XVII

1.4K 169 66
                                    

"Masukkan saja dia ke sekolah, lagipula dia memang seharusnya masih bersekolah."

Mandat itu diturunkan langsung oleh Junkyu setelah beberapa hari. Namun sayangnya hal itu pulalah yang kini menyibukkannya dan membuatnya terus berurusan dengan Minjeong karena gadis itu sempat menolak dan mengamuk meminta dengan paksa untuk bertemu dengan Junkyu.

Seharusnya ada seorang lagi yang bertugas mengurus seluruh keperluan Minjeong karena anak itu benar-benar gila akan perhatian dan perlu memperbaiki sikapnya secepatnya. Perlahan-lahan, Minjeong mulai pasrah saja dan ikuti setiap perintah Junkyu.

Ia diminta belajar, maka itulah yang kini ia lakukan. Setiap hari hanya membaca buku dan menulis. Seolah melupakan tujuan utamanya dikirim ke Pavana, Minjeong menikmati setiap waktu dan fasilitas yang Junkyu berikan padanya.

Sejujurnya, ia tak pernah merasa sebebas dan senyaman ini selama hidupnya yang belum sampai lima belas tahun. Junkyu beberapa kali mendatanginya hanya untuk memastikan bahwa ia benar-benar belajar dan tidak lagi bertingkah macam-macam.

Selain fokus untuk membenahi pemerintahan Pavana, Junkyu harus membagi fokus dan dirinya pada tiga orang sekaligus. Hal itulah yang terkadang membuatnya kesulitan membagi waktu antara Jihoon dan Karina, apalagi makin hari kehamilan Karina makin besar dan menyulitkannya untuk banyak bergerak sehingga Junkyu lebih sering menemani Karina untuk beberapa waktu.

Sudah hampir tujuh bulan usia kandungannya dan selama itu pula Karina tak lagi mendengar atau melihat Minjeong berkeliaran di istana. Junkyu hanya bilang padanya bahwa Minjeong sedang sekolah dan Karina juga tak pernah menemui Minjeong secara pribadi. Ia masih takut dengan gadis itu.

Sekarang, kemana pun ia pergi, selalu ada setidaknya tiga pengawal dan dayang yang menemaninya. Seperti pagi ini, dua pengawal dan satu dayang menemaninya pergi ke tempat Jihoon sesuai permintaannya. Ia belum pernah berbincang dengan Jihoon secara langsung, dan ia ingin setidaknya menyapa istri pertama suaminya itu sekali.

Namun sayangnya saat sampai di sana, perjalanannya dihadang. Dayang-dayang Jihoon mengatakan bahwa Jihoon sedang tak ingin ditemui oleh siapa pun dan sedang tidak bisa diganggu. Karina sempat menunggu selama dua jam di depan kediaman Jihoon, tapi karena tetap tak ada tanda-tanda kemunculan Jihoon, Karina akhirnya pergi dari sana dengan kekecewaan.

      

𝓒𝓪𝓭𝓪𝓻

   

Matahari sudah tinggi. Jihoon duduk di teras ditemani potongan buah apel dan beberapa kudapan manis. Di waktu santainya itu salah satu dayangnya memberitahunya bahwa tadi Karina sempat datang kemari untuk menemuinya saat Jihoon sedang tidak mau diganggu. Jihoon tak bereaksi akan informasi tersebut.

"Untuk apa Ratu datang kemari? Apa sekarang aku harus pergi menemuinya juga," bisiknya pada dirinya sendiri. Ia tak mengharap jawaban dari siapa pun.

Disela-sela kegiatan santainya, ia melihat beberapa orang yang tak ia kenali melintas di depan istana. Dari pakaiannya sudah menunjukkan bahwa orang-orang itu berasal dari Kerajaan Aira, dan satu orang yang memimpin perjalanan mereka adalah Jaemin.

"Untuk apa mereka datang kemari? Mau menjemput Minjeong?" tanyanya mengudara, alihkan perhatian dayangnya yang kemudian turut menatap ke luar gerbang.

"Saya dengar mereka datang untuk menandatangani perjanjian, tapi detailnya saya tidak tahu," sahut Chaeryeong menjawab pertanyaan Jihoon.

"Oh, harusnya suruh mereka membawa Minjeong sekalian, anak itu kemana sekarang? Aku hampir tidak pernah melihatnya lagi."

"Yang Mulia menyuruhnya untuk sekolah untuk memperbaiki perilakunya. Saya dengar dia sempat mengamuk juga karena perintah itu, tapi akhirnya tetap menurut."

Cadar [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang