tadi menaiki tangga menuju sebuah rumah pohon besar dia atas pohon sana.

Doyoung hanya bisa melongo sambil menatap sekitar saat Junghwan membantu dua orang tadi menutup dan mengunci setiap pintu, jendela, dan akses masuk mana pun. Ia kembali ditarik dan diajak duduk di ujung ruangan yang kondidinya lebih gelap.

"Ini tempat apa? Kenapa kita di sini?"

Tiga anak yang tampak seumuran itu serentak menoleh pada Doyoung, salah satu yang terlihat lebih tinggi tampak menyipitkan mata sampai kedua alisnya saling bertemu saat menatapnya. "Wah, ini Pangeran Doyoung? Atau bukan? Wajahnya terlihat baru," ucapnya keheranan. "Maksudku aku belum pernah melihatnya sebelumnya, siapa yang kamu bawa ini Pangeran Junghwan?" lanjutnya memperjelas kalimatnya.

"Ini Kakakku, Pangeran Doyoung, tolong jaga dia ya," jawab Junghwan memperkenalkan Doyoung pada dua temannya.

Dua orang di hadapan mereka itu kompak mengangguk. "Oooh, Pangeran Doyoung ya, salam kenal, aku Jeongwoo," ucap salah satunya.

"Aku Haruto, kami saudara kembar," ikuti yang satunya lagi yang sejak tadi menatap keheranan pada Doyoung.

"Kembar? Wah, berarti kalian juga bersama-sama saat di dalam kandungan?" ucapnya penuh kagum. Baru kali ini ia bertemu dengan anak kembar. Dua anak itu mengangguk serentak menjawab pertanyaan Doyoung.

"Wah, apa kalian juga punya banyak kesamaan? Di buku yang kubaca, katanya anak kembar punya hubungan batin yang kuat," tanyanya lagi yang langsung disambut gelengan kepala oleh keduanya.

"Tidak juga," jawab Jeongwoo.

"Kami banyak berbeda," lanjut Haruto.

"Ohh...," Doyoung mengangguk, sesaat netranya menatap sekeliling rumah pohon itu. "Tempat ini punya kalian? Kalian penduduk Pavana juga?"

Keduanya kompak mengangguk, lalu menggeleng. "Kami membuat tempat ini sebagai tempat berlindung," Jeongwoo menjelaskan.

"Kami bukan penduduk Pavana, tapi kami dari Aleesa," Haruto melanjutkan.

"Berlindung? Dari apa?"

"Dari yang tadi," sahut Junghwan, buat Doyoung lantas saja langsung menoleh padanya. Saat ditatap lagi, ketiga orang itu sudah pasang wajah serius yang menegangkan suasana.

"Orang tadi sering mengejar kalian?" bisiknya bertanya. Entah kenapa ia mulai berbisik.

"Dia dari Aira," Jeongwoo menyahuti. "Setahuku dia buronan, terakhir yang kudengar, dia disuruh menangkap seseorang dari Pavana. Rumah pohon ini memiliki sihir pelindung dari Raja Kami, jadi kita aman di sini."

"Dia memang mengincarmu atau bagaimana?" Doyoung langsung bertanya pada Junghwan yang kini hanya bisa balas dengan cengiran canggungnya.

"Hehe, ya, hampir setiap hari aku melarikan diri dari orang itu saat akan pergi ke sini. Yah, yang Kakak tidak tahu, setiap hari aku selalu kabur ke sini dan bermain dengan mereka saat Kakak sibuk belajar. Di jam-jam Ayah biasanya datang menemui Ibu, aku akak kabur agar Ayah tidak menanyaiku mengenai perkembangan belajarku, mungkin karena itu Ayah akhirnya berhenti terlalu memaksaku, Ibu juga membantuku dan bicara pada Ayah agar tidak terlalu memaksaku."

Cadar [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang