XIV

1.5K 201 96
                                    

Hari telah menjelang siang. Seluruh pesta meriah dan penobatan telah usai dilakukan. Tak banyak yang berubah sebenarnya, selain fakta bahwa sekarang Jihoon tinggal terpisah dari Junkyu dan itu membuatnya terkadang merindukan juga kehadiran suami yang jarang bicara dengannya itu.

Mantan ratu, ibu dari raja yang kini memegang tahta, ia sudah pindah ke utara bersama suaminya. Katanya, dia akan mencari penawar dan jalan apa pun untuk mendapatkan kesembuhan suaminya. Junkyu tak punya kuasa untuk mencegah keinginan ibunya yang terus mengatasnamakan keinginan ayahnya.

Jihoon tetap sering sendiri. Junkyu datang ke terkadang saat sore sebelum larut, tapi akan pergi lagi setelah memastikan Jihoon tertidur pulas. Terbukanya kembali jalinan hubungan kerajaan Pavana membuat Junkyu semakin sibuk memperbaiki persaudaraan antar kerajaan yang sebelumnya sempat terputus. Hal itu pulalah yang membuat Junkyu semakin jarang menemui Jihoon secara pribadi.

"Jihoon!"

Merasa dipanggil, Jihoon lantas menoleh. Kepalanya dimiringkan berusaha mengingat wajah lelaki yang kini mendatangi dirinya itu. Otaknya cepat mengingat, Na Jaemin namanya. Orang yang dalam perundingan sebelum keputusan pernikahan kedua Junkyu terjadi sempat angkat suara memihaknya.

"Lama tidak bertemu, bagaimana keadaanmu?"

Jihoon kembali mengerutkan kening. Orang ini, Jihoon tidak begitu mengenalnya dan rasanya aneh mendengarnya menanyakan keadaannya.

Satu hal yang membuat pria itu menarik adalah fakta bahwa dia telah diangkat menjadi salah satu mentri penting di kerajaan di usianya yang masih muda. Daripada mentri lain yang sudah tua dan tak ada yang mah memberi Jihoon kesempatan, Jaemin justru berdiri di sana terang-terangan setuju memberinya kesempatan. Sayang saja suaranya kalah dibanding yang lain.

"Aku baik, kurasa. Apa ada sesuatu yang penting?" Pikirnya, tak mungkin orang penting seperti Jaemin ini punya waktu untuk main-main dan bicara basa basi dengannya.

Tapi pria itu justru menggeleng. "Aku baru saja kembali dari Kerajaan Aira, dan membawa sebuah kabar menarik, yang mungkin tidak akan menyenangkan untukmu."

"Bukankah seharusnya tidak boleh membicarakan urusan pemerintahan di sembarangan tempat dengan orang sembarangan? Apa kamu berencana membeberkan apa pun itu informasi yang kamu dapatkan?"

Jaemin terdiam seringainya perlahan tersungging. "Kamu benar, topik mengenai hubungan pemerintah memang tidak boleh sembarangan dibocorkan, apalagi ini tentang Kerajaan Aira yang sudah lama bermusuhan dengan Pavana. Maaf jika aku terkesan memiliki niat buruk."

"Jadi tujuanmu memanggilku sebenarnya apa? Bukannya kamu harus segera menemui Yang Mulia Raja untuk menyampaikan informasinya," Jihoon berujar sangsi, sepenuhnya curiga dengan tujuan Jaemin tiba-tiba menegurnya begini.

"Jihoon, kamu luar biasa. Kamu mengetahui dan mengerti betul seluk-beluk pemerintahan. Seharusnya kamu mempertahankan posisimu sebagai istri dan calon ratu."

Nafasnya dihela panjang sebelum menjawab. "Kamu adalah orang ketiga yang mengatakan hal itu. Kamu tahu alasannya dan aku tidak akan menjelaskan ulang. Lagipula aku tetap istri Junkyu dan hal itu tidak akan berubah."

"Aku tahu. Jihoon, kamu tahu," Jaemin kembali menatapnya dengan tatapan serius. "Dulu Ayahku juga menikah dua kali dan memiliki dua istri, aku lahir dari rahim istri keduanya. Menjadi anak dari istri kedua itu, hahhh, itu adalah pengalaman buruk. Aku tahu kamu adalah istri pertama, tapi di mata orang lain kelak, kamu akan terlihat seperti istri kedua, kecuali jika Junkyu memperlihatkan pada dunia cintanya padamu."

Jihoon termangu. Apakah maksudnya Junkyu akan semakin mengabaikan keberadaannya? Apakah sekarang Junkyu akan lebih mengutamakan Karina daripada dirinya? Atau apakah alasan mengapa Junkyu tidak pernah menginap di tempatnya adalah karena Junkyu lebih memilih menghabiskan waktu di tempat Karina? Ah, pikirannya lebih kacau daripada puzzle.

Cadar [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang