XXV

1.5K 169 108
                                    

Kematian datang kapan saja. Jihoon. Sebuah suara terus terdengar ricuh di telinganya. Jeritan rasa sakit bercampur air mata yang terus mengalir menunggu kedatangan sang suami yang tertahan di perjalanan. Tangan-tangan jahat menyentuhnya dengan dalih datang untuk membantu sebagai penolong. Sihir-sihir kembali ditanamkan tanpa mampu dilawan. Bayangan wajah penuh putus asa terpampang jelas di balik kelopak matanya yang tertutup. Ketika seorang bayi akhirnya tetap lahir dengan selamat, maka hembusan nafasnya berhenti di sana tanpa netranya sempat menatap bagaimana sosok sang putra. Bahkan sebelum suaminya berhasil mencapai tempatnya. Kisahnya berakhir di sana, tugasnya telah selesai.

Aeri membuka mata dari tidur panjangnya. Tarikan nafasnya sedikit keras memburu degup jantung yang tak bisa tenang. Jemarinya memijat pelipis rasakan pening yang begitu hebat sampai rasanya kepalanya bisa meledak kapan saja. Ia terus dihantui oleh mimpi yang sama, lagi dan lagi. Dalam ngerinya mimpi tersebut, ada energi lain yang terus membuatnya terganggu.

"Aku tidak seharusnya ikut campur dalam takdir kehidupan Jihoon," bisiknya pelan berusaha mensugesti diri sendiri agar tak terpengaruh oleh egonya. Akan ada akibat yang harus ia tanggung jika terus mencampuri apa yang bukan urusannya.

Netranya menatap kosong atap gubuknya. Jutaan bayangan masa depan muncul di depan matanya beserta berbagai akibat dari keputusannya berikutnya. "Kim Junkyu..., mari lihat apakah harapanmu untuk bisa terus memiliki Jihoon cukup besar untuk membuatku bergerak dan membantu kalian," bisiknya pelan kemudian kembali memejamkan mata untuk istirahatkan diri; lagi, walaupun ini sudah hari keempatnya tidur.

     

𝓒𝓪𝓭𝓪𝓻

     

Bulan-bulan berlalu, Jihoon terus meminta Junkyu untuk mengirimkan orang untuk mencari Jaehyuk karena ia tahu, jika Jaehyuk tidak kembali kemari secepatnya maka hal buruk akan terjadi. Ia melihat terlalu banyak hal mengerikan terjadi pada kawannya tersebut dan ia tak mau semua itu sampai terjadi. Walaupun sayangnya, karena saking sibuknya ia memikirkan keselamatan Jaehyuk, Jihoon sampai lupa memikirkan bagaimana nasibnya dengan usia kandungannya yang semakin tua dan dekat hari persalinan.

Dalam segala kecemasannya tersebut, Junkyu tak pernah absen untuk menemaninya. Sebagaimana mestinya, Junkyu bahkan hampir tidak meninggalkan istana Jihoon sama sekali sejak kabar Jaehyuk yang pergi meninggalkan Pavana karena sejak itu Jihoon jadi sering murung mempertanyakan bagaimana kabar pencarian Jaehyuk.

"Jangan banyak bergerak Jihoon, kamu bahkan selalu kesulitan berdiri, duduklah," Junkyu kembali menegur Jihoon untuk yang kesekian kalinya siang ini. Ya beginilah, saat Jihoon tidak memikirkan mengenai Jaehyuk maka Jihoon akan sibuk melakukan ini dan itu yang membuat Junkyu hampir lepas jantung karena Jihoon yang tidak bisa diam.

"Tapi aku mau apel," katanya dengan suara sedih. Junkyu sampai tak bisa lagi berkata, baru beberapa menit lalu Jihoon meminta pie dan dayangnya bahkan belum kembali kemari membawakan pie yang diminta dan sekarang Jihoon sudah sampaikan keinginannya yang baru.

"Duduklan dulu, mau aku ambilkan apel yang baru?" Junkyu segera hampiri Jihoon dan menuntun Jihoon untuk duduk, sementara Jihoon sibuk mengoceh melarang Junkyu untuk pergi dan menyuruhnya untuk menyuruh orang lain untuk mengambilkan apel yang baru.

"Kamu harus tetap di sini, kamu kan bisa suruh orang lain, kamu bilang kamu gak akan kemana-mana. Pergi mengambil apel berarti kamu pergi meninggalkanku ke suatu tempat, berarti kamu tidak menepati janji. Jangan bersikap seperti hanya kamu yang bisa mengambil apel dari pohon, aku mau yang baru tapi aku tidak mau kamu yang pergi mengambilnya."

Junkyu hanya mengangguk sambil terkekej kecil. Jihoon jadi tambah cerewet saat hamil, dan Junkyu jadi penasaran apakah semua orang hamil bersikap demikian? Karena ia gak ingat Karina bersikap seperti ini saat hamil dulu, oh atau mungkin ia yang tidak sadar karena ia jarang menemani Karina sepanjang hari seperti yang ia lakukan kini pada Jihoon.

Cadar [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang