XIX

1.2K 193 80
                                    

Bayinya lahir, seorang anak laki-laki. Kim Doyoung namanya.

Jihoon sudah mendengar berita itu di hari yang sama saat Karina melahirkan. Namun sayangnya kabar gembira itu tak cukup bangkitkan semangat Jihoon untuk kembali tersenyum dan jalani hari seperti biasanya. Sudah beberapa hari ini Junkyu bagai menghilang dari kesehariannya. Ia tahu Junkyu pasti akan fokus pada anaknya begitu Karina melahirkan jadi ia tak lagi terkejut saat Junkyu kembali menghilang seperti ini.

Bukan hanya karena Junkyu yang tak lagi mengunjunginya yang membuatnya tak semangat menjalani hidup, tetapi juga karena tubuhnya yang belakangan ini terasa lemas setiap pagi akibat gejolak di dalam perutnya yang menolak menerima segala jenis makanan. Bukan hanya makanan, bahkan minuman pun gagal ia telan.

Tangannya tak bisa berhenti mengusap perutnya meskipun lelah telah menghantam sendi karena setiap kali ia berhenti, perutnya akan kembali mengamuk. Sudah berhari-hari dan Jihoon selalu menolak dipanggilkan tabib, karena sebenarnya ia tak lagi butuh orang lain untuk memberitahunya apa yang sedang terjadi pada tubuhnya.

Matahari sudah tinggi, Jihoon akhirnya memanggil para dayangnya. "Tolong panggilkan tabib, perutku masih tidak enak," titahnya, berikutnya yang terjadi adalah kelima orang tadinya berkumpul di depan pintu kamarnya itu langsung berbondong-bondong pergi memanggilkan tabib, padahal satu orang saja yang pergi sudah cukup.

Cukup lama ia menunggu tabib istana itu datang. Saat datang pun pria tua itu tampak tak begitu berminat untuk memeriksa kondisinya. Tak perlu dicari tahu, Jihoon paham betul bahwa beberapa orang di dalam istana ini masih ada yang tidak suka dengannya, jadi ia pun tak akan terkejut akan diskriminasi yang mungkin akan ia dapat.

Jihoon berbaring di ranjangnya, menunggu saat perutnya diraba dan dipijat pelan. Raut muka sang tabib berubah begitu rasakan adanya kehidupan baru di dalam perut kurus tersebut.

"Ini..., bagaimana bisa...," bibirnya kelu tak mampu berucap. Saat ia menoleh pada Jihoon, dilihatnya wajah datar Jihoon yang juga menatapnya. Bahkan dari tatapan tersebut saja, ia sudah merasa rendah dan akhirnya kembali menundukkan kepala.

"Bukankah seharusnya kamu mengabarkan hal ini pada yang lain? Berhenti menyentuhku, aku tidak mau kamu sembarangan menanam sihir padaku lagi," Jihoon bangkit, lalu singkirkan tangan si tabib yang masih berada di atas perutnya.

Tabib tersebut semakin dibuat menciut. Wajahnya memucat, lalu pelan-pelan tinggalkan kamar Jihoon. Langkahnya kaku dan tangannya bergetar saat sadar bahwa Jihoon telah mengetahui semuanya dan sihir yang letakkan untuk menutup hasil ledakan ingatannya telah sirna.

"Tolong kabarkan pada semua orang, Jihoon telah hamil."

Kabar itu segera tersebar dan kejutkan seisi istana. Dalam sekejap semua orang tahu dan dalam sekejap itu pula semuanya dibuat bertanya-tanya karena selama ini Jihoon dikabarkan mandul dan tidak bisa hamil dan karena itulah mengapa Karina dinikahi untuk dijadikan ratu. Kabar ini jelas akan mengguncang berita bohong yang telah disebarkan dengan sengaja.

Tak perlu waktu lama untuk berita itu sampai ke telinga Junkyu. Junkyu yang saat itu sedang berada di tempat Karina lantas tanpa buang waktu lagi langsung meluncur untuk menemui Jihoon. Ia terburu-buru. Namun semakin langkahnya dekat dengan kediaman Jihoon, hatinya justru semakin merasa sesak seolah ada kesalahan besar yang telah ia perbuat.

Pun sesampainya di sana, ia justru hanya dapati kamar Jihoon yang kosong. Istrinya itu tidak ada di kamarnya atau di mana pun, padahal para pengawal dan dayangnya mengatakan bahwa Jihoon belum meninggalkan kamar sama sekali. Namun sekarang, nyatanya Jihoon tidak ada di tempat.

"Cari Jihoon cepat!"

Junkyu jelas panik. Belum sampai satu jam sejak kabar kehamilannya disebarkan tapi sekarang Jihoon sudah menghilang entah kemana. Di tengah kepanikan dan kericuhan istana, ada Minjeong yang tak lagi bisa bereaksi atas kabar yang seharusnya membahagiakan tersebut. Pandangannya kosong, dan kaki-kakinya lemas sampai ia hanya mampu terduduk di atas lantai dingin.

Cadar [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang