Dalam sejarah dicatat bahwa Pavana mengalami banyak kemajuan di masa pemerintahan Junghwan setelah dibangkitkan kembali oleh Junkyu. Kepemimpinannya memberikan pengaruh yang begitu besar untuk masa depan Pavana yang mulanya masih buram. Junghwan, dibantu dengan Doyoung yang memegang bagian perekonomian, kesejahteraan rakyatnya jadi lebih terjamin dan seimbang. Kehebatannya juga terus dibicarakan dan dicatat dalam banyak buku.
Catatan mengenai Kerajaan Aira sudah hampir hilang setelah negrinya diratakan dan tanahnya jadi tandus. Baik Pavana maupun Aleesa yang berbatasan langsung dengan Aira menolak mengambil alih tanah tanpa tuan tersebut. Karena selain tandusnya tanahnya, mereka juga tak lagi sudi berhubungan dengan Aira.
Dalam catatan lain yang jarang dibicarakan, dikatakan bahwa Pangeran Doyoung menikah di usianya yang ke dua puluh dengan seorang gadis pilihan ibunya. Berbeda dengan Junghwan yang menolak menikah bahkan sampai usia tuanya. Alasannya tidak pernah dituliskan dalam sejarah manapun, tapi beberapa orang mengatakan mungkin Junghwan menolak menikah karena traumanya akan kematian sang ibu.
Tak tak tak tak
Papan tulis diketuk untuk curi atensi para muridnya yang malah tidak memperhatikan. Kelas yang berisi dua puluh anak berusia delapan tahunan itu langsung hening dan semuanya kembali memperhatikan sang guru yang berdiri di depan kelas. "Hari ini sampai sini dulu, ada yang ingin bertanya?" ucapnya sebelum akhiri kelas.
Seorang anak yang duduk di bangku belakang mengangkat tangannya tinggi-tinggi sampai ia berdiri. Sang guru menatapnya, lalu mempersilahkannya, "Ya Junkyu, silahkan bertanya."
"Apa benar, kalau Raja Junghwan membenci Ayahnya setelah kematian Ibunya?"
Pertanyaan itu heningkan seisi kelas. Sang guru pun bingung bagaimana harus menanggapi pertanyaan yang sama sekali tak pernah ada dalam tulisan manapun itu. Dari puluhan catatan sejarah yang telah ia baca, jelas tak satu pun dari mereka yang menyebutkan mengenai kebencian seorang anak kepada ayahnya.
"Eum, soal itu—"
"Bu guru!" Seorang murid yang duduk di bangku paling depan mengangkat tangannya.
"Ya, silahkan Jihoon."
Sebelum menjawab Jihoon menoleh ke belakang menatap Junkyu yang kini juga menatapnya menunggu. "Raja Junghwan tidak mungkin membenci Ayahnya. Kamu jangan menyebar berita bohong, tidak ada kisah yang mengatakan bahwa Raja Junghwan membenci Ayahnya. Raja Junkyu kan keren jadi tidak mungkin dibenci."
Sang guru hanya tertawa kecil mendengar jawaban Jihoon yang menggebu-gebu, sedangkan Junkyu hanya mengangguk saja sambil tersenyum. "Hahah, baiklah, jadi begitulah Junkyu, soal itu memang tidak pernah dikisahkan dan sepertinya memang tidak benar. Lain kali jangan mencampur buku sejarah Pavana dengan Kerajaan lain, hati-hatilah."
Kelas segera diakhiri dan semua murid dipindahkan untuk bergilir ke kelas selanjutnya. Bukan kelas untuk belajar sesuatu yang baru, mereka satu rombongan diajak pergi ke makam kerajaan untuk mengunjungi para pemimpin terdahulu.
Mereka kembali lahir. Wajah-wajah yang kini ditemuinya hampir seluruhnya sudah pernah Junkyu temui dan kenal sebelumnya. Seperti janjinya pada Jihoon ketika mengikat benang takdir, Junkyu mengingat seluruh peristiwa di kehidupannya yang lalu dan membawanya kemari untuk mencari Jihoon.
Sang Dewi mungkin sedang berbaik hati padanya, karena tanpa sedikit pun usaha ia sudah dipertemukan dengan Jihoon. Mereka tinggal satu desa di Pavana, dengan jarak rumah tak begitu jauh, lahir di tahun yang sama, dan kini sekolah di bangku kelas yang sama.
Di pemakaman, guru mereka kembali menjelaskan satu per satu tokoh dan sejarah perjuangan mereka. Kisah si pemeran utama selalu jadi sorotan dan yang paling menarik, karena itu hampir semua teman sekelasnya lebih banyak meninggalkan bunga di makam Raja Junkyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadar [ kyuhoon ]
Fiksi PenggemarB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Sang Pangeran dari Pavana yang tak pernah tampakkan wajahnya. Rumor-rumor gila dibiarkan berkeliaran di seluruh negeri tentang Sang Pangeran yang dianggap memiliki paras cacat dan terkutuk. Sihir hitam dipercayai telah...