Siapa yang bilang menikah dengan pangeran adalah mimpi semua orang? Rasanya lebih indah bermimpi saja daripada menjalaninya sendiri. Pikir Jihoon yang sekarang hanya bisa berdiam diri di dalam kamarnya seorang diri.
Sebelum pernikahannya ibunya memberikan banyak wejangan. Segala macam tata aturan yang harus ia ikuti sebagai pengantin perempuan. Sebagian besarnya baru ia ketahui sekarang setelah menikah.
Ia kira semuanya akan mudah. Setelah upacara pernikahan, berdoa, pertemuan pertama, malam pertama—yang sayangnya tidak dijalankan sebagaimana mestinya, sekarang Jihoon harus mengurung diri sebelum suaminya mengizinkannya untuk pergi keluar.
Sejak pernikahannya kemarin dan setelah ia diizinkan untuk menemui kedua orang tuanya yang sudah khawatir setengah mati padanya, sekarang kesehariannya hanya akan dipenuhi oleh kebosanan jika pangeran terus mengabaikan keberadaannya seperti ini.
"Selamat pagi, Yang Mulia."
Sapaan hangat itu alihkan perhatian Jihoon. Ia berbalik, menatap heran seorang gadis yang kini berdiri dengan kepala menunduk di depan pintu kamarnya.
"Ya, siapa?"
"Yang Mulia, ini adalah Nona Chaeryeong, orang yang akan menjadi dayang pribadi Anda," seorang pengawal yang datang mendampinginya menjelaskan.
"Dayang? Wah, aku akan memiliki dayang khusus untukku sendiri? Terima kasih."
Pengawal itu segera pergi. Chaeryeong tetap diam di sana tanpa beranjak sedikit pun. Jihoon memperhatikannya dengan bingung, tak tahu harus bagaimana bicara dengan dayang istana.
"Apakah, ini berarti aku sudah boleh keluar?"
Chaeryeong mengangkat kepala. Senyumnya merekah manis. "Benar Yang Mulia, Pangeran telah memberi perintah agar Anda sudah diizinkan meninggalkan kamar."
Jihoon mengangguk. Namun sedetik setelahnya ia dibuat mengerut bingung saat Chaeryeong tiba-tiba menghampirinya dan duduk melantai di hadapannya.
"Yang Mulia, saya telah membawakan seluruh tata aturan yang harus Anda pelajari sebagai anggota baru keluarga kerajaan. Yang Mulia Ratu meminta agar Anda mau mempelajari setiap babnya."
Sebuah buku diletakkan di atas ranjangnya. Jihoon hanya bisa melongo menatap kitab aturan yang tebalnya melebihi jengkal tangannya itu. Ia tiba-tiba merasa malas untuk membaca.
"Setebal ini? Aku harus membaca semuanya?"
Chaeryeong mengangguk dengan begitu yakin, buat Jihoon seketika saja lemas. Membayangkannya harus mempelajari semua ini saja ia sudah tak mampu apalagi jika harus benar-benar melakukannya.
"Di sini juga ada aturan untuk ratu dan calon ratu."
"Hah? Ratu? Tapi kan aku bukan ratu."
"Tapi Anda calon ratu, Pangeran adalah Putra Mahkota yang berarti akan menjadi raja suatu hari nanti dan Anda adalah istrinya yang pasti akan ikut naik tahta menjadi ratu."
Jihoon terdiam bisu. Apalagi ini? Ia baru tahu dan baru sadar bahwa Pangeran Junkyu merupakan putra tunggal yang mana berarti otomatis jadikan tahta kerajaan adalah miliknya secara utuh. Tapi apa benar ia akan menjadi ratu mengikuti pangeran yang akan menjadi raja? Rasanya begitu mustahil baginya yang bukan siapa-siapa ini.
𝓒𝓪𝓭𝓪𝓻
Ruangan milik kedua orang tuanya itu sunyi meski di dalamnya telah diisi oleh tiga orang. Seluruh pengawal diminta keluar sejak kedatangan Junkyu tiga puluh menit lalu. Junkyu masih menundukkan kepala berusaha menenangkan ketakutannya. Matanya terpejam berdoa kepada Sang Dewi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cadar [ kyuhoon ]
Fiksi PenggemarB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Sang Pangeran dari Pavana yang tak pernah tampakkan wajahnya. Rumor-rumor gila dibiarkan berkeliaran di seluruh negeri tentang Sang Pangeran yang dianggap memiliki paras cacat dan terkutuk. Sihir hitam dipercayai telah...